Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Bagi-bagi Uang Setiap Pulang Kampung

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Pelawak Cahyono saat menghadiri jalan bareng Gus Ipul di Besuki, Situbondo tahun 2018 lalu.

PINTU gerbang rumah masa kecil Cahyono yang berada di dusun Pandan Desa Kembiritan Kecamatan Genteng siang itu tidak dikunci. Suasana tampak lengang. Rumah yang memiliki halaman cukup luas dan rimbun tersebut tampak kosong.

Kedatangan Jawa Pos Radar Genteng ke rumahnya justru disambut salah satu tetangganya, Dia adalah Suyoto, 52. Pria yang terhitung masih memiliki tali kerabat dengan Cahyono tersebut kemudian mengajak masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah, seorang pemuda benama Bontoro yang juga masih terhitung kerabat kemudian membukakan pintu. “Wah mohon maaf, Mas, tadi dikira siapa,” ucapnya. Di dalam rumah tersebut, tidak banyak benda peninggalan Cahyono.

Hanya tampak sejumlah pigura tertempel di dinding. Salah satu pigura bergambar Cahyono sedang bersama semua anggota keluarganya. Sementara satu pigura merupakan gambar dia bersama pelawak legendaris jojon.

“Ini foto bersama Jojon Mas, satunya siapa ya,” ujar Suyoto mengawali pembicaraan. Di mata para kerabat, perjalanan Cahyono di dunia panggung pelawak memang sudah dimulai sejak muda. Sebelum berangkat ke Jakarta, anak ketiga dari tujuh bersaudara itu memang sudah aktif di dunia pertunjukan di Banyuwangi.

Saat itu Cahyono sudah bergabung dengan kelompok kesenian angklung Banyuwangi dan juga kesenian ludruk. “Dulu ikut kesenian angklung Banyuwangian. Dia juga ikut ludruk lima sepuluh,” kenang Suyoto.

Meski mengalami pasang surut rumah tangga, namun sikap kepada kerabat dan keluarga tetap baik dan tidak berubah. Cahyono yang menikah dua kali dan dikaruniai masing-rnasing dua anak ini merupakan sosok yang bersahaja dan akrab kepada siapapun.

“Dia sangat mudah akrab, orangnya baik,” ucapnya. Terlebih, saat dia mulai setir menjadi seorang pendakwah, silaturahmi kepada keluarga di Banyuwangi tetap berjalan dengan baik, bahkan tidak terbatas waktu saat Lebaran saja.

“Dia itu kapan hari juga mampir ke sini, kondisinya agak sakit. Kalau ke sini tidak hanya saat Lebaran,” kenang Suyoto. Tidak hanya keluarga, pengakuan mengenai sikap baik Cahyono semasa hidup juga mengalir dari tetangga.

Hal itu terlihat dari penuturan tetangga di kanan-kiri rumahnya. Siti Mahmudah, 62, salah satu tetangga menyebutkan, kepergian Cahyono dia ketahui sejak awal. Kabar meninggalnya Cahyono tersebut dia dengar dari para tetangga juga.

“Cahyono rumahnya itu barat turunan, keluarganya sudah ke Jakarta,” ucapnya. Di mata tetangga, pelawak kelahiran 26 Desember 1951 silam tersebut dikenal sebagai  pribadi yang mudah akrab dengan orang lain.

Meski pernah terkenal melalui sejumlah film dan keartisan yang dia lakukan, setiap kali pulang kampung Cahyono selalu menyapa dan tidak lupa dengan para tetangga.  Bahkan, dia juga dikenal cukup dermawan dan sering memberikan uang saku kepada tetangga.

“Saat masa jayannya semua dikasih uang 50 ribu. Itu kalau tidak salah tahun 75-an,” ujar Mahmudah.  Hingga akhir masa hidupnya, sejumlah film layar lebar pernah dia bintangi. Sejak 1971 beberapa film yang pernah dia bintangi di antaranya film Lantai Berdarah, Reo Manusia Srigala, Pulau Cinta, Raja Copet, serta Gara-Gara janda Kaya.

Ada juga judul fil, Gudang Uang, Remaja Pulang Pagi, Saritem Penjual Jamu, dan Dukun Kota hingga film Jayakarta Group Rebon yang tengah dalam proses pembuatan. (radar)