Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Berebut Hasil Bumi di Akhir Bulan Suro

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

puluhan-warga-menggelar-doa-bersama-di-lapangan-desa-tampo-kecamatan-cluring-banyuwangi-sebelum-memperebutkan-tumpeng-raksasa-pada-kamis-lalu

CLURING – Pada akhir bulan Suro, ratusan warga Desa Tampo, Kecamatan Cluring, menggelar ritual sedekah desa dengan kirab tumpeng agung. Tumpeng berukuran raksasa yang memuat hasil  pertanian itu, dikirab keliling kampung dan diperebutkan warga  di tengah lapangan desa setempat.

Kirab tumpeng agung itu tradisi yang dilakukan warga Desa Tampo,  itu sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah berupa hasil bumi dan hasil pertanian yang melimpah dalam   kurun waktu setahun terakhir. Tumpeng berukuran raksasa itu, dibuat warga secara gotong-royong.

Hasil bumi yang diletakkan pada  tumpeng dengan tinggi dua meter itu merupakan hasil bumi dan pertanian, mulai dari buah-buahan, seperti jeruk, buah naga, jambu kristal, kacang panjang, sayur  mayur, timun, tomat, terong, lombok, jagung, wortel, dan berbagai hasil pertanian lainnya.

Tidak hanya tumpeng berisi buah dan hasil pertanian. Dalam tradisi itu juga ada satu tumpeng beras kuning berukuran jumbo. Tumpeng  itu dihias dengan aneka jenis lauk  pauk, mulai dari ayam, bebek, ikan lele, tempe, tahu, telur, dan  berbagai jenis lauk pauk lainnya.

Ketiga tumpeng jumbo itu dikirab dari Kantor Desa Tampo, Kecamatan Cluring menuju lapangan Desa  Tampo yang berjarak sekitar 600 meter. Warga dari berbagai dusun, desa, dan kecamatan di Kabupaten  Banyuwangi menyambut kedatangan tumpeng agung itu di tengah-tengah  lapangan.

Tidak hanya anak-anak,  para remaja, dan orang tua berjubel di bawah tenda yang disediakan di tengah lapangan. Warga sengaja menunggu kedatangan tumpeng agung hingga berjam-jam hanya untuk bisa mengikuti doa bersama dan mendapatkan hasil bumi dari tumpeng agung itu.

“Gerebeg Suro seperti ini jarang ada di Banyuwangi, makanya perlu ditradisikan,” ujar Sanimin, 54 salah seorang warga Desa Kradenan, Kecamatan Purwoharjo.  Usai memanjatkan doa yang  dipimpin pemuka agama Islam, tumpeng yang semula berada di bawah tenda langsung dikeluarkan  menuju tanah lapang.

Warga yang  semula duduk di bawah tenda, langsung berdiri dan berebut hasil  bumi tumpeng raksasa itu. Sebagian warga meyakini, hasil bumi di tumpeng raksasa itu akan mendatangkan berkah karena telah didoakan secara bersama-sama.

“Sayurnya masih segar-segar, bisa untuk persiapan bekal masak,” terang Puji Lestari, warga Desa  Benculuk, Kecamatan Cluring, yang ikut berebut tumpeng raksasa. Panitia tumpeng agung, Imam Rofii, mengaku tumpeng agung itu bentuk sedekah desa yang diberikan pada masyarakat Desa Tampo dan  warga dari luar desa. Meski kegiatan  ini baru kali pertama digelar, tapi  kegitan ini mampu menyedot perhatian warga.

“Semoga tahun depan bisa kami selenggarakan lagi,” katanya. (radar)