Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bayar Rp 1,7 M per Bulan

MALAM: Lampu penerangan jalan umum (LPJU) di double way Jalan Brawijaya, Banyuwangi.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
MALAM: Lampu penerangan jalan umum (LPJU) di double way Jalan Brawijaya, Banyuwangi.

BANYUWANGI – Pembayaran rekening lampu penerangan jalan umum (LPJU) tampaknya cukup menggerus anggaran daerah. Bayangkan, tagihan LPJU yang harus dibayar pemkab per bulan menembus angka Rp 1,7 miliar hingga Rp 2 miliar. Tagihan sejumlah itu untuk pembayaran sekitar 5000 lampu yang tersebar di seluruh Banyuwangi.

Ada beberapa lokasi pemasangan LPJU. Yang pertama adalah jalan poros nasional, berikutnya jalan poros provinsi, dan jalan poros kabupaten. Juga ada yang dipasang di ibu kota keca-matan. “Total jumlahnya sekitar 5000 titik. Setiap bulan kita membayar rekening listrik 5000 titik LPJU itu,” tegas Plt Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Banyuwangi, Arief Setiawan.

Di jalan poros nasional, poros provinsi, dan poros kabupaten, disediakan 3500 volt ampere per 10 titik LPJU. Lampu yang digunakan di setiap LPJU berdaya sekitar 250 watt. “Selama ini, kita menggunakan sistem abonemen,” jelas Arief.
Untuk menghemat anggaran, kata Arief, sejak tahun 2011 lalu sistem pembayaran rekening LPJU diubah menjadi sistem meterisasi. Perubahan sistem pembayaran itu ternyata berhasil menekan tagihan listrik LPJU.

Arief menambahkan, saat masih menggunakan sistem abonemen, tagihan rekening setiap bulan mencapai Rp 1,7 hingga Rp 2 miliar. Namun, sejak menggunakan sistem meterisasi, tagihan listrik LPJU susut menjadi Rp 1,4 miliar per bulan. “Kita hemat Rp 300 hingga Rp 400 juta setiap bulan,” bebernya. Pembayaran rekening listrik LPJU menjadi tanggung jawab DKP, sedangkan penerimaan retribusi LPJU menjadi tanggung jawab Dinas Pendapatan.

“Kita terus mencari inovasi baru untuk menekan tagihan rekening tersebut,” tegas Arief. Terkait operasional LPJU, beber Arief, ada hal-hal yang tidak masuk akal. Salah satunya, kekurangan daya. Arief mencontohkan, setiap 10 titik LPJU jalan poros nasional, provinsi, dan kabupaten, disediakan 3500 volt ampere. Kalau masing-masing titik 250 watt, maka kebutuhan setrum untuk 10 titik LPJU hanya 2500 volt ampere.

“Masih ada sisa sekitar 1000 volt ampere. Fakta di lapangan, LPJU sering mati karena kekurangan daya,” sebutnya. Persoalan itu terus dikaji dan diteliti hingga sekarang. “Nggak masuk akal. Kelebihan daya 1000 tapi lampu sering mati karena kekurangan daya,” tegas pejabat yang tinggal di Jalan Tunggul Ametung, Banyuwangi, itu. (radar)

Kata kunci yang digunakan :