Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Akhirnya, Bandara Blimbingsari Bisa Didarati Boeing 737-500

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Bandara-Blimbingsari-Bisa-Didarati-Pesawat-Berkapasitas-Maksimum-140-Penumpang

Terminal Baru Bandara Beroperasi Tahun Depan

BANYUWANGI – Pembangunan Bandara Blimbingsari terus menunjukkan perkembangan positif. Progres terbaru, bandar udara kebanggaan masyarakat Bumi Blambangan itu sudah bisa didarati pesawat berkapasitas maksimum 140 penumpang, yakni Boeing 737-500.

Meski sudah bisa didarati, Pemkab Banyuwangi terus berupaya melakukan percepatan pembangunan bandara tersebut. Jumat lalu (26/8) Bupati Abdullah Azwar Anas dengan menjemput bola ke Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya  Sumadi.

Hasilnya, Menhub Budi Karya mendukung penuh pengembangan bandara yang berlokasi di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, tersebut. Bahkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bakal mengalokasikan anggaran untuk  penebalan landasan pacu (runway)  Bandara Blimbingsari tahun depan.

Diperoleh keterangan, ketebalan runway Bandara Blimbingsari saat ini mencapai 28 pavement classification number (PCN). Nah, ke depan, landasan pacu bandara yang   satu ini akan ditingkatkan menjadi  40 PCN. Proses penebalan bakal dilakukan mulai awal 2017.

“Alhamdulillah, saya kemarin (Jumat) bertemu Menhub Pak Budi Karya Sumadi. Beliau sangat mendukung pengembangan Bandara Banyuwangi. Ada sejumlah anggaran yang dialokasikan untuk penebalan (runway) awal 2017,” ujar Anas.

Anas menuturkan, selain menyiapkan anggaran untuk penebalan runway, Kermenhub juga mendukung pesawat sejenis Boeing 737-500 segera beroperasi di Bandara Blimbingsari. Pesawat Boeing  373-500 sebenarnya sudah bisa beroperasi di Bandara Blimbingsari tanpa menunggu penebalan run-way awal tahun depan. Sebab, ketebalan landasan yang ada saat   ini sudah bisa didarati pesawat  berkapasitas penumpang maksimal  sebanyak 140 orang itu.

Hanya saja, untuk bisa didarati Boeing 373-500, Kemenhub meminta peningkatan fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKPPK) dipenuhi. “PKPPK harganya cukup mahal, model pemadam yang lebih advanced. Sambil menunggu dari Kemenhub, kami diberi solusi  untuk sementara sewa ke PT. Angkasa Pura,” kata Anas.

Jika sudah bisa didarati pesawat sejenis Boeing 737-500, penerbangan langsung Jakarta-Banyuwangi bisa direalisasikan sesegera mungkin.  ”Beberapa waktu lalu sudah ada maskapai yang mau masuk bawa pesawat berbadan lebar, tapi dari sisi teknis belum diizinkan kementerian. Jika sudah ada PKPPK bagus, sudah bisa didarati pesawat itu,” ujarnya.

Anas menambahkan, pihaknya juga melaporkan pengerjaan tahap akhir terminal baru di Bandara Banyuwangi yang dibangun dengan biaya APBD Provinsi Jatim dan Banyuwangi. Terminal dengan arsitektur hijau dan mengakomodasi budaya lokal itu dijadwalkan beroperasi awal 2017.

Di konsep nyaris tanpa AC, terminal dipastikan tetap sejuk dengan  pengaturan sirkulasi udara, water treatment, dan beragam tanaman hingga ke atap terminal.  Arsitektur terminal Bandara  Blimbingsari mengadopsi model atap rumah khas Suku Oseng.

Bukan itu saja, budaya masyarakat setempat yang selalu berombongan saat melepas kerabatnya bepergian  juga diakomodasi dengan menyediakan anjungan yang mengarah langsung ke landasan. Anas menambahkan, pihaknya berinisiatif membangun terminal baru dua tahun lalu tanpa menunggu bantuan pemerintah pusat karena kenaikan penumpang yang  drastis.

”Ini model kerja sama pusat dan daerah yang perlu dikembangkan. Kami berinisiatif membangun terminal baru, Kemenhub mendukung aspek keselamatan penerbangannya. Sinergi pusat dan daerah sangat berarti bagi  daerah,” terangnya.

Anas mengatakan, peresmian terminal baru cukup mendesak karena terminal yang ada saat ini tidak mampu menampung penumpang. Seraya menunggu penyelesaian terminal baru, Kemenhub bakal merenovasi terminal lama  dengan memperlebar ruang keberangkatan.

”Kemenhub akan memoles sedikit terminal lama agar penumpang tidak meluber hingga ke luar ruang keberangkatan. Kami  mohon maaf karena selama ini  penumpang harus menunggu dalam  suasana yang kurang nyaman, karena kenaikan penumpang sangat  signifikan dan terminal lama sudah  tidak bisa menampung,” ujar Anas.

Sekadar diketahui, jumlah penumpang di Bandara Blimbingsari  memang melonjak hingga 1.308 persen dari hanya 7.826 penumpang  pada 2011 menjadi 110.234 penumpang di tahun 2015. Memasuki 2016, frekuensi penerbangan dari  dan ke Banyuwangi juga bertambah  dari semula dua kali dalam sehari  menjadi tiga kali dalam sehari.

Dua maskapai yang melayani penerbangan rute Surabaya-Banyuwangi pergi pulang (PP) sama-sama menggunakan pesawat ATR  72-600 berkapasitas 70-an penumpang. (radar)