LANGGANAN juara kelas sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) hingga SMP tidak membuat Dewangga Sakti Satria Kinasih jemawa dan puas diri. Anak pasangan suami istri (pasutri) Kasturi Anto Widoyo, 45, dan Sukorinik, 40, itu terus giat belajar.
Demi meningkatkan kemampuan akademiknya, sejak duduk di bangku kelas IV SD Dewangga sudah mengikuti bimbingan belajar di rumah dan kepada guru di sekolah. Atas usahanya itu, meski baru duduk di kelas V SD, sudah berulang kali di mengikuti berbagai ajang olimpiade tingkat SD yang diselenggarakan SD dan SMP di Kabupaten Banyuwangi.
“Kalau sertifikat dan piagam penghargaan masih SD sudah banyak,” ujar Dewangga saat ditemui di SMPN 1 Cluring kemarin (13/6). Dewangga tidak pernah menduga bakal meraih nilai tertinggi ujian nasional (unas) SMP se-Kabupaten Banyuwangi.
Sebab, saat mengikuti uji coba ujian nasional SMP yang diselenggarakan di SMAN 1 Genteng, pada 30 April 2016, dirinya hanya meraih juara tiga dengan nilai 32,86. “Saya hanya fokus dan berusaha semampu saya selama mengikuti unas, selebihnya berdoa dan pasrah kepada Allah,” ujar adik kandung Dea Amanda Caressa itu.
Kabar menggembirakan jika meraih nilai tertinggi unas SMP se Kabupaten Banyuwangi, baru didengar pada Jumat malam (10/6) dari pesan singkat yang dikirim oleh salah satu dewan guru. Dalam pesan singkat melalui hand phone (HP) itu, diberitahukan untuk datang ke sekolah menerima pengumuman kelulusan.
“Saya baru tahu nilainya setelah datang ke sekolah Sabtu pagi (11/6), tapi belum tahu kalau tertinggi se Banyuwangi,” cetus siswa yang kini berencana melanjutkan sekolah ke SMAN 1 Genteng itu. Dia bersama orang tuanya langsung sujud syukur, setelah menerima kabar kalau nilai kelulusan terbaik.
Apalagi, namanya juga di umumkan di harian Jawa Pos Radar Banyuwangi pada edisi Minggu (12/6) sebagai peraih nilai unas tertinggi tingkat SMP se Kabupaten Banyuwangi. “Baru yakin jika meraih nilai unas tertinggi setelah baca koran Jawa Pos Radar Banyuwangi,” terang pelajar yang bercita-cita menjadi dokter spesialis itu.
Lalu apa kiat-kiat bisa meraih unas tertinggi itu?, Dewangga yang selama belajar di SMPN 1 Cluring itu kos di rumah, Ny. Sugiati, salah satu gurunya yang tinggal di Desa/Kecamatan Cluring itu mengaku tidak mempunyai kiat khusus. Hanya saja, setiap kali ujian selalu pulang ke rumah, dan berangkat ke sekolah dari rumah usai Subuh.
“Setiap harinya saya kos, tapi kalau ujian saya selalu pulang ke rumah demi mendapat restu dan doa dari kedua orang tua,” bebernya. Sejak duduk di bangku kelas IV SD, dalam keluarganya sudah memiliki kebiasaan yang kini menjadi tradisi, yakni melaksanakan salat tahajud berjamaah bersama keluarga. Selain itu, puasa Senin dan Kamis, terutama menjelang dan saat ujian sekolah berlangsung.
“Begitu umur 10 tahun, sudah kami biasakan salat lima waktu dan salat sunah,” ujar Kasturi Anto Widoyo, ayah kandung Dewangga. Kasturi menyampaikan anak keduanya itu, memiliki kebiasaan yang tak wajar selama belajar menjelang ujian. Yakni, jika belajar selalu sambil nonton TV.
Kebiasaan anehnya itulah yang tidak bisa dilakukan di tempat kosnya. “Sudah sejak SD kalau mau ujian itu belajarnya sambil nonton TV, tapi tatap bisa serius,” terang Kasturi. Di lingkungan sekolah, Dewangga dikenal sebagai sosok pelajar yang cerdas, sopan, santun, patuh, hormat pada guru, dan rendah hati.
Sejumlah dewan guru dan teman-teman di kelas IX, sangat mengenalnya dengan baik. Apalagi di SMPN 1 Cluring, juga ada program tutor teman sebaya, yakni siswa kelas unggulan membimbing teman-teman di kelas lainnya. Kepala SMPN 1 Cluring, Sudarman, mengatakan selama ini peran guru dioptimalkan dalam memberikan ilmu dan waktunya untuk anakanakpeserta didik.
Di sekolah juga diadakan bimbingan belajar (bimbel). Setiap siswa masuk pukul 06.00 untuk mengikuti bimbel, dan pukul 06.45 wajib membaca Alquran, selawat, dan asmaul husna. “Meski tidak ada guru yang mengawasi, siswa sudah jalan baca Alquran, selawat, dan asmaul husna sendiri di kelas. Jadi begitu lulus masing-masing anak sudah khatam Alquran 30 juz,” jelas Sudarman.
Prestasi yang diraih SMPN 1 Cluring, itu berkat komunikasi dan kerja sama yang baik antara sekolah, komite, dan wali murid. Setiap wali murid wajib menyimpan nomor HP kepala sekolah, wali kelas, dan guru bimbingan konseling (BK).
Tak heran, jika SMPN 1 Cluring juga menjadi satu-satunya sekolah rintisan pembinaan pendidikan keluarga di Kabupaten Banyuwangi. Tidak sampai di situ, setiap pagi para siswa yang datang selalu disambut oleh dewan guru di pintu gerbang sekolah.
Kegiatan siswa mulai masuk hingga pulang selalu diinformasikan kepada orang tua atau wali murid melalui short message service (SMS) gate way. “Setiap hari, kita kirim SMS minimal enam kali sehari kepada orang tua atau wali murid,” jelasnya.
Komunikasi yang baik tersebut, juga dijalin melalui media sosial. Setiap orang tua atau wali murid dan guru yang mempunyai akun Facebook (FB) juga wajib berteman dengan putra-putrinya. Sehingga seluruh kegiatan siswa-siswi selalu terpantau.
“Kita tengah berupaya bagaimana informasi dan teknologi (IT) ini tidak menjadi momok, tetapi justru sebuah perangkat yang bermanfaat,” tandasnya. (radar)