Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Disukai karena Selalu Spontan tanpa Skenario

KONYOL: Dua pelawak khas Banyuwangi beraksi di Gesibu Blambangan.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
KONYOL: Dua pelawak khas Banyuwangi beraksi di Gesibu Blambangan.

Seni lawak Osing khas Banyuwangi memiliki penggemar yang besar. Sebab,lawak tersebut bisa masuk  dan memeriahkan bermacam kesenian daerah di Bumi Blambangan.

TAHUN 2012 tampaknya menjadi tahun kebangkitan bagi pelaku seni dan budaya Banyuwangi. Malam aktualisasi seni dan Kebudayaan Banyuwangi yang disuguhkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, menjadi media aktualisasi bagi pelaku seni dan budaya daerah.

Sejumlah pelaku seni dan budaya silih berganti memanfaatkan panggung tersebut. Salah satu yang ambil bagian dalam kegiatan seni dan budaya itu, dua grup lawak Banyuwangi ‘’Trio Pelangi’’ dan grup ‘’Pelos Pelawak Using’’.

Kedua grup pelawak itu sudah menjadi bagian dalam gelar pentas seni dan budaya setahun terakhir ini. Kehadiran dua grup pelawak itu, memiliki magnet yang cukup tinggi untuk menyedot perhatian pengunjung. Setiap kali dua grup lawak itu tampil, penonton dibuat terpingkalpingkal melihat adegan kocak di atas panggung itu.

Grup Trio Pelangi terdiri dari tiga pelawak, Slamet alias Penyet, Ali Kentus alias Kentus, dan Asri Gepeng alias Gepeng  Walau grup lawak ini terdiri dari tiga orang, namun yang tampil di malam pentas seni hanya Penyet dan Kentus. Sedangkan satu pelawak lainnya, Gepeng jarang tampil.

Sedangkan grup Pelos Pelawak Using terdiri dari Memet, Bodos, dan Ganjur. Ketiga pelawak ini, kompak tampil bersama untuk mengocok perut penonton malam aktualisasi seni dan budaya. Tema yang dibawakan kedua grup lawak itu, selalu relevan dengan kondisi terkini.

Walau tema yang di sajikan berdasarkan perkembangan situasi terbaru, namun adegan dan plesetan-plesetan tetap saja menarik perhatian. Banyolan dan adegan yang dibawakan dua grup lawak itu tampil ilmiah. Seperti perkembangan pertumbuhan ekonomi Banyuwangi dan beroperasinya Bandara Blimbingsari, sering menjadi tema banyolan mereka.

Lalu bagaimana persiapan mereka? Slamet memaparkan, tema yang dibawakan dalam setiap kali manggung tidak pernah dipersiapkan terlebih dahulu. Tema-tema yang disajikan mengalir menurut perkembangan terjadi saat di atas panggung. “Tema yang kita sajikan spontanitas saja Mas. Kita tidak bisa menentukan tema, karena khawatir tidak sesuai selera penonton,” paparnya.

Pada even-even lainnya, grup ini mempersiapkan tema sebelum tampil. Namun saat di atas panggung, tema yang disiapkan itu tidak mendapat respons hangat dari penonton. Untuk mengantisipasi kejenuhan penonton, maka dalam waktu yang cepat harus mengalihkan pada tema lain. “Tema lawakan harus sesuai selera penonton. Kalau tidak, kasihan penonton,” katanya.

Yang sama diakui pemain grup lawak Pelos, Memet. Grup ini mengaku tidak memiliki persiapan khusus untuk tampil dalam acara-acara. Walau tidak mempersiapkan secara khusus, namun grup lawak Pelos mengaku sudah memiliki banyak konsep tentang banyolannya. Tema-tema banyolan yang disajikan mengikuti acara yang mengundang. Grup Pelos tampil tidak hanya pada acara hiburan, namun juga sering tampil pada acara-acara keagamaan.

Kalau tampil dalam acara-acara pengajian, tema yang disajikan juga harus bernuansa religi. “Kita tidak bisa hanya fokus pada tema tertentu saja. Temanya mengalir saja,” papar Memet. Lalu bagaimana soal tarif? Kedua grup lawak itu mengaku memiliki tarif setiap kali manggung. Besaran tarif honor yang diberlakukan setiap kali beraksi di panggung sudah menjadi kesepakatan para pelawak Banyuwangi yang tergabung dalam Peguyuban Lawak Banyuwangi. (radar)

Kata kunci yang digunakan :