SILIRAGUNG – Tingginya produktivitas buah naga, saat ini sedang dibayangi ancaman serangan cacar. Penyakit yang disebabkan virus itu, cukup meresahkan para petani karena penanganan yang cukup sulit. Salah satu petani buah naga, Adi Suryanto, 35, asal Dusun Silirsari, Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung, mengeluhkan serangan cacar yang menimpa tanaman buah naga miliknya.
Cacar itu mulai merebak sejak tiga bulan lalu. “Sangat parah, hasil panen menurun hingga sepertiga persen dari hasil normal,” jelasnya. Saat ini, terang dia, petani masih kebingungan mencari solusi yang tepat dalam mengobati tanaman yang diserang cacar.
“Kita kesulitan mencari cara mengatasi serangan cacar dengan harga yang terjangkau,” ungkapnya. Salah satu pedagang buah naga, Bambang asal Desa Ringin Telu, Kecamatan Bangorejo, mengatakan buah naga yang terserang cacar itu memiliki berat yang sama dan masih layak konsumsi. Tapi karena terserang cacar, harga di pasaran anjlok hingga separo.
“Harga buah naga normal itu Rp 8.000 per kilogram, yang kena cacar cuma laku Rp 4.000 per kilogram,” ungkapnya. Serangan cacar pada buah naga itu, jelas dia, disebabkan oleh virus yang ada secara alami di tanaman buah naga.
“Virus itu bawaan dari buah naga,” cetusnya pada Jawa Pos Radar Genteng kemarin (9/12). Biasanya, masih kata dia, petani yang tidak sabar lebih memilih memangkas tanamannya. Dengan harapan, akan muncul tunas baru yang bisa lebih sehat.
“Yang manjur ya ditebas, ditunggu tanaman barunya,” katanya. Untuk menangani serangan cacar itu, masih kata dia, sebenarnya bisa dilakukan dengan memakai obat. Tapi, itu membutuhkan biaya yang cukup besar dan terkadang tidak mencukupi dengan perolehan saat panen. “Obatnya yang paling manjur ya dipotong, ”pungkasnya. (radar)