Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bupati Anas Presentasi di Depan Tim Panelis Geopark Nasional

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Upaya menjadikan Banyuwangi sebagai kawasan Taman Bumi atau geological park (geopark) nasional terus dilakukan. Setelah membentuk Tim Badan Pengelola Geopark yang antara lain beranggotakan sejumlah ahli lulusan Institut Teknologi Bandung, jajaran Pemkab Banyuwangi menyampaikan presentasi di hadapan tim panelis geopark nasional dalam Forum Penilaian Kenaikan Status dan Evaluasi Geopark Nasional di Jakarta.

“Alhamdulillah, kami sudah presentasi di hadapan tim panelis. Semoga proses ke depan lancar sehingga jika sudah ditetapkan sebagai geopark, akan semakin memperkuat konsep ekoturisme yang dikembangkan Banyuwangi. Kami cukup optimistis,” ujar Bupati Abdullah Azwar Anas, Rabu (24/10/2018).

Bupati Anas mempresentasikan keunggulan tiga situs di Banyuwangi yang dinilai ada keunikan geologinya, yaitu Blue Fire di Gunung Ijen, Pulau Merah, dan Taman Nasional (TN) Alas Purwo.

“Jika status geopark ini terwujud, akan semakin melengkapi keberadaan Blue Fire Ijen dan Taman Nasional Alas Purwo yang sebelumnya ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia oleh UNESCO,” jelas Anas.

Anas memaparkan, tim panelis terdiri atas 16 pakar dengan berbagai keahlian, yang diketuai geolog Safri Burhanuddin yang merupakan Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kemenko Maritim. Dalam tim juga terdapat Kepala Badan Geologi Nasional Rudi Suhendar, ahli pengembangan destinasi wisata geopark Firmansyah Rachim, serta sejumlah ahli konservasi, cagar budaya, dan ahli perencanaan kawasan geopark.

Geopark sendiri adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi di mana masyarakat setempat diajak berperan melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam, termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya.

Anas menjelaskan, di Banyuwangi ada fenomena api biru (blue fire) yang termasuk terluas di dunia, yaitu di Gunung Ijen. Kawah di Ijen tersebut juga merupakan kawah terasam di dunia.

“Ini pasti memiliki nilai tambah tersendiri. Lalu ada fenomena mineralisasi Pulau Merah, serta kompleks gua di TN Alas Purwo. Ketiga karakteristik geologi ini dikombinasikan menjadi ciri khas dan identitas Geopark Banyuwangi,” kata Anas.

Pulau Merah merupakan sisa dari perjalanan magma di bawah gunung api purba. Singkapan batuan di Pulau Merah sangat ideal dijadikan laboratorium geologi dunia untuk mempelajari proses alterasi dan mineralisasi emas tembaga.

Jejak geologi di dalam Gua Istana yang berada di TN Alas Purwo menggambarkan bahwa daerah tersebut merupakan laut dangkal yang mengalami proses geologi sampai menjadi daratan.

Geopark Banyuwangi juga didukung keberagaman hayati (biodiversity) dan cultural diversity. Dicontohkannya, di kawasan Ijen ada 14 jenis flora dan 27 fauna, dengan 6 jenis mamalia. Adapun di TN Alas Purwo merupakan rumah bagi 700 flora, 50 jenis mamalia, 320 burung, 15 jenis amfibi, dan 48 jenis reptil.

“Dengan segala kekhasan yang kami miliki mulai dari geologi, flora dan fauna, hingga warisan budaya, maka kami sejak awal telah mengangkat ekoturisme sebagai dasar pengembangan pariwisata kami,” katanya.