Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Waspadai Sembilan Zat Aditif Pada Jajanan di Sekolah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

waspadaDapat Memicu Penyakit Jantung, Diabetes, dan Stroke

BANYUWANGI – Uji laboratorium terhadap sampel makanan dan jajan di sekitar sekolah ditemukan mengandung zat rhodamin-B. Uji lab itu dilakukan Dinas Kesehatan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya pada 2012 lalu. Dalam uji lab itu ada sekitar 90 sampel jajan di sekitar sekolah yang diuji. Dari 90 sampel makanan yang diambil di empat Kecamatan, Banyuwangi, Rogojampi, Muncar, dan Purwoharjo, sebanyak 19 sampel mengandung zat berbahaya bagi kesehatan.

Demi menyelamatkan jiwa penerus bangsa, Jawa Pos Radar Banyuwangi bekerja sama dengan Stikes Banyuwangi menggelar diskusi mengupas hasil uji lab tersebut Kamis lalu (17/5). Dalam diskusi Forum Kemisan itu, dr. Ketty S. Arna memberikan beberapa tips memilih makanan sehat. Dalam kesempatan itu, Ketty menyampaikan cara selektif memilih makanan sehat. Asupan makanan yang di konsumsi setiap hari, utamanya anak-anak usia sekolah harus memenuhi beberapa unsur.

Pertama, unsur zat pembangun. Un sur zat ini dapat diperoleh dari makanan tahu, ikan laut, susu, daging ayam sehat, dan tempe dan kacang-kacangan yang lain. Kedua, harus memenuhi unsur zat pengatur. Unsur zat ini dapat diperoleh dari makan buah pisang, wartel, pepaya, buah mangga, nangka, jambu air, daun sawi, tomat, buah jeruk, dan daun kangkung. Sedangkan unsur ketiga adalah zat tenaga. Unsur zat tenaga ini ada pada buah jagung, terigu, kentang, roti, ubi, talas, nasi, dan singkong.

Selain harus mengonsumsi beberapa zat itu, makanan yang dianjurkan adalah mengonsumsi buah cantik dan sayur cantik. Buah cantik meliputi anggur hijau, strawberry, buah jeruk, anggur merah, apel merah, dan apel hijau. Sedangkan sayuran cantik antara lain, buah tomat, bawang putih, terong ungu, sayur sawi, daun seledri, dan wortel. Selain itu, dr. Ketty juga menyarankan masyarakat untuk menghindari zat aditif makanan.

Zat aditif makanan adalah semua bahan yang ditambahkan ke dalam makanan selama proses pengolahan, penyimpanan, atau pengepakan makanan. Ada sembilan zat aditif makanan yang perlu Anda hindari, pertama sodium nitrat dan natrium nitrit yang berasal dari pengawet makanan atau pada produk daging olahan. Zat aditif sodium nitrat dan natrium nitrit menyebabkan masalah pada lambung, prostat, dan kanker payudara. Kedua, zat aditif butylated hydrozyttoluene (BHT) dan hydroxyanisole Butylated (BHA).

Zat ini biasanya ada dalam label makanan olahan dan juga dalam sereal, keripik kentang, minyak sayur, dan permen karet. Risiko zat aditif ini menimbulkan pengembangan kanker, pembesaran hati, dan menghambat pertumbuhan sel.Ketiga zat aditif jenis propyl gallate. Bahaya ini berada dalam sup ayam instan, permen, dan dalam beberapa produk daging olahan. Risikonya dapat menyebabkan gangguan pencernaan, ginjal, dan masalah hati.

Zat aditif keempat jenis monosodium glutamat (MSG). Zat ini ditemukan dalam sup kalengan, keripik, kerupuk, saus salad, dan makanan olahan. Risiko yang ditimbulkan dapat menyebabkan pusing, mual, perubahan suasana hati, dan kelemahan. Sedangkan zat aditif kelima minyak sayur terhidrogenasi. Kandungan zat ini ditemukan dalam popcorn, keripik, kue kering, kue, pie, gajih, margarin, dan minyak kelapa yang tidak murni.

