Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Anggap Tembakau Masalah Nasional

ANJLOK: Petani memilah daun tembakau di Desa Kumendung, Muncar.
ANJLOK: Petani memilah daun tembakau di Desa Kumendung, Muncar.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
ANJLOK: Petani memilah daun tembakau di Desa Kumendung, Muncar.
ANJLOK: Petani memilah daun tembakau di
Desa Kumendung, Muncar.

BANYUWANGI – Ratusan ton tembakau milik petani Desa Kumendung, Kecamatan Muncar, yang tidak laku ternyata menjadi masalah nasional. Semua daerah penghasil tembakau juga meresahkan penurunan harga yang men-capai 50 persen tersebut. Pengurus Asosiasi Petani Tembakau Indone-sia (APTI) Kabupaten Banyuwangi, Gendir Su-parno, mengakui problem penurunan harga tembakau tersebut saat dikonfirmasi melaluiponselnya kemarin (17/9). “Tembakau yang ti-dak laku dijual ini bukan hanya terjadi di wila-yah Banyuwangi,” katanya.

Menurut Gendir, APTI Banyuwangi bersamaAPTI Provinsi Jawa Timur sudah membahas ma-salah merosotnya harga tembakau tersebut. Sampai saat ini, masalah tembakau yang tidaklaku itu belum ada solusi. “APTI masih akan ber-temu lagi. Rencananya akan mengundang pe-merintah,” ujarnya.

Dalam pertemuan lanjutan nanti, terang Gendir, APTI akan berusaha secara maksimal agar tembakau milik petani yang kini disimpan itu terserap secara mak simal. Sehingga, para pe-ta ni tidak ada yang rugi. “Kita ber harap semua tembakau laku di jual,” cetusnya.

Gendir menyebut, tembakau ti dak laku karena overpro duk si. Produksi tembakau yang berlebihan membuat har ga anjlok hingga 50 persen dari harga normal. Selain itu, permintaan dari pabrik ro kok menurun hingga 25 per sen. “Itu yang menjadi pe nye bab tembakau tidak laku,” ungkapnya.

Sementara itu, kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Per-kebunan (Dispertahutbun) Ba-nyuwangi, Ikrori Hudanto, mengaku tidak mengetahui masalah tem-ba kau milik para pe tani yang tidak laku itu. “Masalah penjualan barang, seperti tembakau, itu bukan wilayah kami,” sebutnya.

Ikrori menyebut, yang men jadi garapannya adalah pem be nihan dan pengelolaan. Kalau su dah terkait distribusi barang, itu sudah bukan domainDis per-tahutbun. “Kalau mencari benih yang bagus, atau ada hama yang menyerang, itu kita bisa tangani,” katanya saat di konfirmasi di gedung DPRD kemarin.

Seperti diberitakan se be lum-nya, para petani tembakau di Desa Kumendung, Kecamatan Muncar, resah. Sedikitnya 300 ton tembakau tidak laku. Pa dahal, biaya operasional tem bakau tersebut telah meng ha biskan dana hingga miliaran ru piah.

Tembakau tersebut se be nar-nya ada yang mau membeli. Te-tapi, harganya dianggap terlalu
rendah. Harga normal adalah Rp 25 ribu per kilogram. Kini, tem bakau hanya dihargai Rp
12 ribu hingga Rp 16 ribu perki logram. (Radar)