Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bekas Obor Bambu Dibawa Pulang ke Amerika

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Warga Amerika Serikat, Jimmy Delarosa, dan warga Jerman, Katharina Wessel-Bothe, berbaur dengan warga Desa Kelir, Kecamtan Kalipuro, Sabtu (24/6) malam.

 

PADA modern seperti sekarang, prosesi takbir keliling dengan berjalan kaki membawa obor bambu sembari menabuh beduk sudah sangat jarang dilakukan. Kaum muda sekarang lebih cenderung memilih mengisi malam takbir dengan keliling menaiki motor, mobil, truk, sambil menyalakan sound system ribuan watt.

Tapi, tradisi takbir keliling dengan berjalan sambil membawa obor dari bambu itu masih tetap lestari di Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Oncor-oncoran (Pawai Obor) menyambut datangnya Idul Fitri itu juga digelar warga Desa Kelir menyambut Idul Fitri 1438 H, Sabtu (24/6) malam lalu.

Ratusan anak-anak, remaja, dan orang dewasa memenuhi jalanan utama desa untuk melakukan takbir keliling kampung. Sambil mendengungkan takbir dan tahmid, warga membawa dan menyalakan oncor (obor dari bambu).

Agar suasana lebih meriah, mereka juga menyalakan ratusan kembang api di sepanjang jalan yang dilalui. Dentuman meriam bambu dan kembang api terdengar bersahutan. Warga juga melakukan atraksi dengan menyemburkan minyak ke api.

“Oncor-oncoran ini merupakan tradisi turun-temurun di desa kami,” ujar Holmi Nuris,28, koordinator kegiatan Oncor-oncoran. Yang menarik, Festival Oncor-oncoran ini juga dimeriahkan oleh dua wisatawan asing.

Mereka adalah Jimmy Delarosa, 23, dari California, Amerika Serikat; dan Katharina Wessel-Bothe, 23, dari Wilmandingen, jerman. Keduanya berbaur bersama warga sambil ikut keliling kampung. “Amazing! This is good (menakjubkan. Ini bagus),” ujar Jimmy Delarosa, wisatawan asal USA.

Jimmy dan Katharina mengaku senang bisa mengikuti festival oncor-oncoran malam itu. Tanpa lelah, keduanya ikut takbir keliling hingga selesai sekitar pukul 21.00. “An event like this in our place does not exist (acara seperti ini di tempat kami tidak ada),” jelas Katharina.

Tentu saja kehadiran dua bule ini menarik perhatian warga yang ikut pawai obor. Tak sedikit dari mereka yang berebut foto bersama. Tak heran, perjalanan pawai pun tersendat-sendat gara-gara semakin banyak warga yang berebut foto.

Nur Hariri, 30, warga setempat mengatakan, kebetulan dua bule itu bertamu ke rumahnya di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi. “Mereka hendak ke Bali. Namun, karena sedang terjadi antrean panjang di pelabuhan Ketapang, dan khawatir antre panjang, akhirnya mereka ini saya ajak mudik ke Desa Kelir,” kata Hariri.

Menurut Hariri, Jimmy dan Katharina mengaku takjub dengan acara yang baru pertama kali mereka lihat. Bahkan, mereka juga membawa kenang-kenangan berupa obor. “Tadi oncornya di bawa pulang. Katanya unik. Karena di sana tidak ada bambu seperti ini,” katanya.

Usai mengikuti pawai, Jimmy dan Katharina juga dengan lahap menikmati sajian Idul Fitri di rumah orang tua Hariri. “Ha ha ha, mereka juga lahap makan ketupat dan sate daging sapi. Bahkan, Jimmy habis lima buah ketupat,” pungkasnya.(radar)