Ketut mengatakan dipilihnya Batik Banyuwangi karena selama ini, Banyuwangi konsisten mengangkat batik ke berbagai even fashion show. Banyuwangi konsisten mengangkat batik dalam Banyuwangi Batik Festival (BBF).

Even yang masuk agenda Banyuwangi Festival (B-Fest) itu, sudah memasuki tahun kelima. Tiap tahunnya BBF mengangkat tema yang berbeda-beda sesuai motif batik khas Banyuwangi.

Tahun ini, BBF mengangkat tema Kopi Pecah, yang merupakan motif khas Banyuwangi. Selain itu, berkali-kali Banyuwangi juga diundang di Indonesia Fashion Week (IFW), Jakarta. Serta berbagai ajang fashion show lainnya.

Di berbagai even itu, selain menggandeng desainer nasional, Banyuwangi juga mengangkat produksi batik dari desainer lokal. Seperti di BBF, Banyuwangi mengolaborasikan desainer nasional dan lokal. Sehingga desainer lokal mampu bersaing di tingkat nasional.

“Nilai lebih Banyuwangi sehingga mendapat perhatian dari IFC, karena turut mengangkat IKM (Industri Kecil dan Menengah) batik,” kata Ketut.

Setelah konsisten dengan menggelar BBF, banyak bermunculan industri dan gerai batik di Banyuwangi. Motif-motif batik pun terus berkembang yang dulunya hanya 20 motif klasik, kini berkembang menjadi lebih dari 40 motif batik.

IKM batik di Banyuwangi yang lima tahun lalu hanya 12, kini berkembang pesat menjadi 50 lebih. Untuk motif batik yang nantinya akan dibawa ke LAFW, menurut Ketut akan diserahkan pada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas untuk memilihnya. (surabaya.tribunnews.com)