Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Dua Layar Tayangkan Video dan Teks Khotbah

RAMAI: Suasana di depan Masjid Al-Falah di Bideford Road Singapura.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
RAMAI: Suasana di depan Masjid Al-Falah di Bideford Road Singapura.

Warga negara Singapura dikenal multi-etnis. Mereka sangat menghargai kebebasan setiap etnis menjalankan ibadah sesuai agama yang dianut. Berikut catatan BAYU SAKSONO yang baru datang dari Negeri Singa. MAYORITAS penduduk Singapura adalah etnis Tionghoa dengan komposisi sekitar 77 persen.

Setelah itu, etnis Melayu sebesar 14 persen dan keturunan India sekitar 7,6 persen. Sisanya merupakan etnis lain-lain dari seluruh dunia. Lantaran mayoritas warga Singapura adalah etnis Tionghoa, tidak mengherankan bila kawasan Orchard Road yang juga pusat bisnis negeri itu tetap ramai meski menjelang salat Jumat.

Dari informasi yang saya dapat, ada sebuah masjid tak jauh dari hotel tempat saya menginap. Masjid itu bisa dijangkau dengan berjalan kaki beberapa menit saja. Lokasinya dekat mal Paragon di Orchard Road. Saya pun menyusuri jalanan tersebut menuju superblok Paragon. Meski sudah lima belas menit berjalan kaki dan berputarputar, tapi masjid tersebut belum juga ketemu.

Malah, saya sampai berjalan terlalu jauh ke kawasan superblok Takashimaya dan tower Mandarin Orchard. Akhirnya saya putuskan kembali menyeberang ke gedung Paragon. Setelah itu, saya bertanya lokasi masjid terdekat kepada petugas pengatur kendaraan di basement gedung itu. ‘’Masjid tepat di seberang jalan itu,” ujar petugas tadi. Ternyata, masjid tersebut tepat berada di depan posisi saya berdiri.

Namanya Masjid Al-Falah  Alamatnya di Jalan Bideford. Ada papan tu lisan “Al-Falah Mosque” yang berukuran tak terlalu besar di dinding atas bangunan ter sebut. Masjid itu menempati lantai dasar ge dung berlantai enam yang diapit gedung Grand Park Orchard dan Tong Sia Building. Beruntung, rangkaian ibadah salat Jumat di masjid tersebut belum dimulai. Azan salat Jumat dijadwalkan berkumandang tepat pukul 13.00 waktu setempat.

Sebelum itu, tak mir masjid menyampaikan beberapa pe ngumuman nama imam, khatib, dan hasil kotak amal yang didapat, serta laporan penggunaan dana. Takmir juga me nyampaikan permintaan doa dari beberapa jamaah dan donatur. Dia juga menyampaikan bahwa khotbah Jumat akan disampaikan dalam Bahasa Melayu. Selama pengumuman berlangsung, saya lang sung melepas sepatu dan bergegas menuju ruang wudu.

Tempat sepatu berupa deretan rak kecil, semua jamaah menaruh sepatu dengan rapi. Tak terlihat sepatu menumpuk layaknya tumpukan sandal di teras masjid-masjid di Banyuwangi dan Situbondo. Semua di sana serba rapi, atau mungkin karena terbiasa rapi dan bersih. Pun demikian dengan ruang wudu. Banyak pancuran untuk berwudu di masjidter sebut. Warga di depan ruang itu pun berbaris rapi, semua antre dengan sabar untuk mendapat giliran berwudu.

Tidak ada yang nekat nyelonong atau menerobos antrean. Begitu memasuki masjid, suasana tampak sejuk dan bersih. Seluruh lantai bagian dalam gedung dilapisi karpet. Meski tidak ada AC, tapi udara di dalam ruangan itu cukup sejuk. Selain banyak kipas angin, jarak antara lantai dan langit-langit cukup tinggi. Tata cara salat Jumat di masjid tersebut sama dengan masjid lain di dunia. Yang mem bedakan, di dinding depan masjid Al-Falah terpasang dua layar besar.

Satu screen putih tersebut dipasang di sisi kiriatas tempat khotbah, satu lagi terpasang di dinding sisi kanan-atas. Dengan begitu, se luruh jamaah sepanjang 25 saf yang masing- masing saf berisi sekitar 48 orang itu bisa melihat tampilan di layar tersebut. Pada Jumat tersebut, Ust. Ismail Hashim ber tindak selaku Khatib dan Imam. Dia menyampaikan khotbah berjudul Lesson from Th e Pledge of Aqabah. Selama khotbah berlangsung, tampak visual Ustad Ismail di dua layar besar tersebut. Mirip nonton siaran langsung ceramah agama melalui layar monitor di dinding.

Selain melihat sang khatib ceramah, pada sisi layar itu juga ditampilkan teks khotbah. Nah, teks khotbah tersebut tertulis dalam bahasa Inggris. Itu karena tidak semua jamaah yang mengikuti salat Jumat itu merupakan etnis Melayu. Banyak pula jamaah war ga asing yang mengikuti ibadah salat Jumat di masjid tersebut. Selama ibadah berlangsung, suasana di dalam masjid terasa tenang dan nyaman.

Jamaah yang sebagian besar mengenakan ce lana panjang itu (belum saya lihat jamaah yang bersarung), tampak khusyuk menjalankan ibadah salat Jumat. Takter dengar suara bising kendaraan dan keramaian di dalam masjid tersebut. Padahal, kawasan Bideford Road, tempat masjid itu ber diri, termasuk jalur sibuk yang cukup ramai dilewati warga. Namun, setelah salat Jumat usai, hiruk-pi kuk warga langsung terasa di kawasan itu.

Jamaah tampak duduk di sepanjang tepi trotoar untuk mengenakan sepatu masing-ma sing. Setelah itu, mereka kembali men ja lankan aktivitas masing-masing. Ada yang kembali bekerja, ada yang melanjutkan ber wisata, ada pula yang makan siang, dan ada yang melanjutkan berbelanja. Tak se dikit pula yang melanjutkan pengobatan di beberapa rumah sakit ternama di negeri itu. (bersambung)