Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

BWI Jadi Nominator Penghargaan PBB

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Pengembangan pariwisata Banyuwangi mendapat apresiasi The United Nations World Tourism Organization (UNWTO).  Organisasi di bawah naungan  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)  itu memasukkan Banyuwangi  sebagai nominator UNWTO Awards  for Excellence and Innovation in  Tourism kategori inovasi kebijakan publik dan tata kelola.

Banyuwangi menjadi nominator  bersama Medellin (Kolombia), Kenya, dan Puerto Rico. Banyuwangi  akan diberikan kesempatan memaparkan kebijakannya pada 18 Januari 2016 mendatang dalam  even 12th UNWTO Awards Forum  di Madrid, Spanyol.

Selain Banyuwangi, ada dua wakil  Indonesia yang juga menjadi finalis di dua kategori lain. Garuda Indonesia berhasil mendapatkan nominasi  Innovation in Enterprises  dengan program Bali Beach Clean Up, dan Yayasan Karang Lestari  melalui program Coral Reef Reborn  yang akan bertanding dalam kategori Innovation in Non-Governmental  Organizations.

Nominator lain datang dari Brazil,  Lithuania, Spanyol, Swiss, Kamboja, Nepal, Afrika Selatan, Kroasia, dan Korea Selatan. Para finalis itu disaring dari 109 pro gram lain yang digagas negara-negara  anggota UNWTO yang berjumlah  157 negara, enam anggota sosiasi, dan 480 anggota afiliasi dari sektor  swasta, lembaga pendidikan, dan  otoritas pariwisata.

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY.  Bramuda, mengatakan Banyuwangi masuk kategori inovasi  kebijakan publik dan pemerintahan. “Kita diberi kesempatan  mempresentasikan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Para pemenang dan runner up masing-masing kategori akan diumumkan pada 20 Januari  bersamaan dengan pelaksanaan Madrid International Tourism Trade Fair,” ujar Bramuda. Bramuda mengungkapkan, dalam forum Madrid itu, Banyuwangi  akan memaparkan sejumlah   strategi dan kunci sukses  membangun pariwisata.

Mulai cara mengidentifikasi potensi wisata yang dimiliki daerah, menjaga kearifan lokal, hingga cara seluruh stakeholder mau bergandengan tangan mengembangkan dan mempromosikan pariwisata Banyuwangi, akan dibahas dalam acara tersebut.

Dalam empat tahun terakhir,  sektor pariwisata di Banyuwangi  menggeliat. Dengan menawarkan  alam dan budaya yang apa adanya, Banyuwangi membidik segmen wisatawan penggemar alam, budaya, dan petualang.

Konsep ekoturisme adalah konsep wisata yang menyajikan kondisi  di suatu daerah apa adanya dengan memperhatikan daya dukung dan keberlanjutan lingkungan. Konsep ekoturisme yang diterapkan bersumbu pada dua   pijakan, yaitu budaya dan alam.

Beragam perbaikan dilakukan, mulai infrastruktur, destinasi,  sarana penunjang, seperti perhotelan hingga kemasan pemasaran. Dengan paduan wisata alam, wisata budaya, dan wisata even (event tourism), Banyuwangi  berhasil bermetamorfosis dari   daerah yang kerap diidentikkan dengan klenik/mistik menjadi destinasi wisata favorit.

Pariwisata terbukti ikut membantu menggerakkan ekonomi warga. Tak heran, pendapatan perkapita Banyuwangi melonjak 62 persen dari Rp 20,8 juta (2010) menjadi Rp33,6 juta (2014), dan pada 2015 diprediksi bisa menembus Rp 38 juta per tahun.

”Di Banyuwangi  telah digelar kursus   bahasa asing gratis ber basis desa yang diikuti lebih dari 2.600 warga pada 2015. Kemam puan berbahasa   asing itu diha rap kan bisa mengikuti laju per kem bangan wisata,” jelas  Bramuda.

Untuk menyempurnakan potensi  alam dan budaya itu, Pemkab  Banyuwangi mengemas wisata  even bertajuk Banyuwangi Festival. Setiap tahun lebih dari  30 even wisata disajikan, mulaiselancar, balap sepeda, maraton,  batik, kuliner, hingga festival jazz.

Tak asal menggelar even, pemerintah  daerah juga melakukan  segmentasi wisatawan. “Misalnya, festival batik untuk segmen wisatawan  perempuan. Lalu, ada  wisata selancar untuk penggemar  olahraga air,” papar Bramuda. (radar)