BANGOREJO – Umat Hindu merayakan hari raya Galungan kemarin (5/4). Sebelumnya, berbagai persiapan dilakukan seperti pemasangan penjor di depan rumahnya. Selain itu, membersihkan rumah dan menyiapkan segala kelengkapan untuk para tamu.
Itu seperti yang terlihat di Desa Sambimulyo, Kecamatan Bangorejo. Di daerah itu, suasana hari raya Galungan terlihat jelas. Meski diguyur hujan deras, para penganut Hindu melakukan silaturahmi dengan mendatangi kerabat dan tetangga.
“Setiap Galungan, umat Hindu anjangsana,” cetus Sekretaris Walaka PHDI Kecamatan Bangorejo, Eko Prastyo. Hari raya Galungan, terang dia, termasuk hari raya yang cukup ramai bagi umat Hindu. Apalagi, hampir semua warga memasang penjor di depan rumahnya.
“Penjor ini termasuk sakral,” terangnya. Bagi umat Hindu, jelas dia, penjor itu digunakan untuk sarana persembahan kepada sang Hyang Widi Wasa. Makanya, pemasangannya harus dibuat seindah mungkin. “Penjor harus dibedakan dengan papenjoran, penjor berhubungan erat dengan ritual Hindu, sedangkan papenjoran dibuat untuk kepentingan di luar upacara keagamaan atau bersifat profan’’ ucapnya.
Kelengkapan dalam penjor Galungan itu, terang dia, meliputi sanggah penjor, pala bungkah, pala gantung, sampian penjor, lamak, ceniga, kain, dan sebagainya. Pala bungkah itu meliputi umbi-umbian. Sedang pala gantung itu buah-buahan, padi, kacang-kacangan, dan sebagainya.
“Penjor itu lambang gunung, sebagai sumber kesejahteraan,” ungkapnya. Warga lainnya, Susiadi, 40, asal Desa Sambimulyo ini menyampaikan memasang penjor itu juga tidak sembarangan. Tapi, ada aturan sendiri. “Penjor itu dipasang di sisi kanan pintu masuk ke pekarangan,” terangnya. (radar)