Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tuyul dari Alas Purwo Bentuknya Mirip Batu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SIANG kemarin (9/1), sejumlah anggota Polsek Bangorejo mendatangi rumah Jumiran di Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo untuk melihat dan memastikan keberadaan tuyul  yang telah ditangkap dan dimasukkan ke dalam  botol tersebut.

Beberapa anggota polisi, sempat melihat-lihat botol itu. Jumiran yang mengklaim telah menangkap tujuh tuyul bersama  putrinya, Galih Raka Kinasih, terlihat cukup semangat menceritakan proses penangkapan  tersebut, meski dalam mengungkapkan tidak terlalu gamblang.

“Menangkapnya Rabu malam sekitar jam 10 (22.00),” cetus Jumiran. Dalam menangkap jin itu dilakukan bersama tim. Peran anggota dalam tim itu juga berbeda-beda. Sebagian ada yang bertugas memanggil tuyul agar datang, sebagian lagi ada yang dijadikan medium untuk dimasuki tuyul.

Selain itu, juga ada yang memegangi tubuh tim yang menjadi medium. Untuk ritual tersebut, mereka juga menggunakan perkakas di antaranya kacang ijo, batang tunas pisang, kembang kanthil, air cucian beras, dan sejumlah  barang lainnya.

“Yang manggil satu, lainnya nggujer,” jelasnya. Penangkapan tuyul itu, menurut Jumiran. setelah sering diberitahu oleh anaknya, Galih Raka Kinasih. Awalnya, juga tidak percaya  dengan adanya tuyul. Tapi, selama tiga tahun belakangan uang di rumahnya sering hilang secara misterius.

“Saya selama tiga tahun  tidak percaya, tapi uang saya sering hilang,” jelasnya.  Karena sering kehilangan uang  itu, pria yang berprofesi sebagai penarik uang listrik itu akhirnya banyak mengalami kerugian. “Setiap setor saya catat, waktu  saya setor uang itu distaples, setelah dihitung kurang Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu,” jelasnya.

Tuyul yang berhasil ditangkap  itu, ternyata asalnya cukup beragam. Di antara tuyul ada yang  berasal dari Alas Purwo, bentuknya ada yang seperti batu, dan  sisa pembantaian penjajahan Belanda. “Kita tanya namanya, katanya Condro,” ungkapnya.

Jumiran menyebut identitas pemilik tuyul sudah diketahui. Tapi, dia menolak untuk membeber dan berharap mau datang  dan minta maaf. “Saya tidak bisa menyebutkan,” ucapnya. Jumiran menyampaikan sebenarnya enggan untuk membeber  hasil penangkapan tuyul bersama  timnya. Dia khawatir akan  menajdi fitnah.

“Janganlah, Mas, nanti khawatir jadi fitnah,” ucapnya menolak saat mau difoto. Belum puas dari keterangan Jumiran, Jawa Pos Radar Genteng men coba menemui Galih Raka Kinasih, di sekolahnya SMPN 2 Bangorejo. Dari putrinya itu, keterangan ternyata malah lebih lengkap mengenai tuyul itu.

Dengan didampingi guru BK, Galih mengisahkan seputar tuyul di rumahnya. Dia mengawali cerita dengan menggambarkan  bentuk dan rupa tuyul yang  ditangkap tersebut. “Bentuknya macam-macam, ada yang memiliki tinggi 50 centimeter dan ada yang 90 centimetr,” jelasanya.

Dari tujuh tuyul yang ditangkap, sebagian ada yang berpakaian layaknya manusia. Ada juga yang hanya memakai daleman. Sementara tuyul yang berjenis kelamin perempuan, juga mengucir rambutnya. “Yang perempuan berkuncir,” terangnya.

Dengan santai Galih juga menjawab satu per satu pertanyaan  yang disampaikan Jawa Pos Radar Genteng. Meski penyampaiannya  sedikit meloncat-loncat, tapi  keterangan yang diberikan mengalir. Termasuk saat menceritakan bagaimana cara berkomunikasi dengan tuyul.

“Kalau yang dirasuki anak balita, telinganya seperti kelelawar dan  matanya seperti berkacamata,”  jelasnya.  Terkait mitos bentuk mulut tuyul yang vertikal, Galih juga membenarkan hal itu. Menurutnya, mulut tuyul ada yang vertical, ada yang di samping, dan ada yang tidak memiliki mulut.

“Ada yang mulutnya begini  (memeragakan vertikal) ada yang  mencong, ada yang tidak punya,”  terangnya tegas. Terkait pemilik tuyul yang ditangkap di rumahnya, dia mengaku pemiliknya berjumlah tiga orang. Malam hari setelah  ditangkap, salah satu pemilik datang untuk menjenguk tuyul  dalam bentuk sukma. Kemudian,  dua pemilik lainnya datang keesokan harinya.

“Kemarin satu orang datang, tapi sukmanya,” ungkapnya. Cerita yang di sampaikan ini menurutnya bukan mengarang,  karena memiliki kemampuan indra keenam. Gadis yang memilki hobi membaca novel itu menceritakan kemampuannya diperoleh sejak 12 Januari 2012.

Apakah kesaksiannya bisa dipertanggungjawabkan, dengan  mantap remaja putri itu menyatakan bisa dipercaya. “Saya kalau  tidak jujur dituntut diri sendiri,”  jelasnya. Sebelum mengakhiri perbincangan, Galih mengatakan pemelihara tuyul membutuhkan tumbal untuk kelancaran usahanya.

Tumbal itu bisa berupa binatang atau manusia. Biasanya, selain  anggota keluarganya sendiri,  pemilik tuyul akan menjebak orang lain dengan memasang uang di jalan. Barang siapa mengambil uang tersebut, maka  akan terancam menjadi tumbal. (radar)