Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Event  

1.286 Penari Menyihir Ribuan Penonton

Festival Gandrung Sewu kembali digelar di bibir Pantai Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (8/10/2017), menyajikan penampilan kolosal 1.286 penari.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Festival Gandrung Sewu kembali digelar di bibir Pantai Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (8/10/2017), menyajikan penampilan kolosal 1.286 penari.

BANYUWANGI – Festival Gandrung Sewu bertajuk “Kembang Pepe” berlangsung spektakuler di Pantai Marina Boom, Banyuwangi, sore kemarin (8/10). Tarian kolosal sarat makna yang ditampilkan 1.286 siswa asal seantero Banyuwangi berhasil ‘menyihir’ ribuan penonton yang menyemut di arena pertunjukan.

Pantauan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, gelombang kedatangan penonton mulai mengalir ke kawasan Pantai Marina Boom sejak sekitar pukul 12.00. Menjelang pukul 14.00, lokasi pertunjukan mulai dipadati ribuan penonton.

Benar-benar padat. Saking banyaknya penonton yang hadir, ribuan orang harus kecele. Saat pertunjukan dimulai sekitar pukul 14.30, mereka sama sekali tidak bisa melihat penamupilan para penari lantaran terhalang oleh penonton yang lain.

Sementara itu, tarian kolosal yang dipadu dengan gending “Kembang Pepe” serta narasi tentang perjuangan rakyat Banyuwangi melawan penjajah Belanda, berhasil membawa penonton seolah-olah berada di masa kolonial. Kala itu, pejuang Banyuwangi bergerilya dan membunuh Belanda dengan tipu daya.

Mereka menggelar penunjukan Barong dan Gandrung. Kemudian, massa mengajak para penjajah minum-minuman keras. Setelah teler meraka kemudian membawa pasukan Belanda ke laut dan ke gunung untuk dieksekusi.

Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, penyelenggaraan Festival Gandrung Sewu merupakan salah satu cara pemkab untuk membangun konsolidasi rakyat. Masyarakat terlibat dalam pelestarian seni dan budaya daerah.

“Banyuwangi boleh maju. Aktivitas penerbangan di Bandara Blimbingsari terus meningkat. Sekarang ada enam penerbangan dari/dan menuju Banyuwangi dalam sehari. Tetapi budaya kita tidak boleh tersingkir di tengah kemajuan tersebut,” ujarnya.

Berkat Gandrung Sewu dan beragam festival yang berakar seni budaya daerah, keterlibatan masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya semakin besar. “Seperti yang akan kita saksikan. 1280-an pelajar akan tampil membawakan tari Gandrung. Kenapa kami terus berupaya terus melestarikan budaya, karena bagi kami, budaya menjadi perekat agar kehinaan terhadap daerah semakin tumbuh,” papar Anas.

Pernyataan Bupati Anas tersebut ternyata bukan sekadar pemanis bibir. Setidaknya itu terbukti dari pernyataan salah satu penari Gandrung Sewu, yakni Aicar Maudina. Pelajar kelas 11 SMAN 1 Banyuwangi ini mengaku sangat senang bisa menjadi bagian dan perhelatan Gandrung Sewu.

Bukan hanya merasa senang lantaran penampilannya disaksikan ribuan pasang mata, Aicar jaga mengaku bangga dirinya telah ikut terlibat melestarikan seni budaya lokal Banyuwangi. “Saya bangga ikut melestarikan tari Gandrung,” kata dia.

Sementara itu, Festival Gandrung Sewu kemarin diawali pelepasan ratusan anak penyu alias tukik ke alam liar. Pelepasliaran satwa di lindungi dan nyaris punah tersebut dilakukan Bupati Abdullah Azwar Anas, Wakil Bupati (Wabup) Yusuf Widyatmoko, beserta sejumlah tamu kehormatan dan perwakilan penari gandung.

Pelepasan tukik ke alam liar merupakan sumbangsih organisasi yang selam ini concern terhadap pelestarian penyu, yakni Yayasan Penyu Banyuwangi alias Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF). (radar)

Berikut Videonya : [embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=0Vjxa_jAl4s[/embedyt]