Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Hukum  

WNA Acungkan “Pistol” Menakut-nakuti Siswa SDN

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

KALIPURO – Merasa ketenteraman lingkungan tempat tinggalnya terusik, puluhan warga Lingkungan Krajan, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, berniat mengusir seorang warga negara asing (WNA) kemarin (16/10). WNA bernama Tibboel Hendrik, 51, tersebut dituding mengintimidasi siswa SDN 1 Gombengsari dengan mengacungkan pistol. Warga yang geram pun menggalang tanda tangan untuk mengusir pria berkewarganegaraan Belanda tersebut.

Informasi yang berhasil dihimpun wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, puluhan warga Lingkungan Krajan, RT 02/RW 02, Kelurahan Gombengsari, beserta wali murid SDN 1 Gombengsari ramairamai mendatangi rumah Hendrik di samping SDN tersebut. Itu dilakukan lantaran pria yang karib disapa Mr Hank tersebut enggan datang ke kantor kelurahan setempat saat warga akan mengutarakan keresahannya. Perdebatan antara perwakilan warga dan Mr Hank pun tidak dapat dielakkan. Sebab, pria bertubuh tinggi besar itu merasa tidak berbuat salah.

Selama ini, Hank mengaku tidak ada warga yang menyampaikan protes kepada dirinya. Agus, salah satu perwakilan warga mengatakan, selama setahun tinggal di Gombengsari, Hank kerap melakukan hal yang merugikan masyarakat. Kali pertama tinggal di Gombengsari, Hank melakukan pemutusan pipa air bersih milik Masjid Bairurrahim. Pipa air itu memang melintas di lahan milik Hank. Namun, sebelum memotong pipa, dia tidak berkoordinasi dengan pengurus masjid atau ketua RT.

Warga juga keberatan dengan kolam ikan lele dan kandang bebek yang dibangun Hank di belakang rumahnya. Sebab, limbah ternak itu dibuang ke sungai. Padahal, banyak warga sekitar yang mandi dan mencuci di sungai. Akhir-akhir ini Hank kembali berulah. Kali ini sasarannya adalah siswa SDN 1 Gombengsari. Dia menuding para siswa sekolah tersebut merusak tanaman kopi miliknya. Hank pun menggebrak kaca jendela sekolah yang berlokasi tepat di sebelah rumahnya hingga pecah. Tidak hanya itu, Hank juga mengacungkan pistol ke arah para siswa.

“Entah pistol asli ataukah pistol mainan, yang jelas siswa ketakutan. Siswa mengadu kepada wali murid, lalu wali murid lapor kepada ketua komite sekolah,” imbuhnya. Ketua Komite SDN 1 Gombengsari, Moh. Karyono menambahkan, masyarakat setempat menghendaki Hank keluar Kelurahan Gombengsari, karena tindakannya sudah tidak bisa ditoleransi. “Warga akan mengirim surat pernyataan menolak Hank yang ditandatangani 64 kepala keluarga (KK) dan wali murid itu kepada polres.

Tindakan selanjutnya, kami serahkan kepada aparat,” cetus Karyono. Sementara itu, kepada wartawan, Hank mengaku tidak merasa berbuat salah. Sebab, sebelumnya, warga tidak pernah berbicara kepadanya terkait tindakan yang dianggap merugikan warga tersebut. “Saya merasa tidak bersalah. Warga tidak pernah bicara kepada saya. Tetapi, tiba-tiba seperti ini,” kata dia dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.

Hank menambahkan, terkait pemutusan saluran air ke sekolah, dirinya telah membangun toilet untuk para siswa sekolah tersebut senilai Rp 5 juta. Namun, setelah toilet itu selesai dibangun, toilet itu tidak dipakai. “Malah banyak siswa yang kencing berdiri di lahan saya,” sesalnya. Sekadar tahu, Hank mengantongi kartu izin tinggal terbatas di Indonesia sejak 2010 lalu. Awalnya, dia tinggal di Kuta, Bali. Kartu izin tinggal terbatas itu belakangan diperpanjang hingga 18 Oktober 2014 mendatang.

Mediasi, Warga Akhirnya Legawa

SEMENTARA itu, niat warga mengusir Tibboel Hendrik dari Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, disikapi serius sejumlah kalangan. Tidak tanggung-tanggung, aparat Polsek Kalipuro dan Koramil Kalipuro berjaga di sekitar lokasi kejadian. Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pihak kelurahan dan kepolisian membawa pria yang biasa disapa Mr Hank itu ke kantor kelurahan setempat untuk dilakukan mediasi bersama warga. Proses mediasi itu berjalan alot.

Beruntung, akhirnya warga bersedia menerima Hank tetap tinggal di Kelurahan Gombengsari. Kapolsek Kalipuro AKP Sudarsono mengatakan, perselisihan warga dan Hank terjadi karena kesalahpahaman. Sebab, baik warga setempat maupun Hank, sama-sama kurang memahami bahasa masing-masing. “Namun, setelah dimediasi, warga legawa. Mereka tidak keberatan yang bersangkutan (Hank) tinggal di Kelurahan Gombengsari,” ujarnya kemarin (16/10).

Kapolsek Sudarsono menambahkan, agar tidak mengganggu aktivitas belajar siswa SDN 1 Gombengsari, Hank bersedia gang di sebelah rumahnya yang berbatasan langsung dengan gedung lembaga pendidikan tingkat dasar tersebut ditutup. Masih menurut Sudarsono, perselisihan warga dan warga negara asing yang telah menetap di Gombengsari sejak sekitar setahun lalu itu sudah ada titik temu. Pihaknya akan tetap melakukan pemantauan situasi. “Warga legawa yang bersangkutan tetap tinggal di Gombengsari. Tetapi, kami akan terus memantau kondisi di lapangan demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya. (radar)