Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ekspedisi di Asrama Inggrisan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Salah-satu-angota-ekspedisi-mengintip-melalui-celah-celah-Jendela-di-bangunan-yang-saat-ini-digunakan-sebagai-Datasemen-Kecaman-Tentara-(DKT).

BANYUWANGI – Ekspedisi yang diprakarsai Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RaBa) bersama komunitas pencinta sejarah Banjoewangie Tempo Doeloe (BTD) dimulai kemarin (11/4). Lokasi yang dikunjungi pertama adalah Asrama Inggrisan di Kelurahan Kepatihan.

Tepat pukul 09.00 tim ekspedisi yang semula berkumpul di depan rumah Dinas Dandim 0825 berangkat ke taman Blambangan. Tim Ekspedisi berpencar untuk mencocokan foto lawas era kolonial yang di dapat oleh museum online Belanda dan sumber lain dengan keadaan taman Blambangan saat ini. Tidak sampai satu jama, tim bergeser ke asrama Inggrisan.

Akses masuk ke kompleks bangunan yang sekarang digunakan asrama anggota Kodim 0825 Banyuwangi itu tidaklah sulit. Cukup minta izin kepada penghuni yang ada dengan menyampaikan maksud dan tujuan. Selama ini bangunan yang dulu bernama Kabel Huis atau Rumah Kabel itu memang terbuka untuk umum.

Setelah yakin menyusuri tiap isi asrama, tim bertolak ke situs lain, tapi masih di Kelurahan Kepatihan, yakni ke lahan bekas Benteng Utrech yang saat ini sudah ditempati instansi-instansi penting, seperti Kodim dan kantor perwakilan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Jawa Timur.

Di dalam kawasan Dinas PU Provinsi Jawa Timur tersebut tim menemukan salah satu bangunan terabaikan yang diduga adalah sebuah rumah sakit di masa penjajahan Belanda. Rumah sakit itu dulu berada di kompleks Benteng Utrech. Keterangan itu disampaikan pegawai sekaligus orang yang cukup lama tinggal di kawasan tersebut, Budi Marhono, 58.

“Dulu ini rumah sakit. Pendahulu sebelum saya cerita demikian. Ada bagian bangunan yang terkena bom. Tapi saat ini ditutup. Ada lagi bangunan tempat penyiksaan yang saat ini diratakan dan dijadikan tempat olahraga,” beber Budi Marhono ditemui di rumahnya.

Dari lnggrisan, tim bergerak ke selatan dan mengabadikan gambar bangunan Pecinan dan Stasiun Banyuwangi lama di Kelurahan Karangrejo. Stasiun Banyuwangi lama di kelurahan Karangrejo. Stasiun Banyuwangi lama berada di Pasar Pujasera, Karangrejo. Beberapa sisi masih utuh bahkan tulisan “Stasiun Banyuwangi” masih ada lengkap dengan informasi ketinggian dari permukaan laut.

Kemudian, tim mengunjungi pabrik minyak Naga Bulan di Jalan MT. Haryono yang telah lama tidak beroperasi. Sekadar diketahui, tahun ini JP-RaBa kembali mengadakan ekspedisi. Tema yang diusung dalam ekspedisi kali ini adalah berbagai hal peninggalan kolonial di Banyuwangi.

Ekspedisi yang tahap pertama rencananya akan menjelajahi 20 situs tersebut melibatkan komunitas pencinta sejarah Banyuwangi paling aktif dan militan, yakni BTD. Pemimpin Redaksi JP-RaBa, Rahman Bayu Saksono, beberapa waktu lalu mengatakan ekspedisi situs-situs bersejarah peninggalan kolonial tersebut diharapkan dapat menginventarisasi dengan baik berbagai peninggalan kolonial, sehingga bisa menjadi rujukan masyarakat Banyuwangi dalam mempelajari sejarah.

Semua data yang terkumpul, lanjut Bayu, akan dimuat di halaman depan JP-RaBa setiap hari. Sehingga, nanti masyarakat Banyuwangi bisa membaca hasil ekspedisi tim JP-RaBa dan BTD tersebut di koran Jawa Pos Radar Banyuwangi setiap hari secara berturut-turut. “Semoga dengan semakin banyak yang tahu ekspedisi ini, semakin banyak yang mendukung,” harapnya. (radar)