Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Angkot Gratis Kurang Diminati

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Sejumlah pelajar SMA dan SMK memilih mengendarai sepeda motor daripada naik angkot gratis. Mereka ada yang berboncengan tiga ketika melintas di jalan raya sebelah utara SMPN1 Banyuwangi, kemarin.

PANTAUAN tim Jawa Pos Radar Banyuwangi di beberapa sekolah di kawasan pusat Kota Banyuwangi dan sekitarnya, tidak sedikit orang tua yang sibuk mengantar buah hatinya pergi ke sekolah. Ada yang mengenakan sepeda motor, ada pula yang menunggang mobil.

Pemandangan yang sama juga tersaji di jam-jam pulang sekolah. Bahkan, sebelum bel pulang sekolah berbunyi, puluhan orang tua sudah menunggu buah hatinya di depan gerbang sekolah.

Salah satunya di SDN  4 Penganjuran, Kecamatan Banyuwangi. Para orang tua tersebut lebih memilih antar-jemput anaknya ke sekolah daripada memanfaatkan angkutan kota (angkot) gratis yang telah disediakan pemkab.

Seperti diutarakan Agus, warga Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro. Dia mengaku belum tega melihat anaknya pergi pulang (PP) ke SDN 4 Penganjuran. “Karena anak saya masih kecil, masih kelas 1 SD. Kasihan kalau naik angkot sendirian,” ujarnya.

Pun demikian dengan para orang tua murid SMPN 1 Banyuwangi. Meski angkot gratis untuk pelajar telah tersedia, nyatanya masih banyak wali murid yang memilih antar jemput buah hatinya pergi pulang ke sekolah dengan kendaraan pribadi.

Padahal jumlah armada angkot yang tersedia untuk mengangkut para siswa pergi pulang ke sekolah lumayan banyak, yakni sebanyak 32 unit. Rute yang dilayani pun meliputi nyaris seluruh pelosok Kota Penyu ini.

Diantara 12 trayek angkot yang ada di Banyuwangi, sepuluh di antaranya masuk dalam cakupan wilayah kerja angkot gratis bagi pelajar tersebut. Menyikapi hal itu, kalangan dewan menyerukan agar seluruh instansi terkait gencar melakukan sosialisasi angkot gratis tersebut.

Sosialisasi penting dilakukan agar masyarakat mengetahui program itu sekaligus menyadari manfaat yang mereka peroleh. Ketua Komisi IV DPRD Banyuwangi, Salimi, mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi kebijakan pemkab menyediakan angkutan gratis bagi siswa di semua jenjang pendidikan tersebut.

“Apalagi program ini bekerja menggandeng angkot sehingga memiliki fungsi lain untuk memberdayakan angkutan kota yang selama ini relatif sepi penumpang,” ujarnya. Salimi berharap, program tersebut benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh rakyat Banyuwangi.

Agar pemanfaatan angkutan gratis itu optimal, kata dia, maka seluruh instansi terkait harus gencar melakukan sosialisasi. Menurut Salimi, sosialisasi angkutan gratis bagi pelajar penting dilakukan agar masyarakat luas mengetahui program.

Selain itu, melalui sosialisasi tersebut, masyarakat umum akan menyadari manfaat yang mereka peroleh dengan memanfaatkan angkutan gratis tersebut. “Selain tidak berbayar, memanfaatkan angkot akan mengurangi kepadatan kendaraan di jalan raya. Jika kepadatan kendaraan berkurang, risiko kecelakaan lalu-lintas juga bisa ditekan,” paparnya.

Salimi menambahkan, pihak Dinas Perhubungan (Dishub) selaku penyedia angkutan gratis harus berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) yang notabene merupakan user program tersebut.

“Dishub bersama Dispendik harus intens melakukan soalisasi. Bisa sosialisasi secara langsung kepada siswa, atau sosialisasi di sekolah-sekolah dengan mengundang orang tua dan komite sekolah,” cetusnya.

Sementara itu, berdasar statemen Kepala Dishub Kusiyadi, jumlah anggaran yang dikucurkan untuk menyediakan fasilitas angkot gratis bagi pelajar tersebut mencapai Rp 515 juta. Untuk sementara, angkot gratis tersebut telah dikontrak hingga akhir Desember mendatang.

