Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Hukum  

10 Aki Alat Pendeteksi Dicuri, Petugas Tak Bisa Pantau Gas Beracun

Pengunjung menyaksikan blue fire sebelum matahari terbit
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Pengunjung menyaksikan blue fire sebelum matahari terbit

Aktivitas Gunung Ijen Dipantau secara Manual

LICIN – Peristiwa hilangnya sepuluh unit aki (accu) peralatan milik Pos Pengamat Gunung Api (PPGA) di Gunung Ijen, ternyata berdampak besar. Hingga kemarin (16/8), petugas tidak bisa memantau gas beracun yang muncul di Kawah Gunung ljen. Padahal, area kawah tersebut ramai dikunjungi wisatawan hampir setiap malam.

Karena itu, petugas PPGA Ijen dituntut bekerja lebih keras lagi dalam mengamati aktivitas vulkanik gunung tersebut. Petugas harus melakukan pendakian dan melihat langsung aktivitas gunung aktif itu.

Saat ini, pihak PPGA Ijen masih menunggu pengganti accu yang didatangkan dari pusat. Namun, belum bisa dipastikan kapan accu bantuan tersebut tiba di Banyuwangi. “Kami sudah melaporkan kepada pihak kepolisian, akan tetapi masih belum ada pemberitahuan lebih lanjut terkait pelaku pencurian accu tersebut,” ujar petugas PGA Ijen, Suparjan kepada wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin.

Dari pantauan langsung yang dilakukan petugas, Gunung Ijen dengan ketinggian 2.386 meter dari permukaan laut (mdpl) itu masih berstatus normal. Untuk visual gunung terlihat jelas, asap kawah bertekanan lemah berwarna putih dengan intensitas tipis. Tinggi asap mencapai 200 meter di atas puncak kawah.

“Secara manual, pantauan gas masih belum bisa dideteksi karena alat yang biasa digunakan (untuk mendeteksi gas beracun, Red) masih tidak berfungsi,” ungkap Suparjan. Sementara itu, status Gunung Ijen tidak terpengaruh dengan naiknya status waspada Gunung Agung di Pulau Bali.

Saat ini, kata Suparjan, status Gunung Ijen masih tetap normal. Untuk gempa yang terdata PPGA Ijen, termasuk dalam gempa golongan kecil. Data ini menunjukan tidak terjadi dampak yang signifikan terhadap perubahan status aktivitas gunung di perbatasan Banyuwangi-Bondowoso ini.

Sedangkan cuaca di Gunung Ijen terlihat cerah kemarin. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat dengan suhu udara 17 derajat celsius hingga 29 derajat Celsius. “Untuk saat ini, tingkat aktivitas Gunung Ijen di Level I dan bisa dikatakan normal,” tegas Suparjan.

Dia menambahkan, masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki dan penambang tidak diperbolehkan mendekati bibir kawah maupun mendekati dasar kawah. Karena saat ini pantauan aktivitas vulkanik Gunung ljen masih menggunakan cara manual, seiring tidak dapat menampilkan visual secara rinci.

“Bagi pendaki yang berada di puncak Gunung Api Kawah Ijen diharapkan bahati-hati dan selalu waspada. Karena aktivitas Gunung Ijen dapat berubah setiap saat,” tandas Suparjan.

Seperti diberitakan sebelumnya, tangan jahil manusia berulah di puncak Gunung Ijen. Mareka bukan menggarong belerang, tapi mencuri aki untuk power supply repeater dan CCTV pemantau Gunung Ijen. Tak tanggung-tanggung, aki yang diembat maling tersebut berjumlah sepuluh unit.

Akibat hilangnya aki dan repeater tersebut, CCTV tat bisa berfungsi. Sehingga, untuk memantau perkembangan Kawah Ijen harus dilakukan secara manual. Tiga hari sekali, Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) harus naik turun ke Puncak Ijen.

Sepuluh unit aki yang hilang tersebut digunkan untuk mengoperasikan alat pendeteksi Gunung Ijen. Aki tersebut ditimpatkan dekat kawah dan dipasang di dekat perbatasan Banyuwangi-Bondowoso.

Untuk pemantauan, aki tersebut dipasang dengan pelindung yang tergembok. Berhubung pencurinya tergolong mahir, pintu pengaman langsung dirusak. Hilangnya aki tersebut baru diketahui petugas PPGA Ijen Banyuwangi pada hari selasa lalu (22/8).

“Sebelum hilang hari senin (21/8) alat masih menyala. Kemudian hari Selasa (2/8) alat pemantau mati. Semuanya mati. Kita pikir alatnya rusak,” ujar Bambang Heri, Kepala Pos pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen.

Bambang  mengatakan, petugas akhirnya naik ke puncak Ijen. Setelah dicek, ternyata sepuluh unit aki yang menjadi pembangkit listrik seluruh alat pendeteksi gunung hilang tanpa jejak.

“Hilangnya sepuluh unit aki mengakibatkan PPGA Ijen  mengalami kerugian sekitar Rp 35 juta,” ucap Bambang. Imbas dari kejadian tersebut, petugas PPGA harus melakukan pemantauan dengan cara manual.

Setiap tiga hari sekali, petugas harus mendaki puncak Ijen, untuk memantau langsung kondisi terkini  gunung dan kawah yang berada di perbatasan Banyuwangi – Bondowoso tersebut. Kabut Ijen juga tidak terpantau secara lengkap akibat tidak berfungsinya alat pantau.

Hilangnya aki tersebut tidak secara langsung, tetapi bertahap. Senin (21/8) hingga Kamis (24/8) aki yang hilang berjumlah enam unit. Kemudian, pencuri melakukan aksinya kembali pada Senin (28/8) dan berhasil mengutil empat aki.

“Pada Sabtu (26/8) kami melaporkan kepada Polsek Licin kehilangan aki sebanyak enam unit. Selanjutnya sepekan kemudian, kami melaporkan kehilangan lagi, jadi total aki yang hilang sebanyak sepuluh unit,” ungkap Bambang.

Terkait hilangnya baterai aki tersebut juga sudah dilaporkan kepada Polsek Licin. Satu unit aki mempunyai berat 30 kilogram (kg). “Kami masih menunggu bantuan pengganti baterai aki dari pusat agar alat pemantau bisa berfungsi lagi dan lebih memudahkan petugas,” papar Bambang.

Bambang menambahkan, untuk saat ini Gunung Ijen terpantau dalam kondisi aman. Diduga pencuri merupakan orang-orang yang sering melintasi wilayah pos pantau. “Para pendaki juga akan kami beri arahan jika terjadi aktivitas Kawah Ijen lebih tinggi dari biasanya,” tandas Bambang. (radar)