Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Detoks Gadget, Banyuwangi Geber Festival Permainan Tradisional Berkarakter Indonesia

Foto: banyuwangikab
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: banyuwangikab

BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi terus rutin menggelar sebuah pesta permainan tradisional. Dibalut ajang Festival Permainan Tradisional, ribuan pelajar SD-SMP memainkan aneka dolanan tradisional Nusantara dengan gembira.

“Kita rutin bikin festival permainan tradisional ini sebagai bagian dari detoks gadget untuk anak,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas seperti dilansir dari banyuwangikab, Rabu (24/7/2019).

“Anak-anak kita sekarang sudah kecanduan gadget. Ada riset yang bilang 72 persen anak usia 8 tahun ke bawah sudah menggunakan perangkat mobile. Rata-rata bahkan ada yang menyebut, anak-anak menggunakan gadget hingga 4 jam per hari,” imbuhnya.

Dengan kecanduan gadget, selain memengaruhi gaya bersosialisasi anak, juga menimbulkan gaya hidup kurang sehat pada anak.

“Ada riset, di kota besar di Indonesia ini, 8 dari 10 anak kurang gerak. Secara jangka panjang tidak baik untuk tubuh anak. Makanya perlu detoks gadget, hidupkan permainan tradisional berkarakter Indonesia yang di dalamnya kaya filosofi dan mengajak anak untuk bergerak,” jelas Bupati Anas.

Atas dasar itulah, kata Bupati Anas, Festival Permainan Tradisional rutin digelar di Banyuwangi dengan nama Festival Memengan yang dalam bahasa lokal berarti permainan. Festival itu digelar di Taman Blambangan Banyuwangi, Selasa (23/7/2019), juga sekaligus menyambut Hari Anak Nasional.

Festival itu juga dihadiri Wakil Ketua KPK Saut Situmorang yang menilai permainan tradisional mampu menghidupkan nilai-nilai integritas pada jiwa anak sejak dini.

Bupati Anas menambahkan, selain kaya interaksi dan gerak fisik, permainan tradisional juga merupakan bagian dari pendidikan karakter. Mulai proses pembuatannya yang membutuhkan ketekunan, tidak bisa instan, hingga butuh kerja bareng saat memainkannya. Bahkan seperti lompat tali dan gobak sodor mengajarkan pentingnya kerja sama dalam tim.

“Gotong royong sebagai intisari Pancasila juga diajarkan dalam banyak permainan tradisional, yang dalam beberapa tahun kita semarakkan dalam festival,” papar Bupati Anas.

Permainan tradisional, lanjut Bupati Anas, juga menumbuhkan sikap saling peduli karena para pemainnya saling berkomunikasi. Berbeda dengan gadget yang justru kerap membuat kita acuh dengan lingkungan.

“Main dakon minimal butuh dua orang. Ada canda tawa di sana. Apalagi kalau main gobak sodor atau benteng-bentengan, bisa belasan anak ikut bermain. Ada tatap muka dan interaksi,” ujarnya.

Festival itu sendiri berlangsung semarak. Peluru-peluru berdesing. Mobil-mobil berlalu lalang. Namun, jangan bayangkan situasi mencekam di lokasi tersebut. Yang ada justru sebaliknya. Penuh keceriaan, canda tawa, dan suka cita.

Peluru yang berdesing itu bukanlah peluru sungguhan, melainkan peluru kertas yang ditembakkan dari pistol-pistolan berbahan bambu. Begitu pun dengan mobil yang berlalu-lalang. Itu hanyalah mobil mainan. Ada mobil mini berbahan bambu, ada pula yang berbahan kulit jeruk bali dan sabut kelapa.

Selain bedhil-bedhilan (tembak-tembakan) dan mobil-mobilan, ragam permainan tradisional lain dimainkan ribuan anak. Mulai congklak, engklek, lompat tali, jek-jekan, gobak sodor, egrang, hingga lompat tali.