Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Aransemen Ratusan Lagu, Mampu Beli Mobil Pribadi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

KETERBATASAN fisik bukan penghalang untuk bisa berkreasi dengan melahirkan karya-karya besar. Itulah semangat yang selama ini diusung Irfan Efendi. Penyandang tunanetra asal Dusun Tampak Bayan, Desa Balak, Kecamatan  Songgon, itu dikenal sebagai komposer  musik.

Di jari-jarinya yang lentik seperti ada indra yang menuntunnya saat memainkan keyboard  (piano). Putra pasangan Moch tar, 60, dan Arpani, 57, itu tampak santai memainkan  musik. Sepintas tidak ada yang beda dengan  orang normal lainnya, seperti cara berpakaian  dan nada bicaranya.

Siapa sangka di tengah keterbatasan fisik dengan dua mata yang tidak bisa melihat sejak lahir, putra ketiga dari tiga  bersaudara yang lahir pada 29 Januari 1987 itu memiliki semangat hidup yang tinggi. Bahkan, karya-karyanya sudah banyak dinikmati pencinta musik di  Banyuwangi.

Hidup penuh dengan kegelapan karena kebutaan sejak lahir tidak membuat Irfan putus asa. Menjadi komposer lagu-lagu Banyuwangi dan berbagai genre lagu lain tidak pernah terpikirkan oleh dirinya. Semua hanya dijalani seperti air mengalir.

“Saya hanya bisa berusaha sekuat tenaga dan berdoa,” ungkap Irfan di sela-sela menggarap lagu di Rogojampi kemarin (6/1). Perjalanan hidup Irfan tidak beda dengan orang pada umumnya. Dia  menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Yayasan Kesejahteraan dan Pendidikan Tuna Indra (YKPTI) Banyuwangi.

Dia menempuhnya selama enam tahun. “Kadang tinggal di asrama, kadang pulang, kalau pulang dijemput orang tua,” katanya. Bakat sebagai komposer lagu Banyuwangi itu terlihat saat Irfan kelas 5 SDLB. Awalnya, sering ikut salah satu grup hadrah kuntulan di kampungnya.

“Saat itu saya ikut menabuh gong,” kenangnya. Memasuki kelas 6 SDLB, Irfan mulai coba-coba menabuh beberapa alat musik, seperti gitar melodi, guitar bass, dan keyboard (piano). Dari beberapa alat musik yang pernah dia  mainkan, hampir semua dapat dia kuasai.

Hanya saja, yang paling disukai adalah bermain keyboard karena banyak variasi dari jenis suara yang di hasilkan. Setelah lulus SDLB, Irfan melanjutkan ke SMPN 1 Glagah. Di sekolahnya itu dia mulai serius menggeluti dunia musik dengan belajar privat kepada Koni Musri, salah  seorang guru musik di sekolahnya.

Setelah  setahun belajar, dia mulai bisa memainkan alat musik keyboard. Bahkan, sudah berani  pentas dari panggung ke panggung dalam sebuah acara pernikahan dan khitanan Saking semangatnya dalam bermain musik,  Irfan sering tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Padahal, sebetulnya dia ada job di acara resepsi pernikahan.

“Sering juga dipergoki  oleh guru yang hadir dalam hajatan,” ujarnya terkekeh-kekeh.  Dengan ramainya job di berbagai acara itu, Irfan mulai bisa membantu beban orang tuanya  terkait biaya sekolah. Honor hasil mentas digunakan untuk membayar biaya sekolah, uang saku, dan sebagian ditabung.

“Saya senang bisa membantu orang tua,” katanya. Kemahirannya dalam mengaransemen musik saat di pentas membuat sejumlah produser  rekaman lokal lagu-lagu Banyuwangi kepincut.  Mereka pun meminta Irfan membuatkan komposisi album kendang kempul Banyuwangian.

“Tahun 2004 saya sudah mulai aktif mentas dan mendapat tawaran rekaman album  lagu Banyuwangi,” terangnya. Berbagai macam aliran musik, mulai lagu dangdut, lagu Oseng, hingga Melayu, sudah pernah diciptakan.

Bahkan, karyanya banyak yang sudah menyebar luas melalui album dalam bentuk video compact disk (VCD). Hanya saja, sebagian besar karyanya adalah lagu khas Banyuwangi. Lagu terbaru hasil aransemennya dan saat ini sedang hits adalah lagu  berjudul “Lungset”.

Hasil kerja keras mengomposisi alunan nada menjadi rangkaian musik yang enak didengar dan dirasakan membuat Irfan tidak lupa diri. Honor yang diterima dari hasil rekaman dan mengaransemen musik telah diwujudkan dengan membeli sebuah mobil.

“Saya buat membeli mobil,” katanya. Meski bisa embeli mobil pribadi, Irfan  tidak lantas bisa mengendarai seorang diri. Untuk menikmati hasil kerjanya itu, Irfan kerap mengajak teman dan saudaranya untuk menjadi  asisten pribadi yang bertugas membantu seluruh aktivitasnya.

“Saya ingin membuat orang tua saya bangga, dan membuktikan  kepada semua orang bahwa keberhasilan itu  tidak bisa dilihat dari fisiknya saja, tapi dari  kemauan dan kerja keras,” ujarnya. (radar)