Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Terserang Bercak Daun, Harga Tomat Merosot

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

tomatCLURING – Harga tomat selama sebulan terakhir ini terus merosot. Para petani yang menanam tomat banyak yang mengeluh karena terancam bangkrut. Apalagi, tanaman mereka terancam mati karena diserang bercak daun. Sekali tanam tomat, para petani biasanya bisa memanen hingga 15 kali.

Tapi karena terserang bercak daun, mereka hanya bisa menikmati panen sekitar tujuh kali saja. “Itu jelas rugi. Biaya perawatan cukup tinggi,” terang Sugeng, 37, salah satu petani tomat asal Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Cluring. Tanaman tomat yang diserang bercak daun itu. terang dia, hampir merata. Penyakit yang menyerang daun dan bisa menyebabkan tanaman mati itu karena kondisi cuaca tidak menentu.

“Hujan terus turun lalu panas sekali, Itu yang menyebabkan tanaman terkena bercak daun,” katanya. Sugeng mengaku saat ini dirinya menanam tomat di lahan seluas 0,25 hektare. Tanaman itu, jelas dia, tumpang sari atas tanaman jeruk yang baru berumur setahun. “Saya sudah biasa menanam tomat dan cabai.

Ini kayaknya lagi apes,” terangnya. Selain tanaman terkena bercak daun, lanjut dia, harga tomat di pasaran juga merosot. Sejak menanam 70 hari lalu, dirinya telah lima kali memanen dengan hasil cukup lumayan. Hanya saja, harganya terus merosot. “Hasil cukup lumayan, tapi harga terus turun,” ungkapnya. Tanaman tomat miliknya itu, jelas dia, kali pertama dipanen pada 10 Februari 2015. Saat itu hasil panen mencapai empat kuintal dengan harga Rp 2300 per kilogram (kg).

Panen kedua pada 13 Pebruari 2015 dirinya berhasil memanen satu ton dengan harga hanya Rp 1.500 per Kg. “Harganya anjlok,” cetusnya.  Sugeng mengaku pada 17 Februari 2015 sempat memanen tomat dan dapat 1,7 ton. Hanya, harganya kembali turun hingga Rp 1.100 per Kg. Pada 19 Februari 2015 tanaman tomat itu kembali di panen dan dapat 2,2 ton. “Panen keempat harga tomat Rp 1.100 per Kg.” terangnya. Pada 22 Februari 2015, Sugeng kembali memanen tanaman tomatnya dan hasilnya 2,0 Ton.

Pada panen kali ini harganya anjlok hingga angka Rp 800 per Kg. “Ini tanaman sudah akan mati, jadi tinggal memanen,” ungkapnya.  Dengan harga yang terus menurun itu, Sugeng menyalakan hasil yang didapat itu terancam rugi. Sebab, biaya pembibitan hingga perawatan telah menghabiskan dana Rp 9 juta. “Dana itu belum termasuk membayar tenaga buruh,” tuturnya. (radar)