Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Boiler Kekurangan Air, Pabrik Gula Glenmore Macet

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

aktivitas-pabrik-gula-glenmore-dipotret-kemarin-masih-belum-jelas-kapan-pabrik-itu-beroperasi-lagi

GLENMORE – Pabrik gula Glenmore yang pernah diuji coba mesin oleh Menteri BUMN RI, Rini Sumarno, pada 2 Agustus 2016 lalu  ternyata hingga kini operasionalnya  belum lancar.  Pabrik gula yang berlokasi di  wilayah Kebun Kalirejo, PTPN XII, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, itu rencananya akan beroperasi September  2016.

Namun, pabrik gula yang  di sebut-sebut terbesar di Asia  Tenggara itu ternyata belum beroperasi secara penuh meski bulan September 2016 menyisakan sehari. “Saya dengar mesinnya macet,” cetus Hartono, 41, salah satu sopir truk pengangkut tebu asal Desa/Kecamatan Tegalsari.  Jika mesin pabrik gula itu memang macet, terang Hartono, maka akan  berimbas pada kegiatan angkut tebu.  Armada truk pengangkut tebu harus  menunggu.

“Mestinya sudah (bisa kerja bawa muatan) bolak-balik, tapi ini masih menunggu,” katanya. Selain itu, terang Hartono, selama pabrik gula di Glenmore belum beroperasi, maka jarak yang ditempuh masih jauh. Sebab, tebu yang seharusnya masuk ke pabrik gula Glenmore harus dikirim ke Pabrik Gula Semboro, Tanggul, Kabupaten Jember, dan Pabrik Gula Jatiroto   di Kabupaten Lumajang.

“Saat  giling perdana itu sebagian dikirim ke Semboro,” ujarnya. Sementara itu, Direktur Utama  PT. Industri Gula Glenmore (IGG), Ade Prasetyo, mengatakan saat ini Pabrik Gula Glenmore memang masih dalam tahap trial (percobaan). Semua hambatan atau kondisi yang ada di pabrik gula masih dalam  batas kewajaran.

“Kondisinya baik  semua,” katanya. Ade membantah mesin pabrik gula itu macet. Yang terjadi, terang Ade, mesin tidak bisa beroperasi karena kekurangan air di bagian boiler. “Pabrik masih trial, hingga sekarang belum ada penyerahan,” ujarnya.

Ade mengaku sudah menghitung dampak yang akan timbul jika ada kemacetan. Salah satunya  mengalihkan tebu ke pabrik terdekat, seperti Pabrik Gula Jatiroto  dan Semboro. Tidak hanya itu,  kendaraan yang menunggu juga  sudah diberi kompensasi.

“Kendaraan sudah dihitung, sopir dikasih kopi dan ada kompensasi, jadi tidak akan rugi,” ungkapnya. Secara umum, kata Ade, kendaraan angkutan tebu dari perkebunan tebu menuju pabrik gula itu sekitar delapan jam. Perhitungan itu mulai dari tebu dimasukkan  truk sampai digiling.

Sehingga,  dalam sehari truk itu bisa mengangkut sampai tiga kali. Pada musim tertentu malah bisa mencapai lima kali. “Kalau mereka sampai lima kali angkutan, tidak ada yang cerita (protes), tapi kalau tertahan sebentar saja cerita (protes),” ucapnya.

Ade menyebut yang terjadi di Pabrik Gula Glenmore itu sebenarnya hal biasa. Setelah air untuk boiler dipenuhi, pabrik sudah beroperasi kembali. Pihaknya akan segera memulai giling tebu yang sudah disiapkan kendaraan yang ditahan di pabrik. “Sore ini kita sudah mau operasi kembali. Kemarin kita giling 1.700 Ton hingga 2.000 Ton,” jelasnya. (radar)