Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Touring Dokar Sejauh 20 Km

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

tourBANYUWANGI – Masyarakat Kelurahan Bo yolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi, me miliki tradisi unik yang dilaksanakan setiap hari kesepuluh Lebaran. Dengan cara me nunggang dokar, masyarakat setempat berduyun- duyun menempuh sekitar 20 Kilometer (Km) bolak-balik ke Pantai Watudodol. Sesampai di pantai yang berlokasi di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro tersebut, mereka menggelar selamatan sebagai perwujudan rasa syukur atas rezeki yang mereka dapat se lama setahun terakhir.

Masyarakat lokal me nganggap tradisi puter kayun itu sebagai na pak tilas pembangunan jalan antara Pa narukan- Banyuwangi pada masa kolonial. Kala itu, warga dipaksa kerja rodi membangun ja lan raya. Ketika proses pengerjaan jalan sam pai di sekitar gunung batu yang terletak di ping gir pantai (sekarang kawasan Watudodol), pem bangunan sempat dihentikan karena terlalu banyak memakan korban jiwa.

Pihak penjajah lantas menggelar sayembara; siapa yang sanggup menyelesaikan pem bangunan jalan tersebut. Saat itulah, Martajaya atau yang sering disebut Sarma Jaksa, orang sakti yang hidup menyepi di Gunung Silangu, bakal Kampung Boyolangu sekarang, menyanggupi tantangan sayembara tersebut. Dalam proses pembongkaran Gu nung Batu itu, Martajaya mem berikan satu syarat, yakni pihak penjajah (VOC) juga ha rus turun tangan dalam proses pembongkaran gunung ter sebut.

Untuk mempercepat pro ses pengerjaan, para makh luk “halus” dilibatkan. Raja makhluk halus sang gup membantu proses pem bongkaran gunung dengan beberapa sya rat, di antaranya tidak boleh mem bongkar gunung melebihi batas yang telah ditentukan oleh nya. Syarat lain, manusia ha rus menyisakan sebuah batu un tuk tempat peristirahatan raja makhluk halus itu. Oleh ma syarakat Banyuwangi, batu itu dikenal dengan sebutan Wa tudodol.

Syarat ketiga, Mertajaya dan keturunannya harus selalu mengunjungi batu tersebut setiap tahun. Singkat cerita, warga Ke lurahan Boyolangu hingga kini terus melakukan tradisi mengun jungi pantai Watudodol tersebut. Pada pelaksanaan pu ter kayun kemarin (17/8), jum lah dokar yang dilibatkan mencapai 24 unit. Selain naik dokar, sebagian warga juga naik mobil dan motor. Dalam sambutannya, Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, sebagai pri badi dan bupati, dirinya mengapresiasi masyarakat  Boyolangu yang telah melestarikan tradisi pu ter kayun.

“Partisipasi ma syarakat terus bertambah. Se cara swadaya, masyarakat mam pu melestarikan tradisi pe ninggalan leluhurnya,” ujar nya. Usia memberikan sambutan, Bu pati Anas didaulat memecah kendi di depan dokar terdepan se bagai tanda pemberangkatan rombongan puter kayun. Setelah itu, Bupati Anas beserta Ny. Ipuk Festiandani Anas dan putranya menaiki dokar terdepan dan ikut iring-iringan dokar tersebut.

Sementara itu, ketua panitia tra disi puter kayun, Edi Santo so mengatakan, tujuan dila kukan puter kayun adalah me lestarikan tradisi masyarakat Bo yolangu. “Puter Kayun kini su dah menjadi agenda wisata Ba nyuwangi,” kata dia bangga. Salah satu anggota panitia, Gani Fianto menambahkan, ri tual puter kayun kali ini diawali dengan nyekar ke makam Bu yut Jaksa Jumat Sore (16/8). Ke marin, rombongan dokar di berangkatkan menuju pantai Watudodol.

“Sesampai di Watudodol, masyarakat menggelar selamatan nasi tumpeng se bagai ungkapan syukur kepa da Tuhan,” terangnya. Menurut Gani, masyarakat Bo yolangu rutin mengadakan pu ter kayun setiap hari ke sepuluh Lebaran. Dikatakan, awal nya hanya masyarakat yang memiliki dokar yang melakukan tradisi tersebut. “Pemilik dokar mengajak ke luarganya ke Watudodol untuk berwisata,” kata dia. (radar)