Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bilang pada Ibunya Akan Mati Besok

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
BAHAYA: Barang bukti miras oplosan yang menewaskan empat warga.

Empat warga Banyuwangi tewas mengenaskan setelah pesta minum-minuman keras (miras) di Pasar Sobo. Jasad empat orang itu sudah dimakamkan. Namun,
kejadian yang menggemparkan warga Kota Gandrung itu hingga kini masih menjadi perbincangan hangat warga. Siapa saja korban tewas itu?
-SYAIFUDDIN MAHMUD, Banyuwangi-

SATU dari empat korban tewas adalah Nizam Adam. Pria kelahiran 15 April 1975 itu tercatat sebagai warga Desa Dadapan, Kecamatan Kabat. Dalam pesta miras Minggu (25/3) kemarin, peran Nizam sebagai joki. Dialah yang membagi-bagikan gelas berisi Vodka yang telanjur dioplos soft drink dan obat daftar G.

Nizam mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Islam (RSI) Fatimah pada hari Selasa (27/3) pukul 09.50. Usai menenggak minuman memabukkan itu, Nizam tidak langsung dilarikan ke rumah sakit. Dia sempat terbaring di rumahnya beberapa saat.

Tiga hari pasca-kematian Nizam, kemarin Radar Banyuwangi berkunjung di rumah orang tua Nizam di Jalan Citarum 4, Lingkungan Kemasan, Kelurahan Panderejo, Banyuwangi. Suasana duka masih terasa di rumah tersebut. Sang ibu, Farida, masih bersaput duka. Sejumlah tetangga juga datang untuk menyatakan belasungkawa. “Mari silakan masuk,’’ ucap Farida, 55, kepada koran ini.

Saat dipersilakan masuk, tikar besar masih terpasang di lantai. Foto Nizam beserta ibunya saat wisuda terpasang di dinding ruang tamu. Hingga kini Farida tidak mengetahui bahwa kematian putra keempatnya itu akibat minuman keras. Kabar yang dia terima adalah anaknya sakit jantung. Bagi Farida, kabar kematian keluarganya bukan pertama ini. Dua kakak Nizam lebih dulu meninggal dunia.

“Kakak Nizam yang ke-3 bernama Yunus kini tinggal di Jakarta,’’ ujar Farida sembari menyeka air mata. Di mata masyarakat, Nizam terkenal anak yang cerdas. Mulai bangku sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) selalu ranking kelas. Hal itu dibenarkan salah satu teman sekolahnya yang tidak mau disebutkan namanya. Begitu lulus SMA, Nizam diterima di Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Setelah lulus tahun 1999, Nizam bekerja di Siemens, salah satu perusahaan komunikasi. Tidak bertahan lama, dia kembali ke Banyuwangi dan diterima di PT. Lundin. “Nizam anaknya energik. Dia mempunyai jiwa wiraswasta,” ungkap Farida. Sehari sebelum mengembuskan napas terakhir, Nizam sempat bertandang ke rumah ibunya di Lingkungan Kemasan. Disana, dia meminta ibunya memijit dirinya.

Sambil memijat, sang ibu mengingatkan bahwa ulang tahun Nizam adalah 14 April. “Nanti ibu akan telepon kakakmu, Yunus untuk mengucapkan selamat ulang tahun,” cerita Farida seraya menunjukkan foto-foto kenangan Nizam semasa hidup. Nizam langsung menimpali ucapan ibunya. “Kenapa sih, Bu, sepertinya saya akan mati besok,” ucap Nizam. Rupanya kata-kata itu merupakan pertanda bahwa Nizam akan pergi selamanya.

Malam hari sebelum meninggal, Nizam sempat mengeluhkan sakit di dada. Keluhan itu disampaikan kepada istrinya, Suci. Oleh sang istri, Nizam diberi air putih, tapi langsung muntah. “Diberi jamu tradisional kunir juga muntah. Sekitar 30 menit kemudian, Nizam baru dilarikan ke RS Fatimah,” ungkap Farida.

Korban tewas lain adalah Samdiono, 55, juga menyisakan kepiluan bagi keluarganya. Pria yang tinggal di Jalan Ikan Layur 7, Kelurahan Sobo, Banyuwangi, itu meninggalkan dua anak yang masih remaja. Yang lebih memilukan, saat Samdiono meninggal, Salwiyah (istrinya) tidak ada di tempat. Sebab, ibu beranak dua itu tengah bekerja di Kalimantan. Kepiluan tak terhenti di situ. Mertua Samdiono sudah cukup lama sakit. “Pak Samdiono dulu bekerja sebagai kernet bus.

Belakangan banyak di rumah bersama anak-anaknya,’’ ujar sejumlah tetangga dekat korban. Kematian korban miras lain, Abdul Qodir, 19, juga memukul keluarganya. Beberapa tetangga korban tidak menyangka Qodir bakal meninggal secepat itu. Selama hidup, Qodir tinggal bersama bapak dan adiknya di Kelurahan Sumberejo, Banyuwangi. “Ibunya jadi TKW di Arab Saudi, bapaknya pernah jatuh ketika membetulkan genting hingga kakinya harus diamputasi,” ujar seorang warga Sumberejo.

Diberitakan sebelumnya, pesta miras di Pasar Sobo, Banyuwangi, Minggu lalu (25/3) berakhir tragis. Empat orang tewas setelah menenggak miras bermerek Vodka Kuda dicampur soft drink. Dua orang tewas setelah menjalani perawatan di rumah sakit, dan dua lainnya meninggal di rumah masing-masing. (radar)