Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Umur 11 Tahun Sudah Koleksi Delapan Gelar

BERBAKAT: Annisa dan medali emas Menpora Cup-IV 2012.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
BERBAKAT: Annisa dan medali emas Menpora Cup-IV 2012.

Meski masih belia, sederet prestasi di bidang olahraga karate sudah berhasil diraih Annisa Shobaro Rohima, 11. Kali ini, dia membawa pulang medali emas Kejurnas Karate Tradisional Menpora Cup-IV 2012 yang dihelat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

-SIGIT HARIYADI, Banyuwangi-

KEAHLIAN bela diri penting dimiliki seseorang untuk menangkal aksi kejahatan yang sewaktu-waktu terjadi. Itulah motivasi awal Annisa menekuni dunia karate. Sejak usia lima tahun, gadis yang satu ini sudah bergabung dengan perguruan karate tradisional Dojo Satria, Banyuwangi.

Seiring berjalannya waktu, bungsu tiga bersaudara putri pasangan Joko Sugeng Harjono dan Hilda Dharma Komari itu memiliki motivasi lain dari bidang olahraga bela diri tersebut. Apa itu? Annisa ingin menjadi atlet yang bisa mengharumkan nama bangsa di even internasional. Rupanya, Annisa adalah sosok yang konsekuen.

Untuk mewujudkan cita-citanya, dia pun giat berlatih karate. Tidak tanggung-tanggung, remaja putri yang tinggal di Perumahan Sobo Indah Permai Blok I-19, Kelurahan Sobo, Kecamatan Banyuwangi, itu rutin menjalani latihan empat hari dalam sepekan. Latihan tersebut dibimbing sang pelatih yang tidak lain kerabatnya sendiri, yakni Joko Triadni Adi.

Ya, Annisa memang dibesarkan di lingkungan keluarga penggiat olah-raga bela diri. Selain Joko, kedua kakaknya juga terjun di bidang serupa. Si sulung bergelut dengan bela diri pencak silat, dan kakak kedua menekuni bela diri karate. Sang ayah juga lama menekuni dunia karate. Perlahan tapi pasti Annisa “naik tingkat”.

Bahkan, gadis yang saat ini masih berstatus siswa kelas VII SMPN 4 Banyuwangi itu sudah mengenakan sabuk warna cokelat. Padahal, di perguruan tempat dia menimba ilmu, sabuk cokelat hanya disandang rekannya yang duduk di bangku kelas IX SMP. “Hanya ada dua teman saya yang memiliki sabuk cokelat, tapi mereka sudah kelas IX SMP,” ujar Annisa.

Perlu diketahui, sabuk warna cokelat merupakan tingkat keenam dari tujuh tingkat dalam dunia karate. Tingkat pertama adalah sabuk putih, disusul sabuk kuning, oranye, hijau, biru dan cokelat. Tingkat terakhir yang berarti dianggap sudah menguasai seluruh kihon (dasar atau fondasi karate, Red) dengan baik adalah sabuk hitam.

Kembali ke cerita tentang Annisa. Kerja keras dan kesungguhan bocah yang juga hobi renang itu membuahkan hasil manis. Bahkan, pada Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Karate Tradisional Senior-Junior Menpora Cup IV Tahun 2012 yang diadakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), tanggal 7 sampai 8 Juli 2012 lalu Annisa menjadi yang terbaik pada nomor kata (jurus) perorangan kelompok usia 11 sampai 12 tahun.

Prestasi men tereng yang berhasil dia genggam tidak berhenti sampai di situ. Pada nomor kumite (perkelahian) perorangan, dia juga sukses mengandaskan perlawanan rival-rivalnya yang berasal dari seantero tanah air. Medali emas pun berhak diraih bocah yang turun mewakili Provinsi Jawa Timur (Jatim) itu dari dua nomor pertandingan tersebut.

Sementara itu, sekitar setahun lalu, Annisa yang saat itu masih duduk di bangku kelas VI SD sempat mengalami pe ngalaman unik. Ketika itu, salah seorang teman laki-lakinya tiba-tiba mendorong tubuh bocah perempuan yang satu itu hingga nyaris terjatuh. Karena refleks, Annisa balik mendorong tubuh teman satu sekolahnya tersebut.

Ternyata teman laki-laki itu yang justru terjatuh dan langsung menangis. Annisa yang hanya bermaksud membela diri pun meminta maaf kepada temannya itu. “Sejak saat itu tidak ada teman yang iseng mengganggu saya,” kata dia seraya tersenyum. Di lain pihak, Hilda, ibu kandung Annisa, mengaku bangga atas capaian apik putri bungsunya tersebut.

“Tentu saja saya bangga. Sampai saat ini Annisa sudah mengumpulkan delapan medali emas dan enam trophydari beberapa kejuaraan karate yang dia ikuti,” tuturnya. Menurut Hilda, dia memang membekali putra-putrinya dengan keterampilan bela diri, sehingga jika suatu saat jauh dari orang tua, anak-anak bisa membela diri sendiri jika ada orang-orang yang berniat jahat.

Hilda mengaku siap menyokong cita-cita putri kesayangannya itu menjadi atlet karate. Namun, tentu saja, Annisa harus giat berlatih. “Saya mendukung jika Annisa bercita-cita menjadi atlet karate,” pungkasnya. (radar)