Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ditolak NTB, 6.800 Ton Beras Thailand Dibongkar di Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Kapal pengangkut 6.800 ton beras impor asal Thailand masuk perairan Banyuwangi beberapa hari terakhir. Ribuan ton beras impor tersebut dialihkan ke kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ditengarai akibat penolakan Gubernur Nusa Tengara Barat (NTB), TGH.M. Zainul Majdi.

Infomasi yang berhasil Jawa Pos Radar Banyuwangi, kapal pengangkut beras impor tersebut direncanakan sandar di Pelahuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi. Setelah dilakukan bongkar-muat di pelabuhan kebanggaan masyarakat Bumi Blambangan tersebut, 6.800 ton beras impor itu akan disimpan di gudang Badan Usaha Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional (Divre) Banyuwangi.

Wakil Kepala Bulog Sub Divre Banyuwangi, Komuli, tidak menampik ribuan ton beras impor asal negeri Gajah Putih tersebut bakal disimpan di gudang Bulog Banyuwangi. “Bulog merupakan operator. Disuruh menerima, ya kita terima,” ujarnya pada Rabu (6/1).

Komuli menuturkan, surat izin menerima beras impor tersebut sudah diterbitkan Gubernur Jatim, Soekarwo, pada 5 Januari lalu. Namun, dia mengaku tidak mengetahui apakah beras impor tersebut merupakan pengalihan dari daerah lain ataukah tidak.

“Kami tidak tahu beras itu awalnya akan dikirim kemana,” kata dia.  Meski bahan makanan pokok tersebut disimpan di Gudang  Bulog Sub Divre Banyuwangi, Komuli memastikan beras impor tersebut tidakakan didistribusikan di Banyuwangi dan kabupaten/kota lain se-Jatim.

“Beras tersebut hanya dititipkan di Banyuwangi. Tidak satu butir pun akan didistribusikan di Jatim, apalagi Banyuwangi, ” tegasnya.  Menurut Komuli, stok beras di Banyuwangi hingga awal 2016 sangat aman. Bulog Sub Divre  Banyuwangi masih memiliki stok beras mencapai 13.500 ton.

Padahal, pagu alokasi beras untuk bantuan masyarakat miskin (raskin) untuk Banyuwangi tahun 2015 hanya 1.958 ton per bulan.  Pagu raskin di tahun 2016, imbuh Komuli, diprediksi tidak jauh berbeda dengan pagu tahun lalu. Artinya, stok beras untuk Banyuwangi dipastikan aman hinga beberapa bulan ke depan.

Sementara itu, Indopos.co.id (Jawa Pos Grup/JPG) melansir, rencana Perum Bulog Divre NTB memasukkan 6.800 ton beras impor asal Thailand dibatalkan. Pembatalan dilakukan menyusul penolakan Gubernur NTB, TGH. M. Jainul Majdi.

Akibat penolakan  tersebut, pemerintah pusat mengarahkan kapal pengangkut ribuan ton beras impor itu ke Banyuwangi. Dikonfirmasi mengenai pemberitaan tersebut, Komuli mengaku pihaknya tidak mengetahui penolakan Gubernur NTB tersebut.

“Sekali lagi Bulog hanya operator. Kami menerima perintah,” tuturnya. Sebaliknya, Komuli menduga Banyuwangi dipilih sebagai lokasi bongkar-muat kapal pengangkut 6.800 ton beras imporasal Thailand itu lantaran diwilayah Indonesia Timur hanya ada beberapa pelabuhan yang mampu menampung kapal-kapal berukuran besar, salah satunya Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi.

Sementara itu, Ketua Komisi H DPRD Banyuwangi, Marifatul Kamila, mendesak pihak-pihak terkait melakukan pengawasan maksimal terhadap beras impor tersebut. Politikus yang karib disapa Rifa itu menegaskan pengawasan perlu dilakukan dalam rangka memastikan beras impor tersebut tidak dijual di pasaran Banyuwangi.

Menurut Rifa, Banyuwangi merupakan lumbung beras di Jatim. Stok beras dikabupaten berjuluk The Sun rise of Java ini melimpah. “Karena itu, jika beras impor sampai dijual di Banyuwangi, petani akan sangat dirugikan, karena harga jual gabah akan anjlok,” pungkasnya. (radar)