Tapi, hal itu justru gagal terwujud pada ajang multi even tahun 2009. Tentu saja, kegagalan kontingen Bumi Blambangan itu menjadi kegagalan semua cabang olahraga (cabor). Salah satunya prestasi yang melorot itu disandang cabang bulu tangkis. Bagaimana tidak, pada edisi kedua itu, semua atlet yang berlaga dalam ajang tersebut gagal bersinar. Menilik pada edisi sebelumnya, cabang bulu tangkis Banyuwangi sanggup meraih hasil medali perunggu.
Alih-alih berprestasi lebih baik, justru cabang bulu tangkis Banyuwangi sama sekali gagal total. Tak ayal, prestasi melorot itu semakin melengkapi penderitaan kontingen Banyuwangi dalam hajatan tersebut. Bayangkan, kontingen Banyuwangi hanya fi nis di posisi 24 dari 38 kontingen yang berlaga dalam ajang dua tahunan itu. Saat itu, induk organisasi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Banyuwangi di bawah komando Roni Adi Dwi Ananta yang menjabat sebagai ketua umum periode 2008-2012.
Kegagalan cabang bulu tangkis Banyuwangi dalam mempersembahkan medali masih terus dikenang. Hal itu yang diakui sekretaris PBSI Banyuwangi saat ini, Dedi Susanto, kemarin. ‘’Saat itu, kita memang tidak dapat medali,” sesalnya. Padahal, jelas dia, perjuangan semua atlet dalam berlaga layak diacungi jempol. Namun, jerih payah dan pengorbanan itu menemui kegagalan. “Sebenarnya, secara kualitas anak-anak tidak kalah.
Hanya kurang beruntung,’’ tandasnya yang dulu masih menjabat sebagai bidang pertandingan itu. Sebenarnya, para atlet saat itu tinggal selangkah lagi untuk bisa meraih medali. Tapi, keperkasaan di fase penyisihan ternyata tidak berlanjut. ‘’Anak-anak gagal ke semifinal,” tukasnya. Ada beberapa catatan khusus kegagalan cabang bulu tangkis Banyuwangi saat itu. Sebab, para atlet terbaik tidak bisa tampil karena faktor nonteknis. (radar)