Zat ini menyebabkan penyakit cardiovaskular seperti stroke, gagal ginjal, dan penyakit jantung lainnya. Keenam, zat aditif aspartame. Zat ini ditemukan, sering digunakan sebagai pemanis tambahan rasa manis dalam yogurt, puding, soda, dan makanan manis lainnya. Zat ini bisa menyebabkan keracunan makanan, merusak gigi, meningkatkan gula darah, dan menyebabkan kegemukan. Zat aditif makanan ketujuh yang berbahaya adalah pewarna makanan.

Zat ini terdapat dalam minuman, makanan yang dipanggang, permen, buah cocktail kalengan, sosis, dan gelatin. Zat ini dapat menimbulkan tumor di berbagai bagian tubuh seperti ginjal dan kelenjar adrenal. Delapan, zat aditif olestra atau margonda. Zat ini seringditemukan dalam keripik kentang dan dapat mencegah penyerapan lemak. Risikonya diare, masalah usus, dan masalah pencernaan lainnya. Sedangkan zat aditif makanan kesembilan, jenis Kalium Bromat.

Zat ini, biasanya dicampurkan dalam adonan roti. “Risiko dapat menyebabkan kanker,” kata dr Ketty. Selain itu, Ketty juga menyarankan  masyarakat menghindari makanan yang mengandung boraks. Zat ini, biasanya dipergunakan untuk pangan dengan tujuan memperbaiki warna, tekstur dan fl avor. Boraks bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan.

Boraks (Na2B4O7.10H2O) dan asam borat (H3BO3) digunakan untuk deterjen. dr. Ketty juga mewanti-wanti agar menghindari makanan Formalin. Bahan ini adalah larutan formaldehida biasanya digunakan dalam industri plastik, anti busa, bahan konstruksi, kertas, karpet, tekstil, cat dan mebel. Formaldehida juga digunakan untuk mengawetkan mayat dan mengontrol parasit pada ikan. Formalin dapat menyebabkan kanker dan bila terminum dapat menyebabkan rasa terbakar pada tenggorokan dan perut.

“Sedikitnya 30 ml (sekitar dua sendok makan) formalin dapat menyebabkan kematian,” ungkap Ketty. dr. Ketty me-warning para orang tua untuk hati-hati memberikan konsumsi makanan anak-anaknya. Sebab, saat 44 persen makanan anak-anak mengandung zat kimia yang membahayakan. “Pewarna merah terang bersifat racun dan kanker banyak di salah gunakan pada pangan dan kosmetik. Berbahaya kalau tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit,” jelasnya.

DISARANKAN PAKAI PEWARNA ALAMI SELAIN

Membahas bahaya zat berbahaya dalam jajanan di sekitar sekolah, Diskusi Forum Kemisan pekan lalu juga mengupas masalah bahan tambahan pangan (BTP) yang digunakan dalam olahan makanan. Penggunaan BTP tidak boleh digunakan menyembunyikan cara pengolahan makanan yang tidak benar. Selain itu, penggunaan BTP tidak boleh mengakibatkan penurunan nilai gizi pada makanan tersebut. “Apalagi sampai menghilangkan nilai dan kandungan gizi pada makan hasil olahan.

Penggunaan BTP sudah diatur secara jelas dalam Permenkes 33 Tahun 2012,” ungkap Kabid Bina Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Banyuwangi, Sugeng Fadjar Hariyanto. Fadjar menjelaskan, untuk menggunakan BTP dalam pengolahan makanan ada beberapa syarat yang harus dilakukan produsen atau industri rumahan. Beberapa syarat itu antara lain, aman, telah dilakukan diuji laboratorium, dan dilakukanevaluasi secara terus menerus.

Pada kadar yang diperlukan tidak membahayakan kesehatan, harus selalu diamati dan dievaluasi ulang,  emenuhi syarat mutu dan kemurnian, penggunaannya dibatasi, untuk tujuan tertentu dan kadarnya harus serendah mungkin. Penggunaan BTP berdasar fungsinya meliputi antioksidan, anti-kempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi, pemantap, pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap rasa, dan aroma.

