Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ajudan Anas Pernah Jadi Tukang Sapu di Taman Blambangan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

ajudannSebelum menjadi ajudan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Fathur Rohman, 39, adalah seorang atlet cabang lari tak tanggung-tanggung, berbagai event kelas internasional. seperti Sea Games. Asean School, dan Golden Mail, pernah dia rasakan.

Fathur pernah memecahkan rekor lari sejauh 10 Km dengan waktu 29,52 detik dalanr event Kasogi Surabaya pada tahun 1997. Sampai saat ini rekor tersebut belum terpecahkan atlet lain. Kesulitan hidup adalah hal pertama yang memperkenalkan Farhur ke dunia olahraga atletik. Saat itu sulung dari empat bersaudara itu mengikuti salah satu lomba lari yang diadakan dalam memperingati Hari Jadi Kabupaten Banyuwangi (Harjaba) tahun 1989.

Entah karena faktor keberutungan ataukah apa. Fathur yang sebenarnya lebih menyukai olahraga sepak bola itu meraih juara 4. Atas prestasinya tersebut, Fathur memperoleh uang pembinaan Rp 150 ribu. Dari situ dirinya merasa yang telah dia lakukan itu dapat melepaskan keluarga dari jeratan ekonomi. Sejak saat itu sang ayah, Mustafa, 59, mengizinkan Fautur menekuni olahraga lari. “Awalnya sembunyi-sembunyi, karena bapak lebih suka anaknya ikut sepak bola.

Setelah dapat hadiah, bapak memberi restu dan mengatakan mungkin rezeki saya dari sini, kenang Fathur. Setelah mendapat restu. Fathur pun berangkat berlatih. Dengan polesan pelatih pertamanya, Marzuki. Fathur mulai aktif di beberapa kejuaraan lari level Banyuwangi. Tak butuh waktu lama. Fathur kerap mewakili Banyuwangi di Porseni Jatim. Tak hanya menjadi partisipan, Fathur banyak menggondol juara di nomor junior yang diikutinya.

Melihat prestasi Fathur yang begitu moncer, Pemkab Banyuwangi akhirnya mengangkatnya sebagai honorer daerah. Tugas pertamanya adalah menjadi tukang sapu di Taman Blambangan. “Jadi tukang sapu saya jalani pada tahun 1997,’ ujarnya. Merasa di perhatikan Fathurpun tetap berlatih demi kemenanganya yang bisa mengangkat nama Baik Banyuwangi. MedaIi perak di PON tahun 2000 peringkat 3 dunia di kejuaraan Golden Mail Hongkong pada tahun 2002 menjadi bukti bahwa Fathur masih konsisten sebagai atlet.

Dengan torehan prestasi yang terus berkembang. pemkab kembali menaikkan jabatan Fathur. Jika semula tukang sapu, akhirnya dia naik pangkat jadi tukang meracik teh di kantor Pemkab Banyuwangi. Meski bertugas sebagai pembuat teh, Fathur tak berdiam diri. Di waktu senggang dia mempelajari cara menggunakan mesin ketik. Setelah mahir mengetik, jabatan Fathur naik menjadi juru ketik di kantor Dinas Sosial. Pada tahun 2008 atas rekomendasi Gubernur Jawa Timur saat itu, imam Utomo, Fathur diangkat menjadi PNS dan langsung bertugas di perpustakaan.

Tak hanya diangkat menjadi PNS. sang Gubenur juga memberikan dispensasi khusus kepada Fathur agar tetap berlatih dan mengikuti kejuaraan lari Kesempatan itu tak disin-siakan sampai akhirnya Fathur mengikuti kejuaraan lari pada akhir tahun 2008. Setelah itu, pria yang di besarkan di kawasan Penataban. Kecamatan Giri, itu pindah tugas kebagian Protokol pada zaman Bupati Ratna Ani Lestari. lalu beralih menjadi ajudan Bupati Abdullah Azwar Anas.

Cukup panjang perjalanan yang dilalui Fathur. Dari yang dulu tidak bisa membeli sepeda pancal, sekarang sudah bisa membeli rumah dan mobil. “Yang lebih utama bagi saya adalah bisa membantu membiayai sekolah adik-adik,” terang Fathur. Fathur seringkali mengunjungi tempat pelatihan atlet lari untuk men-support junior-juniornya agar tetap bersemangat berlatih. Dibandingkan kondisinya saat itu. kondisi atlet sekarang sudah lebih baik. Namun hanya dengan tekad yang keras barulah keinginan dan prestasi dapat tercapai.

“Saya masih sering mengunjungi junior yang selalu saya tekankan adalah jangan selalu berpikir menjadi PNS. Tapi bagaimana memanfaatkan waktu dan bonus yang ada agar bisa jadi bekal. Saya yakin pemerintah tidak pernah diam jika atlet bersungguh sungguh,” ujarnya. Selain perjalanan karirnya penuh rintangan, Fathur menceritakan dua pengalaman yang menurutnya cukup menarik saat dirinya menjadi atlet. Yang pertama ketika dia kali pertama datang ke Jakarta mewakili Pengprov Jatim.

Saat itu dirinya yang bisa dibilang orang desa bingung menemukan alamat yang dituju sampai kemudian ada seorang preman yang menodongnya dan memintanya menyerahkan barang berharga. Melihat situasi terdesak, Fathur pun mencoba bernegosiasi dengan preman yang memalaknya itu. Dengan keberanian yang tersisa, Fathur mengatakan kepada preman tersebut bahwa dirinya berasal dari Banyuwangi. Jika preman tersebut berniat melanjutkan aksinya.

Fathur mengancam bisa memasukkan kulkas ke dalam perut si preman itu. Lalu, preman yang awalnya terlihat sangar itu langsung ciut nyali. Apalagi di zaman itu Kabupaten Banyuwangi sedang populer dengan isu ilmu hitamnya. Tak jadi memalak Fathur preman itu justru memperkenalkan diri kepadanya. Preman itu bernama Sohaili, asal Pasuruan. “Ternyata sama-sama orang Jawa Timur, lalu tidak jadi malak. Malah saya dilindungi kemana pun saya berada. Jadi selama di Jakarta saya aman.

Begitu ada barang hilang saya langsung menghubungi Suhaili,” terang Fathur. Yang paling membuatnya teringat adalah pengalamannya saat mengikuti PON tahun 2004 di Palembang. Berkat pertandingan di tempat itu Fathur bisa merasakan bahwa unsur magic itu benar-benar ada. Saat akan bertanding cuaca menjadi aneh. di luar stadion hujan sangat deras, tapi di dalam stadion cuaca sangat terik. Waktu lari pandangan saya seolah kabur, lalu tiba-tiba muncul bengkak di pergelangan kaki yang sebelumnya tidak ada.

Bahkan, pelatih mengatakan saya tidak akan mendapatkan apa-apa melihat kondisi itu cerita Fathur. Sampai akhirnya Fathur tetap memperoleh medali perunggu dikejuaraan itu. Secara mengejutkan bengkak di kakinya itu hilang seketika dirinya keluar lapangan. Dari situlah Fathur memahami bahwa ada banyak hal gaib dan keajaiban di sekitarnya. “Termasuk sebuah perubahan nasib yang baik untuk orang yang mempercayai kekuasaan Tuhan yang tidak ada batasnya, “tandasnya. (radar)