Nah, menurut Salim, lantaran dana yang digunakan untuk menyediakan angkot gratis berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka anggaran itu harus benar-benar bermanfaat bagi rakyat Banyuwangi.

“Kalau pemanfaatannya tidak optimal, tentu akan dievaluasi alias tidak dilanjutkan di tahun depan. Kan eman kalau sampai tidak berlanjut,” pungkasnya. Sementara itu, sejumlah elemen berharap Pemkab Banyuwangi melakukan beberapa langkah penyempumaan program angkutan gratis bagi kalangan pelajar.

Tujuannya agar program tersebut semakin banyak dimanfaatkan pelajar di kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini. Seperti disampaikan Kepala SMPN 1 Banyuwangi, Samsuddin Ali kemarin (7/8).

Dia mengatakan, selama sekitar sepekan berjalan, masih belum banyak siswa SMP yang dia pimpin memanfaatkan fasilitas angkutan gratis tersebut. Samsuddin mengakui, hingga kemarin masih banyak siswa SMPN 1 Banyuwangi yang pergi dan pulang sekolah diantar orang tuanya. Padahal, tidak sedikit orang tua yang “memaksakan diri” antar jemput buah hatinya.

“Memaksakan diri yang saya maksud, orangtua kadang terburu-buru mengantar atau menjemput anaknya ke sekolah karena kesibukan pekerjaan,” ujarnya. Samsuddin menuturkan, meski sibuk, orang tua lebih memilih mengantarkan atau menjemput anaknya ke sekolah daripada memanfaatkan angkutan gratis.

Sebab, orang tua khawatir anaknya terlambat datang di sekolah atau tidak mendapat angkutan saat hendak pulang ke rumah. Karena itu, dia berharap ke depan pemkab membuat pos atau semacam halte khusus angkutan sekolah gratis tersebut.

Selain disediakan halte khsusus, juga diperlukan jadwal pasti keberangkatan angkot dari setiap halte tersebut. “Misalnya berangkat dari halte “A” pukul 06.15 dan dari halte “B” pukul 06.30 dan sampai di sekolah pukul 06.40. Sehingga anak-anak tinggal berkumpul di halte-halte tersebut dan mereka tidak takut terlambat sampai di sekolah,” harapnya.

Jadwal keberangkatan angkot saat jam pulang sekolah juga perlu diatur menyesuaikan dengan jam berakhirnya proses belajar-mengajar di sekolah. Dengan demikian, siswa tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menanti angkutan gratis yang akan mengantar mereka hingga ke halte terdekat dengan kediaman siswa tersebut.

Meski saat ini belum tersedia halte khusus dan jam keberangkatan angkot belum diatur secara spesifik, Samsuddin mengaku secara umum pihaknya merespons positif kebijakan Pemkab Banyuwangi tersebut.

Pihaknya juga telah menyosialisasikan program angkutan pelajar gratis tersebut kepada para siswa dan wali murid. “Kami terus mendorong siswa memanfaatkan angkutan gratis ini,” cetusnya.

Sebelumnya, Bupati Abdullah Azwar Anas mengaku penyelenggaraan angkot gratis tersebut masih dalam tahap trial and error. Langkah-langkah penyempurnaan akan terus dilakukan, termasuk dengan cara mengakomodasi masukan-masukan masyarakat.

“Misalnya, ada sekolah yang pulangnya lebih awal, maka angkutan ini akan beroperasi lehih awal. Sehingga hadirnya fasilitas ini benar-benar membantu dan memberikan kemudahan bagi pelajar, terutama mereka yang tidak memiliki kendaraan,” ujarnya saat launching angkutan sekolah gratis di Terminal Brawijaya, Banyuwangi, Sabtu (29/7).

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Banyuwangi, Kusiyadi, menambahkan anggaran yang dikucurkan untuk menyediakan fasilitas angkot gratis bagi pelajar tersebut mencapai Rp 515 juta. Untuk sementara, sebanyak 32 armada angkot disiapkan untuk melayani angkutan gratis hingga akhir Desember mendatang.

“Namun terus dilakukan evaluasi. Tidak tertutup kemungkinan ke depan jumlah armada akan ditambah dan rute yang dilayani pun tidak hanya di wilayah kota Banyuwangi, tetapi juga di kecamatan-kecamatan lain,” pungkasnya. (radar)