Penggunaan warna dalam BTP pun diatur secara ketat. Pewarna yang diizinkan meliputi pewarna alam, karena hampir tidak ada efek samping. Contohnya, warna hijau pada klorofi l pada daun  suji, warna cokelat pada gula yang digosongkan, dan warna kuning curcumin pada kunyit. Sedangkan BPT yang dilarang dalam pengolahan makanan meliputi, asam borat dengan garamnya atau boraks yang sering digunakan olahan bakso, mi, dan kerupuk.

 Asam salisilat untuk olahan kecap, formalin untuk olahan  tahu, mi basah, dietil pirokarbonat, dulsin, kloramfenikol, kalium klorat, minyak nabati dibrominasi, nitrofurazon, dan kalium bromat. “Semua zat itu tidak boleh digunakan BTP karena akan merugikan kesehatan manusia,” jelasnya. Penggunaan bahan borat atau boraks, jelas Fadjar, penggunaannya untuk bahan solder dan pembersih bangunan. Selama ini, penggunaan bahan boraks sering ditemukan pada olahan bakso, mi, dan krupuk dan lontong.

Tujuan penggunaan bahan boraks ini untuk membuat kenyal makanan, menimbulkan rasa gurih, mengawetkan, dan membuat renyah makanan. Pemanis buatan, juga direkomendasikan untuk tidak dikonsumsi. Jika dikonsumsi secara terus menerus, pemanis buatan akan menghambat pertumbuhan bagi anak. Sebab, pemanis buatan itu sama sekali tidak mengandung gizi sama sekali. “Penggunaan pemanis buatan, sebaiknya dihindari. Penggunaan dalam waktu lama, dapat memicu kanker karsinogenik,” kata Fajar.

Dalam kesempatan itu, Fadjar juga membeberkan 30 zat pewarna membahayakan jika digunakan BTP. Perwarna itu adalah auramine, fast Yellow AB, orange GGN, alkanet, guinea green B, orange RN, butter yellow, indanthrene, orchid and orcein, black 7984, dan ponceau 3R. Selain itu, warna bum Umber, magenta, ponceau SX, chrisoindine, metanil yellow, ponceau 6R, chrisoine, oil orange SS, rhodamin B, citrus red no. 2, oil orange XO, chocolate Brown. oil yelow AB, scarlet GNFB, oil yelow OB, violet 6B, fast red E, dan orange G, sangat membahayakan kesehatan.

BUTUH KOMITMEN SEMUA ELEMEN UNTUK

menjauhkan siswa sekolah dari jajanan yang mengandung rhodamin-B, semua elemen masyarakat harus terlibat.  Persoalan jajanan berbahayaitu tidak bisa hanya diserahkan kepada pihak sekolah dan orang tuanya. Semua pihak harus memiliki komitmen yang sama demi menyelamatkan siswa dari jajanan yang mengandung zat berbahaya itu. Masyarakat umum, pemerintah, sekolah, dan orang tua, harus kompak menghalau beredarnya jajanan mengandung zat berbahaya.

Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Banyuwangi, Nurhamim mengatakan, persoalan itu tak berhasil bila hanya diserahkan pada sekolah. Sebab, sekolah tidak bisa bertindak sewenang-wenang kepada para penjual makanan di sekitar sekolah. Sebab, kalau sekolah bertindak tegas pada penjualan makanan yang terbukti menjual jajan berbahaya akan berdampak pada keamanan sekolah. Lingkungan sekolah menjadi tidak aman, dan pada akhirnya siswa akan menjadi korban.

Karena itu, kata Nurhamim, semua elemen harus duduk bersama untuk menyelesaikan persoalan. Masyarakat umum digugah hati nurani untuk tidak menjual makanan atau jajanan yang mengandung zat berbahaya. “Caranya pemerintah mengajari dan membimbing mereka tidak menggunakan olahan makanan dengan zat-zat berbahaya,” kata Hamin. (radar)

Kata kunci yang digunakan :