Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Universitas Tawang Alun

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SEJARAH, yang tertulis maupun yang tertutur, memang perlu. Membaca sejarah sama dengan napak tilas. Menyusuri kembali time tunnel. Terowongan waktu. Terpampang di sana segala kejadian masa lalu. Kejadian kecil sampai yang besar. Yang remeh-temeh sampai yang sangat serius. Gelora perjuangan, sosial, kriminal, hukum, pendidikan, dll.

Semua tercatat dengan baik dalam sejarah. Tinggal pilih mana. Sesuai selera, tentunya. Yang pasti, sejarah memberi inspirasi. Makin rajin mempelajari sejarah semakin banyak inspirasi yang akan didapat. Membaca sejarah para tokoh setidaknya akan memberi semangat, ide, dan bahkan meniru gaya atau cara-cara yang dilakukan sang tokoh. Pun sejarahsejarah lainnya.

Sekiranya itu yang dilakukan Pak Anas (Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi). Terutama setelah membaca sejarah pendidikan di Bumi Blambangan. Dia tahu betul bahwa sejarah Universitas Jember (Unej) tidak bisa dilepaskan dari Banyuwangi. Awalnya, bernama Universitas Tawang Alun.

Nama yang familiar dengan telinga warga kota the Sunrise of Java. Itu artinya, Unej awalnya berdiri di Banyuwangi. Dari sejarah pula kita tahu, dahulu kala wilayah kerajaan Blambangan melingkupi Jember. Bahkan, sampai Lumajang. Maka tidak mengherankan jika antara Banyuwangi dan Jember memiliki ikatan batin yang kental. Sampai-sampai terminal Jember pun menggunakan nama Tawang Alun.

Radio-radio di Kota Tembakau saban hari juga memutar lagu-lagu Kendang Kempul –dari yang lama sampai yang modern. Alunan suara Alif  S. sampai Catur dan Reni Farida memenuhi angkasa Jember, pagi hingga sore. Itulah fakta sejarah. Dulu dan sekarang. Antara Jember dan Banyuwangi. Atau, Banyuwangi dan Jember.

Dua kabupaten yang dibatasi alas Gumitir. Kalau faktanya sudah seperti itu, tidak ada salahnya mencoba merajutnya kembali. Memang tidak mudah. Tapi, tetap harus diupayakan. Sebagai langkah pertama, masing-masing pihak harus membuang egonya. Pihak Unej harus memahami keinginan pemkab Banyuwangi untuk membuka kembali Unej di Kota Gandrung. Keinginan itu diutarakan secara terbuka oleh Pak Anas kepada Rektor Unej saat penandatanganan MoU pendidikan dan hukum, Senin pekan lalu.

Pendirian Unej di Banyuwangi adalah upaya menghidupkan kembali romansa sejarah Banyuwangi. Konon, Universitas Tawang Alun dulu sangat diminati. Mahasiswanya lumayan banyak.  Bahkan, menjadi kebanggaan masyarakat Kota Gandrung. Itu bisa dimengerti. Sebab, semangat belajar masyarakat Banyuwangi sangat tinggi. Sudah tak terhitung mahasiswa Banyuwangi yang belajar ke universitas terkenal di berbagai kota di Indonesia.

Bahkan, banyak yang berkuliah di sejumlah universitas luar negeri. Pihak Unej tidak perlu takut kelak kalau buka kampus di Bumi Blambangan akan memengaruhi minat para pelajar Banyuwangi masuk Unej di Jember. Harus diakui, selama ini banyak remaja Kota Pisang yang menunut ilmu di Unej. Tapi, ketakutan seperti itu tidak beralasan. Pembukaan Unversitas Brawijaya (Unibraw) di Kediri adalah presedennya.

Kalau Unibraw sukses buka kampus di Kediri, kenapa Unej tidak bisa melakukan hal yang sama: membuka kampus di Banyuwangi. Toh, regulasinya sangat memungkinkan akan hal itu. Tidak aka nada aturan yang ditabrak. Kalau Unibraw membuka kampus di Kediri melompati Kota Batu di utara dan Blitar di selatan, maka Unej jika membangun kampus di Banyuwangi tidak melompati satupun kota atau kabupaten.

Kecuali satu: gunung gimitir! Unej, sekali lagi, jangan khawatir akan kekurangan mahasiswa setelah membuka kampus di Banyuwangi. Bagaimana pun, Unej tidak akan kehilangan nama besarnya sekali pun ada cabang di Banyuwangi. Unej dengan kelebihan-kelebihan jurusannya  tetap akan menyedot para pemuda dari seluruh penjuru nusantara.  Itu sudah sunnatullah.

Unej sebagai kampus terbesar di wilayah Jatim dan Indonesia Timur tetap akan menjadi magnit bagi para pencari ilmu. Wa ba’du. Kalau sudah begitu faktanya, untuk apa menunda-nunda waktu untuk mendirikan Unej di Banyuwangi. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Apalagi sampai tiga kali. Good will dari pemkab Jember eman kalau tidak disambut dengan political will dari Unej.

Jika kedua kutub tersebut bertemu, akan terbangun sinergi yang kuat. Kekuatan itu sangat dibutuhkan untuk merealisasikan keinginan Pak Anas mewakili rakyat Banyuwangi. Yakni, menegakkan kembali salah satu lembaran sejarah. Sejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat Banyuwangi. Berdirinya kembali Universitas Tawang Alun sebagai fi’lial Unej di Jember. Alangkah indah jika Poliwangi tahun ini benar-benar menjadi negeri ditambah dengan kampus Unej di Banyuwangi. Mudah-mudahan…([email protected])