Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Bonari, Pelatih Jaran Kecak asal Desa Kaligung

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Bonari,-32,-bersama-kuda-kesayangannya-saat-mengarak-anak-yang-akan-dikhitan-di-Dusun-Krasak,-Desa-Kaotan,-Kecamatan-Rogojampi,-kemarin

Melatih Kuda Bisa Menari hanya Butuh Waktu Sebulan

SORE itu, sinar sang surya mulai redup dengan warna kemerah-merahan. Alunan musik gamelan dan hadrah kuntulan, sayup merdu terdengar. Puluhan anak-anak tampak  riang gembira mengikuti rombongan pawai  khitanan. Sesekali, mereka juga ikut menari  mengikuti irama musik.

Tak jauh dari rombongan penabuh hadrah kuntulan itu, seorang lelaki sibuk memegang tali sembari mengendalikan laju kuda yang terus menari-nari mengikuti alunan musik hadrah kuntulan. Tangan kanannya sekali mencambuk tubuh kuda yang sedang dinaiki bocah  dengan ala raja.

Orang itu tak lain Bonari, 32, pemilik sekaligus pawang jaran kencak asal Dusun Krajan, Desa Kaligung, Kecamatan Rogojampi. Sudah delapan tahun, Bonari bekerja sebagai pawang jaran  kencak untuk pertunjukkan pawai atau arak-arakan anak yang akan dikhitan.

Tradisi arak-arakan untuk anak yang akan  dikhitan, hingga kini masih terus dilestarikan. Meski jumlahnya tidak sebanyak pada era  tahun 1990-an. Pemilik jaran kencak, jumlahnya juga terbatas karena tidak semua orang memiliki  kemampuan melatih kuda untuk bisa menari  saat mendengar musik gamelan hadrah kuntulan.

“Butuh keahlinan, kesabaran, dan bakat,” ujar Bonari. Sebelum menjadi pawang jaran kencak, Bonari ini delapan tahun menjadi kusir dokar di wilayah Kecamatan Rogojampi. Karena  usaha di alat transportasi tradisional itu sudah tak lagi menjanjikan, maka beralih menjadi  pawang jaran kecak.

“Penumpang dokar sekarang sepi,” katanya. Penumpang yang sepi itu memaksa Bonari  berfikir untuk beralih profesi yang lebih  menjanjikan, tapi tetap berhubungan dengan kuda. Maka tercetuslah menjadi pawing jaran kecak dengan membeli kuda baru. Kuda yang dibuat untuk menarik dokar dijual.

“Yang dinamakan kecak itu kuda mampu memainkan kaki secara bergantian seperti menari, kaki harus sesuai irama alunan musik,” terang suami Nuri Samsiyah itu. Untuk melatih agar kuda mampu menari,  dia setiap hari bercengkarama dengan kudanya, itu mulai pagi dengan memandikan, memberi  makan, dan mengenalkan musik.

Merawat kuda agar bisa menari, tak ubahnya seperti merawat dan menyanyangi seorang bayi, dengan memberikan pesan dalam memori otaknya tentang perintah. Sehingga ketika sudah dewasa, akan selalu patuh dan menuruti  setiap perintah yang diucapkan.

Bonari hanya butuh waktu sebulan untuk melatih kuda bisa menari. Tidak itu saja, kuda yang telah dilatihnya itu juga mampu menuruti  perintahnya, seperti duduk, loncat-loncat, dan jalan dengan dua kaki atau kaki depan  terangkat.

“Kodenya juga pakai bahasa Indonesia biasa,” katanya. Agar stamina dan daya ingat kuda semakin  kuat, secara khusus memberikan jamu sebagai  asupan gizi. Jamu khusus kuda itu diberikannya setiap dua kali dalam seminggu, terutama setelah  pertunjukkan arak-arakan keliling kampung.

Kuda yang mahir menari dan menaati perintah, harganya lumayan mahal, yakni berkisar Rp15 juta hingga Rp 25 juta, itu tergantung jenis  kuda dan besar tubuh kuda. Namun, tidak setiap kuda yang telah mahir menari itu akan  tetap menaati perintah jika telah berganti pemilik.

“Intinya harus ada kedekatan dan komunikasi dengan kuda yang dimiliki,” katanya. Saat ini kuda miliknya yang diberi nama Sumber Rejeki itu sudah mahir menari dan menaati perintahnya. Tidak jarang menjadi primadona dalam setiap pertunjukan seni  jaran kecak keliling kampung pada acara sunatan.

Khusus untuk arak-arakan khitanan,  dalam satu kali show dengan keliling kampung dipatok harga Rp 300 ribu. Harga itu dinilai lebih dari cukup untuk biaya perawatan kuda setiap harinya. Selain butuh makan dan minum, jaran kecak juga butuh perhatian dan  latihan. “Semoga saja kesenian jaran kecak ini terus ada dan lestari,” harapnya. (radar)