Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Tim 11 Kumpulkan Penambang Emas Liar

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Sikapi Pemasangan Police Line

PESANGGARAN –  Pemasangan police line oleh aparat gabungan Polsek, Petugas Perhutani, dan Koramil Pesanggaran, mulai mengundang reaksi beberapa pihak. Kemarin siang, sekelompok orang yang mengatasnamakan diri sebagai Tim 11 mengumpulkan ratusan penambang ilegal di Petak 59.

Kepada para penambang, Tim 11 minta agar penambang ilegal tidak takut bila ada aparat gabungan naik ke atas gunung untuk melakukan operasi maupun memasang police line. Salah seorang penambang ilegal, Sibong, yang dihubungi wartawan koran ini membenarkan kabar tersebut. “Tadi kami memang dikumpulkan, Mas. Ada sekitar 200 orang yang kumpul,” akunya kepada koran ini.

Hanya saja, lanjut Sibong, tidak semua yang dikumpulkan tersebut sepakat dengan ajakan orang yang mengatasnamakan diri Tim 11 tersebut. “Nggak semua sepakat, Mas. Kalau ada petugas naik, kami ya tetap menyingkir, Mas. Kami sadar  kok salah,” imbuhnya. Kapolsek Pesanggaran, AKP Supriyadi, melalui Kanitbinmas Aiptu Lipur juga membenarkan bahwa kemarin siang memang ada pengumpulan massa oleh orang yang mengatasnamakan diri Tim 11.

Hanya saja, lanjut Lipur, pengumpulan massa tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap para penambang ilegal. “Mereka hanya mengumpulkan penambang yang sedang beraktivitas, tapi penambang tidak mau mengikuti ajakan mereka,” ungkapnya. Polemik penambangan liar di kawasan Tumpang Pitu, Kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Selatan, terus berlanjut.

Hingga kemarin, ribuan penambang dari berbagai daerah masih bertahan di Petak 56. Mereka tetap mencari pundi-pundi emas di lokasi tersebut. Meski begitu, mereka menegaskan tidak pernah melanggar garis polisi (police line) yang dipasang aparat kepolisian bersama Perhutani. Mereka justru sangat menghargai garis larangan yang tidak boleh dilewati itu.

Meski demikan, ribuan penambang merasa kesal atas ulah aparat. Sebab, ada beberapa lubang yang dibakar. Nah, tindakan yang mencerminkan arogansi itu membuat penambang geram. “Kami menghargai garis polisi. Tapi gara-gara dua lubang dibakar, kami tetap berada di sana,’’ tegas Ketua Tim 11 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Penambang (LPMP), M. Yunus Wahyudi.

Dia menjelaskan, di Petak 56 itu ada beberapa daerah, di antaranya Kucur, Gunung Gede, Alang-alang, Gunung Rai, dan Gunung Manis. Sampai detik ini, ribuan penambang masih bertahan di beberapa titik itu. ’’Totalnya ada 13 ribu orang di sana,’’ klaimnya. Para penambang tersebut sebenarnya tidak berkenan dikatakan sebagai penambang liar. ‘’Kita keberatan kalau disebut sebagai penambang liar. Cuma kami menunggu kebijakan pemerintah, yaitu bagaimana caranya bisa menambang dengan cara yang baik,’’ katanya. (RADAR)