Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Dulu Angker, “Terowongan Mrawan” Kini Jadi Lokasi Favorit Selfie

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

TEROWONGAN Mrawan ini dibangun sejak zaman kolonial Belanda. Mulai dibangun pada tahun 1901-1902 dan akhirnya selesai pada tahun 1910. Pelaksana pembangunan terowongan itu adalah perusahaan kereta api Hindia Belanda. Dan tentu saja, mereka  memaksa para pekerja Indonesia dengan penuh tekanan untuk membangun terowongan itu.

Bukan mustahil, bangunan itu memakan banyak korban dari kalangan pekerja. Tak heran, jika banyak cerita menyeramkan yang mewarnai perkembangan terowongan sepanjang 690 meter di ketinggian 400 meter dari permukaan  air laut tersebut.

Namun, kisah seram itu sudah jadi cerita lama. Letak Terowongan Mrawan ini tidak  jauh dari kawasan wisata Gumitir. Banyak fasilitas wisata yang membuat kawasan itu kian ramai. Tak pelak, terowongan kereta api  itu pun jadi salah satu jujugan warga.

Salah satu warga Kampung Sidomulyo di dekat terowongan itu, Mukhlis, 47, mengatakan, banyak cerita tentang sejarah terowongan itu  yang dituturkan orang-orang tua di kampungnya.  Salah satu ceritanya, bagian terowongan yang  dibangun lebih dahulu adalah tembok sebelah  kiri dan kanan pada tahun 1901-1902.

Selanjutnya, kata dia, proses pembangunan sempat berhenti karena di terowongan itu terdapat pancuran air. Kemudian, aliran air dari sumber air itu berhasil dialihkan ke luar terowongan. Baru kemudian, pembangunan dilanjutkan dengan konstruksi lengkung penutup Terowongan yang memakan waktu sekitar delapan  tahun.

Hingga akhirnya, bangunan terowongan kereta api yang menembus gunung itu rampung pada tahun 1910. Kini,terowongan Mrawan dikelola oleh PT KAI Daerah Operasi IX Jember. Khusus lintasan  terowongan dijaga oleh Petugas Jaga Terowongan  (PJTW) yang bermarkas di Stasiun KA Mrawan.

Mukhlis mengatakan, ada banyak perubahan  yang terjadi di kawasan terowongan. Berdasar pantauan warga, dahulu tidak ada orang yang  berani mendekati terowongan Mrawan. ‘’Jangankan masuk terowongan, mendekati saja sudah  ngeri,’’ ujarnya.

Namun beberapa tahun terakhir, terowongan  terus bersolek. Ada beberapa kali renovasi di zaman modern ini. Selain itu, bagian luar terowongan juga dicat lebih cerah dan penuh warna. Lama-kelamaan, banyak warga yang datang ke lokasi itu. Kunjungan warga kian banyak di hari libur.

‘’Banyak muda mudi sekarang  foto-foto di sekitar terowongan. Terutama hari libur, pengunjung tambah banyak,’’ jelasnya. Tidak hanya itu, kata Mukhlis, banyak juga cerita seputar terowongan yang beredar di kalangan warga sekitar. Berdasar kisah orang- orang tua di kampungnya, kata dia, zaman dahulu  pernah ada seorang perempuan Belanda yang ditemukan pingsan di terowongan, dengan tubuh tanpa sehelai benang pun menutupi.

Ketika perempuan itu tersadar, dia bertanya,  Apakah saya masih perawan atau sudah ternodai? Dari kisah yang beredar di kalangan rakyat zaman dahulu itu, warga kampung akhirnya memberi nama tempat itu sebagai terowongan  Mrawan.

Arti nama itu bisa berarti antara perawan atau tidak perawan. Sementara itu, Iwan, 17, warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Jember, mengaku sering  berkunjung ke Terowongan Mrawan. Biasanya,  dia datang ke tempat itu setiap libur sekolah.

‘’Dulu saya sering menangkap ikan dan udang di pinggiran terowongan itu. Saya juga pernah masuk ke dalam terowongan. Memang di dalam terasa angker, makanya saya hanya mencoba berani,” katanya pekan lalu (6/2).

Selain itu, sekitar mulut terowongan juga sudah berbenah. Ada taman yang tidak begitu luas dan lumayan tertata. Bahkan, pengunjung yang datang dari arah wisata Gumitir pun harus membayar karcis sebelum memasuki terowongan tersebut.

Untuk menuju terowongan,  sudah ada jasa angkutan wisata seperti kuda dan jip. Bahkan, ada pula sensasi berbeda menikmati kawasan sekitar terowongan dengan kereta api wisata. (radar)

Kata kunci yang digunakan :