Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Camat Tutup Pabrik, 20 Pekerja Nganggur

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Belasan pekerja duduk menunggu kejelasan nasib di areal pabrik sekam giling (SG) di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, kemarin

SINGOJURUH – Sedikitnya 20 pekerja pabrik Sekam Giling (SG) Mertha Asih di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh  terancam kehilangan pekerjaan. Puluhan pekerja itu menganggur dan menunggu kejelasan nasib pasca penutupan pabrik bekatul itu kemarin (11/5).

Hasil pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi pagi kemarin, para pekerja masih tetap masuk kerja seperti biasa. Mereka datang ke lokasi pabrik di Jalan Raya Gambor, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, pagi itu.

Sayangnya, tak banyak yang bisa mereka lakukan pagi itu. Usai melakukan bersih-bersih bekas sekam yang berserakan, para pekerja hanya bisa terdiam dan  duduk di pabrik. Mereka masih menunggu kejelasan nasib dari  pihak manajemen pabrik.

“Sampai kapan kami harus menganggur seperti ini. Kami hanya buruh dan pekerja kasar, anak istri kami  menunggu di rumah,” ujar Sampir, 47, salah seorang pekerja.  Sampir mengaku, jika pabrik SG tidak segera beroperasi, dia dan pekerja lainnya terancam kehilangan penghasilan. Padahal, sebentar lagi sudah memasuki bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri.

“Kalau sampai pabrik tutup, tidak tahu lagi  harus bagaimana lagi. Sebentar  lagi sudah puasa dan Lebaran, banyak kebutuhan pengeluaran,” terang lelaki yang sudah  tiga tahun bekerja itu. Hal senada juga diungkapkan  Sutoyo, 47, pekerja pabrik sekam itu.

Sejak pabrik ditutup dan berhenti beroperasi, dia dan pekerja  lainnya nyaris tidak hanya duduk- duduk di pabrik. Padahal biasanya, dia membawa pulang beras  seberat 1,5 Kilogram dan upah Rp.100 ribu setiap hari.

“Kalau  tidak bekerja, bagaimana nasib anak istri kami,” keluhnya.  Sejak pabrik SG itu beroperasi tahun 2005 silam, kata Sutoyo, belum pernah ada persoalan apa pun. Selama itu pula, semuanya berlangsung lancar. Mengenai adanya perizinan atau tidak, para pekerja juga tidak tahu menahu, karena hal itu merupakan kewenangan pengelola pabrik.

“Kami berharap agar pabrik penggilingan sekam bisa kembali dibuka dan beroperasi seperti sediakala, dan kami bisa tetap bekerja,” terang Sutoyo.  Sementara itu, pengelola pabrik SG, Edi Sutikno mengatakan, pihaknya siap membenahi apa yang menjadi kekurangan agar para pekerja tetap bisa beraktivitas seperti sedia kala.

“Saya kasihan para pekerja, mereka punya anak istri dan keluarga yang menggantungkan hidupnya dari pabrik SG,” beber Edi Sutikno. Diberitakan sebelumnya, diduga mencemari udara dan belum mengantongi izin, pabrik penggilingan bekatul Mertha Asih di jalan raya Gambor, Desa Alasmalang, ditutup sementara oleh Camat Singojuruh, Rabu lalu (10/5).

Perintah penghentian aktivitas penggilingan pabrik bahan campuran pakan ternak itu, setelah Kasi Trantib Kecamatan Singojuruh, Achmad Prijanto bersama staf melakukan cek tinjau lokasi ke pabrik milik Edi Poernomo, Rabu siang (10/5). (radar)