Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Tuntut Hak, Pemain Persewangi Mogok

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

tuntutBANYUWANGI – Keberhasilan Persewangi menembus babak 16 besar Kompetisi Divisi Utama musim ini terancam sia-sia. Pasalnya, para pemain tim berjuluk Th e Lasblang (Laskar Blambangan) itu mengancam tidak akan menjalani sisa kompetisi jika gaji mereka yang ditunggak manajemen tidak segera cair. Ultimatum tersebut dikeluarkan pemain saat menggelar konferensi pers di Wisma Atlet Banyuwangi kemarin (20/8). Ada beberapa poin penting yang disampaikan dalam pernyataan sikap untuk manajemen Persewangi tersebut.

Pertama, mereka menuntut manajemen Merah-Hitam segera mencairkan gaji dengan rincian; sisa gaji Juli dan honor bulan Agustus. Jika tidak segera dicairkan, maka tim asuhan Bagong Iswahyudi itu tidak akan bertanding. Paling tidak, gaji harus diselesaikan selambat-lambatnya H-1 sebelum pertandingan melawan Persbul Buol di Stadion Diponegoro, Banyuwangi, 23 Agustus mendatang. Yang perlu digarisbawahi, pernyataan sikap tersebut tidak bisa ditawar. 

Mereka tidak butuh janji. Sebab, janji-janji manajemen dianggap selalu meleset. ‘’Tidak ada tawar-menawar lagi,’’ cetus Jainal Ikhwan di hadapan sejumlah media kemarin. Tim sudah bekerja keras dan berhasil menduduki puncak klasemen grup 7. Bahkan, sudah berhasil lolos dari fase penyisihan. Namun, kerja keras di atas lapangan tersebut sama sekali tidak pernah dihargai pihak manajemen. ‘’Kami semua sudah memenuhi kewajiban dan kerja keras. Kami menuntut hak kami,’’ timpal Peter Lipede.

Pemain asal Nigeria itu mengaku sudah muak dengan janji-janji palsu manajemen. Jadwal gaji selalu meleset. Bahkan, gaji dicicil dan berjanji akan ditepati tepat pada waktunya. ‘’Sama sekali tidak ada perhatian,” katanya. Peringatan keras tersebut merupakan puncak kemarahan. Sebab, mereka mengaku selalu bertengkar sebelum pertandingan. Bahkan, pemain nyaris tidak turun lapangan saat melawan Persebo Bondowo beberapa waktu lalu. Pada akhirnya pemain melunak setelah ada jaminan.  

Hal serupa juga terjadi saat melawan Persigo Gorontalo Selasa lalu (19/8). Jadwal pertandingan sedianya digeber pada pukul 15.15. Saat itu, para pemain tiba di Stadion Diponegoro pada pukul 15.30.Mereka bersedia bertanding setelah ada jaminan. Selain itu, para pemain memilih turun lapangan demi nama Banyuwangi. Mengingat, kabarnya Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menyaksikan laga bersama eks Gubernur Gorontalo sekaligus mantan menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhamad. Tapi, hanya Fadel Muhamad ada di tribun.

Sedangkan, orang nomor satu di Bumi Blambangan itu tidak tampak hadir. Pada akhirnya, semua pemain berhasil membungkam kubu tamu dengan skor 3-0. Tapi, gaji yang dijanjikan akan dibayar penuh kembali meleset. Bahkan, hanya ada dana senilai Rp 30 juta. Padahal, nilai yang harus dibayarkan masih sangat besar. ‘’Kekurangan total yang belum terbayar sampai sekarang mencapai Rp 84.750.000,’’ sebut Peter Lipede. Para pemain sebetulnya ingin bertemu dengan manajer Persewangi, Hari Wijaya untuk membicarakan masalah gaji. 

Tapi, yang bersangkutan selalu menghindar dengan berbagai alasan. ‘’Kalau Pak Hari gak mampu, mundur saja,’’ desaknya. Terkait masalah itu, ternyata para pemain berhasil menemui Bupati Anas kemarin pagi. Kepada Bupati Anas, mereka mengeluhkan tentang masalah yang sedang terjadi selama ini. ‘’Tadi kami sudah menemui bupati. Beliau masih menyusun jadwal untuk bertemu kami. Kami menyadari, beliau sangat sibuk,’’ tambah Jainal Ikhwan. Prestasi Persewangi sudah gemilang pada musim ini dengan perjuangan keras.

Apakah tidak eman-eman ketika pemain memilih untuk tidak melanjutkan sisa kompetisi? ‘’Kami semua sudah sepakat untuk tidak bertanding sebelum gaji dibayar,’’ tandas Jainal Ikhwan. Manajer Persewangi, Hari Wijaya, mengaku sudah berusaha keras untuk memenuhi gaji pemain. Namun, segala upaya maksimal tersebut tidak berjalan sesuai harapan. ‘’Kami jajaran pengurus sudah berusaha keras,’’ katanya kemarin. Sebab itulah, harus ada campur tangan Pemkab Banyuwangi untuk menyelamatkan nasib Persewangi. 

Paling tidak, memberi petunjuk untuk menggandeng sponsor maupun donatur. ‘’Karena tim ini merupakan kebanggaan rakyat Banyuwangi,’’ bebeknya. Pada musim lalu, Persewangi belum mendapatkan perhatian dari pemerintah. Karena itu, kini saatnya Pemkab Banyuwangi ikut campur mengatasi problem finansial yang melanda Persewangi. ‘’Kami memang butuh perhatian dari pemerintah,’’ harapnya. Mengenai desakan mundur yang disampaikan pemain, hal itu bukan salah satu solusi untuk menyelamatkan Persewangi.

Dalam aturan PT Liga Indonesia, pemain tidak memiliki kewenangan untuk mendesak mundur. ‘’Gaji sudah dibayar, meski ada kurangnya,’’ jelasnya. Dalam peraturan PT Liga Indonesia, beber dia, pemain berhak melaporkan manajemen kepada PT Liga Indonesia jika pemain tidak digaji selama tiga bulan berturut- turut. Selanjutnya, PT. Liga Indonesia akan menjatuhkan sanksi kepada manajemen termasuk dirinya. ‘’Pemain harus tahu itu,’’ tandasnya. (radar)