Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

BAB Lewat Selang dan Menangis Tiap Malam

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
TEPI HUTAN: Rumah yang dihuni Saritem dan ibunya di Kecamatan Pesanggaran.

Warga Banyuwangi digemparkan dengan berita perkosaan terhadap balita pada 3 Maret 2012 lalu. Saritem (nama samaran) yang masih berusia empat tahun menjadi korban perkosaan sadis pria misterius di tengah hutan hingga kantung kemihnya lepas. Bagaimana kondisinya kini?
-ABDUL AZIZ, Pesanggaran-

SIANG itu sekitar pukul 12.30 kami memasuki Kampung Babatan, yang masuk wilayah Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Kami sengaja datang ke sana karena ingin bertemu Saritem langsung, dan melihat kondisinya terkini setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit dr. Soetomo, Surabaya.

Sayang, belum sampai ke tempat tinggal bocah tersebut, saya sudah dikasih tahu Bu Kadus Pancer, Ny. Mudasar, bahwa sejak pulang dari Surabaya, Saritem tak lagi tinggal di Kampung Babatan. Dia kini tinggal di rumah neneknya, yang magersari di tepi hutan jati KRPH Kesilir Baru, Perhutani Banyuwangi Selatan, masuk Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran.

Bila dari arah Kantor Kecamatan Pesanggaran, Dusun Silirbaru terletak sekitar 750 meter sebelum Dusun Pancer. Sehingga, saya harus balik lagi. Nah, untuk mencari rumah nenek Saritem bukan perkara sulit. Mayoritas masyarakat setempat ketika ditanya rumah bayi yang menjadi korban perkosaan, sudah paham.

Rumah sederhana berlantai tanah dan berdinding gedek tersebut berada di tepi hutan jati. Ketika wartawan koran ini datang, dua nenek dan seorang ibu menyambut di depan rumah. “Nggeh meriki griyane (Ya ini rumahnya. Maksudnya rumah yang ditempati Saritem, Red),” kata Rubiatun, 45, bibi korban dengan nada lirih.

Selain Rubiatun, rumah tersebut juga dihuni Mbah Tahseh, yakni nenek Saritem. Perempuan tua itu baru datang dari Sumatera setelah mendengar cucunya diperkosa secara sadis. Selain itu, juga ada Mbah Surip yang merupakan adik kandung Mbah Tahseh.

Sayang, kemarin Saritem tidak ada di tempat. Sebab, pagi-pagi sekali dia sudah dijemput Kanit Binmas Polsek Pesanggaran, Aiptu Lipur, untuk diantar ke Polres Banyuwangi dan didampingi ibu kandungnya, Rubiati. Saritem memang sedang dimintai keterangan unit Penyidik Perlindungan Anak (PPA) Polres Banyuwangi demi kasus perkosaan keji itu terungkap. Selama menjalani pemeriksaan, korban didampingi seorang psikiater.

Meski demikian, kami sempat berbincang terkait kondisi Saritem dari Rubiatun dan kedua neneknya. Sampai saat ini, balita tersebut masih harus buang air besar melalui selang yang dilewatkan lambung kirinya. Sebab, akibat perkosaan biadab tersebut, bukan hanya kantung kemihnya yang rusak, anus bocah tersebut juga tak bisa difungsikan lagi. “Kalau selang kencing sudah dilepas kemarin. Tetapi, sampai sekarang masih buang air besar lewat selang,” tutur Rubiatun mendampingi Mbah Surip.

Kondisi itu tentu sangat menyedihkan bagi Saritem. Hampir setiap malam balita
tersebut menangis karena sakit dan tak nyaman dengan selang di lambungnya. Hampir setiap malam balita tersebut menangis karena merasa tersiksa. “Tiap malam mesti menangis, mungkin risi atau sakit. Kita juga bingung,” tutur Rubiatun.

Selain menangis setiap malam, Saritem juga selalu ingin bersama ibu kandungnya. Dia tidak bisa ditinggal sejenak pun oleh Rubiati. “Pokoknya ingin selalu bersama ibunya. Ditinggal sebentar saja langsung nangis,” ceritanya dengan sedih. Sementara itu, biaya pengobatan dan kontrol ke RSUD dr. Soetomo, Surabaya, baik Rubiatun maupun kedua neneknya samasama tidak tahu. Sebab, yang mengurus hal itu saudara mereka, yaitu Misdi, yang kebetulan kemarin tidak ada di tempat karena tengah kerja di Perhutani. (radar)

Kata kunci yang digunakan :