Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Dakwah Para Preman

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SEJALAN dengan kehendak Allah dan garis takdir yang telah tertulis dalam catatan keabadian, menjelang Ramadan beberapa tahun lalu serombongan preman (8 orang dipimpin Solikin) dari Terminal Brawijaya, Karangente, Banyuwangi, belajar dakwah dan iktikafselama tiga hari di musala Haji Farid, belakang kampus Untag Banyuwangi.

Rombongan preman itu heterogen dan sangat awam dalam agama. Tapi jika ada yang mengatakan bahwa orang awam ilmu agama tidak boleh berdakwah, itu sama saja memprotes Allah. Sebab, Allah menceritakan semut dan burung hudhud yang berdakwah (An-Naml: 18 dan 22-24). Kalau semut dan burung (binatang) saja bisa berdakwah, kenapa manusia awam dilarang? Bukankah kalimat dakwah itu singkat? Mereka hanya berkata, “Mari ke masjid, mari kita salat.”

Bukankah kata-kata yang baik itu sedekah? Apakah kita harus menunggu sekolah dai tiga tahun untuk sekadar mengucapkan, “Mari kita ke masjid?”. Para preman juga butuh paham dan amal agama, karena agama itu kebutuhan pokok, lebih pokok dari makan dan minum. Kalau orang mati karena tak makan, tidak dihisab. Tetapi, kalau orang mati tidak beriman, itu celaka. Tertib ini tidak ada hubungan dengan Orda Lama atau Orda Baru, ini adalah Orde Nabi Muhammad dan para sahabatnya.

Sayang sekali, orang-orang yang ahli agama justru men-ghujat mereka. Mereka men-ganggap bahwa orang-orang bodoh telah mengambil peran agama. Padahal, orang-orang bodoh itu bukan “mengajar” , melainkan hanya sekadar “mengajak”. Ulama pasti tahu bahwa “mengajak” adalah kewajiban semua orang, sedangkan “mengajar” adalah kewajiban ulama.

Dengan dakwah, selain mengajak orang kembali ke jalan Allah, juga belajar sabar dan menerima apa pun perlakuan orang saat berdakwah; diusir, dicaci maki, bahkan difitnah. Lantaran dakwah itu di jalan Allah, diterima saja. Tidak mem-balas kejahatan dan keburukan dengan kejahatan atau keburu-kan yang lain. Melainkan dibalas dengan kebaikan pula. In-syaallah, Allah akan menolong hamba yang kesulitan.

Selama program khuruj(perjalanan dakwah dari masjid ke masjid) mereka berkeliling mendatangi tetangga musala atau masjid, menyapa orang di jalan, mengetuk pintu-pintu rumah yang tertutup, mengajak orang ke masjid atau musala dan mengajak umat untuk taat kepada Allah. Setiap malam mereka belajar membiasakan diri qiyamullail atautahajud. Sering mereka menangisi kebodohan dan ketidakpantasan mereka memikul tanggung jawab dakwah ini. Sekali lagi, mereka hanya sekadar “mengajak” , bukan “mengajar” .

Dakwah ini tidak menyalah-nyalahkan orang lain. Tidak bicara ikhtilaf(perbedaan masalah fikih), tidak bicara politik, tidak bicara bisnis, dan tidak minta sumbangan. Mereka hanya bicara apa yang diamalkan, yakni enam poin materi dakwah. Pertama, laailahaillallah Muhammad Rasulullah. Kedua, salat lima waktu tepat waktu dengan khusyuk dan khudu’. Ketiga, ilmu dengan zikir. Keempat, ikramul musliminatau akhlak yang mulia dan memuliakan sesama muslim. Kelima, ikhlas.

Keenam, dakwah dan tabligh. Mereka tidak bicara selain itu. Tidak mengkritik dan tidak menyinggung siapa pun. Pure hanya bicara agama. Dakwah yang genuinedigali dari syirah nabawy dan membumi ini sangat dibutuhkan. Alim ulama harus banyak berdakwah juga karena itu amanah Allah. Dakwah mengajak orang shalat, berimplikasi positif terhadap keamanan. Dalam Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 45 di sebutkan salat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Hukum yang ada saat ini tidak mampu menyelesaikan masalah. Seandainya hukum bisa mengubah penjahat jadi baik, maka penjara sepi. Fak-tanya tambah lama penjara makin over capacity. Hukum yang berlaku saat ini terlalu mengandalkan akal manusia. Sedang akal manusia jang-kauannya terbatas. Bagaimana mampu mengubah ribuan orang yang sementara ini lalai. Sederhana saja, ajak orang salat. Insyaallah kejahatan tidak ada.

Dakwah ini juga menguatkan ideologi negara. Seperti sila pertama Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa, itu kantauhid. Nah, meski mereka preman, dalam dakwah ini mereka menguatkan tauhid. Mereka ingin bahagia lewat agama. Sebab, kejayaan manusia dan kejayaan umat Islam tidak ada hubungan dengan apa-apa yang ada di 7 petalalangit dan 7 petalabumi.

Hanya di dalam qudratAllah, hanya dalam pertolongan Allah. Kadang pengikut dakwah ini dituduh tidak bertanggung jawab kepada keluarga karena meninggalkan mereka cukup lama. Itu paham keliru. Justru mereka paling cinta keluarga, kebutuhan keluarga saat ditinggal sudah dipersiapkan. Saat berhari-hari meninggalkan keluarga, ada kerinduan mendalam terhadap mereka.

Tetapi, mengejar kebahagiaan dan ridhaAllah memang perlu pengorbanan. Seperti halnya Hajar ditinggal Ibrahim di padang tandus demi berdakwah di jalan Allah. Inilah inti kekuatan orang yang diantar dan yang mengantar bersama dengannya. Keperluan yang diantar dan yang mengantar yang akan mencukupi. Maknanya qudrat Allah bersama mereka. Pertolongan Allah bersama mereka. *) Aktivis Jamaah Tabligh Banyuwanngi @ radar)