Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Berpuasa Bagi Ibu Menyusui, Mengapa Tidak?

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Alhamdulillah, bulan Ramadan tahun ini sedang kita jalani. Bulan yang penuh pahala bagi umat muslim di seluruh penjuru dunia. Salah satu ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim yang telah baligh adalah berpuasa. Tanpa peduli apakah dia seorang laki-laki atau perempuan, tua ataupun muda, miskin ataupun kaya, dan sehat wal afiat tanpa terkecuali.

Nah, bagaimana dengan ibu yang sedang menyusui? Apakah diperbolehkan atau tidak untuk berpuasa? Menyusui merupakan kewajiban seorang ibu kepada anaknya. Karena lewat itu anak akan mendapatkan segala kebutuhan nutrisi yang sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhannya.

Menurut pandangan agama, menyusui juga merupakan kegiatan ibadah bagi ibu terutama pada enam bulan pertama karena pada masa tersebut pemberian makanan lain selain ASI tidak dianjurkan. Sehingga khusus dalam masa ASI eksklusif, ibu dianjurkan untuk menunda puasanya atau tidak berpuasa.

Hal tersebut dikarenakan saat-saat itu ASI adalah satu-satunya sumber nutrisi bayi dan sangat tidak dianjurkan untuk pemberian makanan lain selain ASI pada bayi. Bagi yang menyusui di atas enam bulan, diperbolehkan untuk puasa. Pada keadaan sedang berpuasa, seorang ibu tetap wajib untuk memberikan ASI.

Meskipun ibu tidak makan selama kurang lebih 14 jam, komposisi ASI tidak berubah atau berkurang kualitasnya dibandingkan saat tidak berpuasa. Itu terjadi karena tubuh akan melakukan mekanisme kompensasi dengan mengambil cadangan zat gizi lain seperti lemak, protein, vitamin dan mineral yang sebelumnya disimpan tubuh.

Begitu saat berbuka, makanan yang masuk akan mengganti cadangan zat gizi tubuh yang tadi dipergunakan selama puasa. Sehingga ibu tidak kekurangan zat gizi untuk memenuhi aktivitas serta mempertahankan kesehatan. Komposisi ASI baru akan berkurang ketika ibu menderita kekurangan (defisiensi) gizi berat. Sebab, tidak ada lagi cadangan zat gizi yang dapat memasok kebutuhan produksi ASI yang lengkap.

Yang penting selama berpuasa, ibu yang menyusui tetap harus makan tiga kali sehari. Yakni saat sahur, buka, dan setelah salat tarawih. Juga harus disiplin mengkonsumsi ma- kanan dengan gizi berimbang. Yaitu 50% karbohidrat, 30% protein dan 10-20% lemak. Untuk tetap aman menyusui selama puasa, berikut beberapa tips yang dapat diikuti: Makan dengan gizi seimbang.

Ibu menyusui membutuhkan tambahan 700 kalori perhari, 500 kalori dari makanan ibu dan 200 kalori dari cadangan lemak ibu. Sehingga, penting bagi ibu menyusui yang sedang berpuasa untuk tetap mempertahankan pola makan tiga kali sehari dengan menu gizi seimbang lengkap dengan vitamin dan mineral. Mencukupi cairan.

Ibu bisa minum air putih dalam sehari sebanyak dua liter, ditambah dengan jenis cairan lainnya seperti jus buah, air madu, dan susu. Minum segelas susu setiap sahur dapat mengurangi ancaman anemia bagi ibu menyusui. Berbuka puasa dengan minuman hangat, akan merangsang kelancaran ASI. Beristirahat cukup. Lemas saat berpuasa itu biasa.

Apalagi jika ibu baru saja menyusui. Dengan beristirahat sejenak, apakah dengan tidur atau sekadar rileks menenangkan pikiran. Perlu diketahui, semakin sering payudara dihisap oleh bayi, produksi ASI akan semakin banyak. Jadi, bila selama puasa ibu tetap rajin menyusui, insyaAllah ASI akan tetap lancar. Tenang dan percaya diri.

Para ibu hendaknya tetap tenang dalam beribadah serta percaya diri dalam menyusui. Tidak perlu merasa khawatir ASI-nya akan berkurang. Karena adanya kecemasan tersebut, juga akan menghalangi kerja hormon oksitosin yang fungsinya mengeluarkan ASI dari payudara. Sehingga akan nampak seolah-olah ASI ibu berkurang.

Untuk itu, diperbolehkan bagi ibu menyusui untuk tetap berpuasa selama bulan suci ini. Dengan catatan harus memperhatikan anjuran dokter sesuai dengan keadaan ibu dan bayinya saat itu. Bersikap arif dan bijaksana dalam menentukan apakah berpuasa atau tidak, tentunya didasarkan atas kaidah agama dan kaidah medis.

Semoga amalan ibadah puasa kita di tahun ini dapat dilaksana kan secara ma k-simal dan akan membuat tubuh kita menjadi semakin s e hat. Ka re na ke s e hat a n adalah nilai tertinggi dalam hidup kita sehari-hari. Seperti dikatakan dalam lagu Nilai Sehat ciptaan Rhoma Irama “Betapa tingginya nilai kesehatan, itulah hartamu yang tak terbandingkan”. Semoga. Amin ya robbal ‘alamin. (Penulis adalah Direktur RSIA PKU Muhammadiyah Rogojampi, Fans Rhoma @ radar)