Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Bayi-bayi yang Lahir “Keramat” di Tahun Kabisat

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Dua-bayi-mungil-yang-lahir-di-tahun-kabisat--tanggal-29-Februari---tahun-2016-di-RSUD--Blambangan--kemarin.

Dianggap Bisa Mengirit Biaya Ulang Tahun

DUA makhluk mungil tampak menggeliat di dalam inkubator ruangan bersalin RSUD Blambangan. Dari bahasa tubuhnya seolah dua bayi itu sepakat menunjukkan semangat mereka hadir di dunia ini. Bayi berkelamin laki-laki dan perempuan itu adalah bayi pertama yang lahir  di tanggal 29 Februari tahun 2015 di  tempat bersalin itu.

Sri Sukowati, kepala Ruang Bersalin RSUD Blambangan, yang menjaga si bayi dari proses persalinan mengatakan keduanya sama-sama lahir secara operasi caesar. Keduanya juga lahir di waktu yang berdekatan, yang laki-laki  lahir pada pukul 09.36 dan yang perempuan lahir pada pukul 09.55.

Pada hari kabisat seperti ini, menurutnya, memang unik. Banyak orang yang tidak sadar saat memiliki anak yang lahir di  tanggal yang hanya muncul empat tahun sekali itu. Namun, begitu sadar biasanya menurut bidan  yang sudah bekerja selama 32 tahun itu, orang tua si bayi akan langsung terkejut.

“Yang ramai biasanya ini waktu hari kemerdekaan atau hari ulang tahun perusahaan besar, tapi kalau tahun kabisat ini banyak  yang lupa. Tetapi, tetap terasa istimewa kalau tahu,” ujar Sri.  Kedua orang tua bayi yang baru  lahir itu pun ternyata juga tidak  tahu jika hari kelahiran anak-anak nya bertepatan dengan tanggal 29 Februari.

Hartono, 34, ayah si bayi perempuan, mengatakan dirinya sibuk mengurusi istrinya hingga tidak tahu putrinya lahir di hari yang  istimewa. Apalagi, istrinya yang melahirkan dengan cara caesar  itu memerlukan perhatian khusus.  Tetapi, pria yang sehari-hari  bekerja sebagai perajin mebel itu masih sempat mempersiapkan  nama anak keduanya tersebut.

“Saya tidak tahu hari ini tahun kabisat. Tapi saya sudah sediakan nama, Devika Dwi Akila Azzahra namanya,” ungkap Hartono. Sama dengan Hartono, Nihari,  33, ayah si bayi laki-laki yang juga lahir di RSUD Blambangan  mengatakan, dirinya juga tak tahu tentang keunikan tanggal  lahir putra keduanya.

Bahkan, warga asal Desa Watukebo, Kecamatan Wonsorejo, itu tidak paham jenis kelamin anak yang dikandung  istrinya tersebut. Jadi, Nahari tak sempat mempersiapkan  nama. Setelah mengetahui tanggal lahir anaknya tersebut,  Nihari tersenyum dan mengatakan biasanya tanggal  lahir akan membawa rezeki sendiri.

Yang unik dari kedua ayah yang tampak sibuk mengurusi kelahiran  anak keduanya itu adalah  mereka sama-sama menginginkan  jenis kelamin yang berbeda.  Nahari ingin anak perempuan  tapi dikaruniai anak laki-laki,  sehingga dirinya yang sempat menyediakan nama untuk anak perempuan tidak bisa menggunakan  nama tersebut.

“Maunya saya kasih nama Hayati, tapi karena keluarnya laki-laki ya saya ganti, paling Hayanto, yang penting disyukuri,” jelas Nahari. Sementara itu, Hartono yang sebenarnya ingin anak laki-laki  justru memperoleh anak perempuan.  Akan tetapi, dirinya lebih  siap karena sudah menyiapkan  dua nama untuk anaknya.

“Saya inginnya laki-laki, tapi istri inginnya perempuan, dan keluarnya perempuan,” ujar Hartono. Kelahiran bayi-bayi orang tersebut dianggap menjadi berkah, apalagi jika melihat waktu kelahiran dan beberapa kesamaan nasib lain.

Meski tidak memiliki budaya merayakan ulang tahun,  tapi Hartono mengatakan jika anaknya nanti meminta ulang  tahun, setidaknya dia tidak terlalu  repot. Sementara itu, Nahari yang juga tidak memiliki budaya ulang tahun mengatakan adat keluarganya adalah melakukan selamatan setiap tanggal ulang tahun.

“Ya bisa sedikit irit. Kalau  selamatannya setahun sekali,  yang baru lahir ini jadi empat  tahun sekali. Yang penting sehat dan sayang orang tua,” kata  Nahari sambil memegang berkas kelahiran.(radar)