Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Untung Suripto, Juara Nasional Balap Sepeda MTB asal Kemiren

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

pagiiPagi Rutin Gowes, Siangnya Nukang

Untung Suripto, 35, lebih dikenal sebagai buruh bangunan di kampungnya. Baru-baru ini lelaki asal Dusun Kedaleman, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, itu bikin kejutan. Dia sukses meraih gelar juara dalam kejuaraan nasional balap sepeda MTB di Bandung, Jawa Barat.Tidak sia-sia Untung rutin meninggalkan rumah beberapa hari belakangan. Meski sempat meninggalkan
pekerjaan sebagai tu kang bangunan, suami Sulistyowati itu pulang membawa hasil mem banggakan.

Tidak hanya bagi Pengkab ISSI Banyuwangi dan Banyuwangi, tapi juga bagi dirinya sendiri. Sebab, dia mencatatkan namanya sejajar dengan pembalap nasional lain. Kejuaraan balap sepeda classic yang digelar di Bandung menjadi penahbisan namanya. Turun di kelas “penggemar” (non-atlet) usia 30-39 tahun, Untung berhasil menumbangkan perlawanan sejumlah mantan atlet kawakan. Dalam even yang melahap rute sejauh 14 Kilometer menuju Tangkuban Perahu tersebut, Untung mencapai garis finis terdepan sekaligus mencatatkan waktu tercepat.

Meski terbilang cukup dekat, Untung sedikit menghela napas saat menceritakan trek yang ditaklukkan ter sebut. Sejak start hingga finis, trek menanjak tidak pernah berhenti. Hal itu menyebabkan sejumlah peserta kehabisan stamina. Berbeda dengan Untung. Untung memang benar-benar beruntung. Dia sukses menaklukkan medan sulit tersebut Tidak mudah menjadi juara di sana. Selain diikuti sejumlah mantan pembalap ka wakan, Untung juga dihadapkan pada sisi nonteknis, di antaranya rantai sepeda pu tus jelang lomba.

Persoalan lain, ban be lakang sepedanya meletus dua jam sebelum balapan. Selain itu, pria berkulit sawo matang itu juga mengalami tekanan psikologis. Keringat dingin dan sakit perut menyerang be berapa saat sebelum bendera start diki barkan. Beruntung, Untung masih bisa ba lapan dan akhirnya menang. Berbekal persiapan yang cukup, dia ber hasil menjadi yang terbaik di ajang tersebut.

Persiapan mengikuti ajang tersebut, dia rutin berlatih di lintasan Tour de’Ijen, te rutama di kawasan tanjakan Erek-erek. Tanjakan di lereng Gunung Ijen itu dijadikan lokasi menempa diri. “Rute dari Du sun Jambu hingga Erek-erek jadi tempat rutin menempa diri,” ujar lelaki yang lahir di Banyuwangi 21 Mei 1978 itu. Untung memang hobi mengayuh sepeda. Kebiasaan yang dia lakukan sejak remaja itu berlanjut hingga sekarang. Berbekal sepeda pancal seadanya, bapak dua anak itu biasa gowes sejak pagi buta.

Bukan sepeda sport yang menjadi temannya menyusuri jalanan di desanya, melainkan sepeda MTB tua. Sepeda MTB tua itulah yang menjadi media hobinya terhadap olahraga bersepeda. Se peda tua itu dia beli dengan cara menyisihkan sedikit penghasilannya sebagai tukang bangunan yang tidak seberapa. Namun, kebulatan tekad itu membuatnya mampu mewujudkan mimpi memiliki sepeda MTB. Selepas Subuh pukul 05.00, Untung memulai perjalanan menembus udara dingin. Dia rutin bersepeda hingga pukul 06.30.

Rute yang dilalui pun terbilang cu kup lumayan “menyiksa”. Dia biasanya mengayuh dari rumahnya di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, menuju Dusun Jambu, Desa Tamansari, Kecamatan Licin. Tak jarang, dia melanjutkan perjalanan menuju Erek-erek di lereng Gunung Ijen lalu kembali lagi ke Jambu. Dari Dusun Jambu di Perkebunan Lidjen ter sebut, dia memutar menuju Perkebunan Ka libendo. Kemudian, kembali ke Kemiren dan fi nis di rumahnya.

Tidak sekadar bersepeda, Untung mematok target waktu ke setiap tempat yang dia tuju. “Dari rumah sampai tujuan saya beri target waktu. Setelah sepedaan,  baru kerja,” ujarnya. Saat libur kerja, Untung merasakan kenikmatan bersepeda. Tidak hanya sendiri, dia pun menyempatkan diri bergabung dengan komunitas dan klub sepeda. Tanpa di sadari, Untung sebenarnya sudah siap menjadi atlet berprestasi berkat latihan ke ras yang dijalaninya selama ini. Kecintaan terhadap dunia mengayuh sepeda membuatnya mulai menjajal sejumlah kejuaraan. Itulah yang kini di lakukan di Banyuwangi 2002 silam.

Awalnya di memilih kelas BMX sebagai aktualisasi diri. Namun, dalam beberapa kejuaraan, dia justru lebih moncer saat tampil di kelas MTB. Prestasi pertamanya di kejuaraan sepeda justru datang tahun 2012 lalu. Turun di kejuaraan MTB XC yang digelar di Surabaya, Untung yang turun di kelas Master A Fobbies berhasil menyabet juara pertama. Meski menggunakan sepeda pinjaman, bapak Mia dan Lia itu mampu mengalahkan sejumlah atlet berpengalaman. Untung kian beruntung. Bakat dan kemauan kerasnya itu membuat sejumlah penggemar sepeda di Kota Gandrung bersimpati kepadanya.

Beberapa penggemar sepeda di Banyuwangi pun patungan untuk membelikan Untung sebuah sepeda MTB sebagai hadiah juara di Surabaya tahun lalu. “Sepeda ini cukup membantu dan saya nggak pernah mimpi bisa ke Bandung dan menang. Sebelumnya, saya cuma ikut lomba di Banyuwangi. Saya juga salut dengan pengurus ISSI Banyuwangi saat ini,” katanya. Meski tidak muda lagi, Untung tetap bertekad terus gowes. Dia kini tengah mena bung untuk membelikan buah hatinya se peda. Rencananya sepeda itu akan dia gunakan mempersiapkan anak pertamanya yang juga berminat terhadap olahraga bersepeda. (radar)