Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Drama Penyaliban Yesus

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

GENTENG – Jemaat Katolik di Gereja Kristus Raja Genteng, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng menggelar perayaan Paskah sedikit beda kemarin (14/4). Mereka menggelar doa dan menampilkan drama penyaliban Yesus. Dalam drama itu diperagakan mulai dari Yesus dikejar-kejar oleh pasukan Romawi.

Setelah tertangkap, kemudian dianiaya bersama-sama. Dan puncaknya, tubuhnya diikat dan dipaku dengan disalip. “Kami senang dan mengapresiasi drama salib yang dimainkan oleh anak-anak ini,” cetus Vit Soesanto, 68, salah satu jemaat asal Desa Sumbersari, Kecamatan Srono.

Penampilan anak-anak dalam memainkan drama penyaliban itu dinilai cukup baik, terutama dalam menghayati peran dan karakter para tokoh. “Kami merasa tersentuh penampilan adik-adik dalam menampilkan jalan salib,” ungkapnya.

Drama penyaliban yang dikemas sesuai kondisi saat ini, juga dianggap lebih mudah dipahami oleh jemaat. Dengan visualisasi itu, pesan yang ditampilkan sangat mengena, dan bisa dimengerti dengan baik. “Lebih mudah memahami maknanya,” ungkapnya.
Penampilan drama penyaliban itu ternyata membuat para pemeran sangat berkesan. Armando Marcelino Khobayasi, 15, yang memerankan Yesus, mengaku semakin bisa menghayati ajaran Katolik. “Saya bisa lebih menghayati dan merasakan penderitaan saat dipaku,” katanya.

Marcelino mengaku untuk menampilkan drama itu bersama 22 temannya hampir sebulan latihannya. Khusus untuk hapalan peran, itu dilakukan seminggu. “Untuk hapalannya saja itu satu minggu,” ungkapnya. Menurut Marcelino, dalam menampilkan drama penyaliban ini yang paling sulit adalah saat menghayati dan mempelajari karakter.

“Kesulitannya itu banyak, terutama mempelajari karakter,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng. Romo Lucky Candra Wijaya Lukito yang memimpin acara Paskah di Gereja Kristus Raja Genteng, Desa Genteng Wetan, mengungkapkan dari rangkaian peringatan dan kegiatan jalan salib ini, pihaknya mengajak agar sesama umat manusia lebih saling peduli.

“Mari kita lebih peduli ke pada orang yang menderita, seperti orang miskin dan yang sengsara,” ujarnya. Menurut Romo, kepedulian itu harus tetap dilakukan meski kondisi kita juga masih memiliki kekurangan. Itu karena ajaran Yesus itu merupakan cinta kasih. “Yesus itu lambang cinta,” tegasnya.(radar)