Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Banyuwangi sebagai Kota Pisang Tempo Dulu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

banyuwangiBukan hanya Banyak, Tapi juga Punya Pisang Khas

DIKETAHUI bersama, Banyuwangi dulu berjuluk kota pisang. Banyak yang mengetahui itu, bahkan tidak sedikit yang bisa menceritakan dengan lancar, terutama orang-orang yang kini sudah paro baya. Bagi anak-anak, mungkin mereka tidak pernah mendengar tersohornya Banyuwangi sebagai kota pisang. Mereka hanya mendengar cerita itu dari orang tua dan kakek-neneknya. Entah mulai kapan predikat kota pisang disandang Banyuwangi, belum ada yang bisa menjawab secara meyakinkan.

Hanya didapat keterangan, Banyuwangi mendapat julukan kota pisang karena produksi pisang di Banyuwangi sangat melimpah. Memang iya, tidak sedikit informan yang ditemui Jawa Pos Radar Banyuwangi menyebut Banyuwangi dijuluki kota pisang karena pisang di Banyuwangi sangat melimpah. Apalagi, itu didukung data tertulis yang disimpan Belanda. Bahwa banyak pisang Banyuwangi yang diekspor ke Australia. Bahkan, konon Belanda menulis pula nama kapal dan jumlah tandan dalam setiap pengiriman ke Australia. 

Pengiriman itu dilakukan dari Pelabuhan Boom, yakni pelabuhan terbesar di Banyuwangi yang saat itu melayani pelayaran lintas benua. “Itu yang saya dengar. Ingin lebih jelasnya, silakan cek sendiri sumbernya di Belanda,” kata Fatah Yasin Noor, anggota Dewan Kesenian Blambangan (DKB). Pisang memang tumbuhan yang mudah hidup. Sehingga, tidak sulit bagi pisang untuk beradaptasi di alam Bumi Blambangan ini. Demi mendapat keterangan lebih banyak tentang istilah kota pisang, Jawa Pos Radar Banyuwangi pun menemui orang-orang yang sehari-hari bergelut dengan pisang.

Meskipun bukan seorang ahli botani, paling tidak keterangan mereka tentang perpisangan bisa menjadi tambahan data dan pengetahuan. Dan, siapa tahu juga ada hal baru yang terungkap terkait istilah kota pisang dari mulut mereka. Jawa Pos Radar Banyuwangi pun menemui para pengusaha sale pisang di Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak. Yang berhasil ditemui adalah Sinar Lintang, 36, dan Nanang, 35. Keduanya warga Lingkungan Sukowidi. Dalam diskusi singkat dengan Jawa Pos Radar Banyuwangi, mereka tidak menampik Banyuwangi kaya pisang.  

Bisa dikatakan produksi pisang di Banyuwangi tidak ada habisnya, apalagi di zaman dulu. Namun demikian, terkait julukan Banyuwangi sebagai kota pisang, mereka berdua memiliki jawaban sendiri. Jawaban mereka berdua berbeda dengan jawaban orang kebanyakan. Mereka menyebut, Banyuwangi disebut sebagaikota pisang bukan hanya karena kaya pisang, tapi juga karena Banyuwangi punya banyak pisang khas. Kalau sekadar banyak pisang, hampir semua daerah di Indonesia ini kaya pisang. Sebab, pisang bukan tumbuhan yang sulit hidup. Pisang bisa hidup hampir di semua jenis tanah.

“Konon pisang khas Banyuwangi banyak. Yang saya tahu pisang ambon ijo,” duga Nanang. Meski namanya mengandung kata “ambon”, mereka tetap menduga pisang itu khas Banyuwangi. Sebelum menjelaskan asal-usul ambon ijo di Banyuwangi, Nanang menjelaskan lebih dulu keunggulan pisang khas Banyuwangi tersebut dibanding pisang lain. Menurutnya, jika dibuat sale, pisang yang paling bagus adalah pisang ambon ijo. Sale yang dihasilkan akanlebih manis, kenyal, tahan lama, dan tidak ada
rasa getir sedikit pun. 

Apalagi jika digunakan membuat sale basah. Saking manisnya sale yang dihasilkan, sale yang dibuat dengan pisang ambon ijo disebut sale pisang madu. “Biasanya di bungkus salenya ditulisi Sale Pisang Madu. Kalau ada tulisan itu, biasanya bahan baku yang digunakan adalah pisang ambon ijo,” katanya. Terkait namanya, yakni ambon ijo, Nanang menduga mungkin di zaman dulu bibit pisang itu berasal dari Ambon. Atau bisa juga pisang ambon yang ditanam di Banyuwangi disilang orang Banyuwangi, kemudian jadilah pisang ambon ijo.

Namun demikian, Sinar Lintang tidak mau memperdebatkan asal-usul pisang tersebut. Yang jelas, menurutnya, kini pisang ambon ijo asal Banyuwangi telah dikirim ke berbagai kota di Indonesia untuk dibudidayakan. “Itu berdasar informasi dari petugas Perhutanibeberapa tahun lalu,” sahut Nanang. Jadi, pisang ambon ijo yang kini tersebar di Indonesia ini, yakin Nanang, bibitnya berasal dari Banyuwangi. Tidak terkecuali pisang ambon ijo yang kini banyak di tanam di Lumajang. Namun, meski dianggap sebagai kota kelahiran pisang ambon ijo, Banyuwangi tidak kaya pisang ambon ijo. 

Produksi pisang ambon ijo di Banyuwangi sangat terbatas. Bahkan, kini bisa dikatakan sudah mulai sulit dicari. Dia berharap masyarakat Banyuwangi sadar atas potensi yang dimiliki. Banyuwangi sangat kaya, tidak hanya di bidang budaya, tapi juga di bidang tanaman. “Pisang ambon ijo yang ditanam di Banyuwangi tetap lebih enak dibanding yang ditanam di daerah lain,” tambahnya. Terkait hal itu, Sinar Lintang menyebut sale pisang made ini Banyuwangi yang bahan bakunya pisang ambon ijo pernah mendapat pujian seorang menteri. Pujian itu disampaikan dalam sebuah pameran kuliner sekitar tahun 2004.

Namun, Sinar Lintang mengaku lupa menteri apa dan siapa namanya. “Yang jelas habis mencicipi sale Banyuwangi, menteri itu mengatakan sangat enak melebihi sale Indramayu,” timpal Nanang. Selain mendapat pujian, sale Banyuwangi juga dikritik. Ungkap Sinar Lintang, menteri tersebut mengkritisi kemasan sale Banyuwangi yang masih sangat tradisional. Itu tidak sebanding dengan rasanya yang sangat enak. Meskipun rasanya enak, tapi kalau kemasannya terlihat kurang higienis, maka akan mengurangi selera penikmat. Begitu jelas Sinar Lintang menirukan komentar sang menteri. “Jika ingin berdiskusi tentang perpisangan, silakan datang ke tempat kami. Jika ingin mencicipi sale pisang ambon ijo khas Banyuwangi, kami juga bisa menyediakan,” pungkasnya. (radar)