The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Juan dan Luluk di Banyuwangi Tekuni Usaha Keripik Tempe Kedelai

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Pemilik usaha Rumah Keripik Jasmine, Doan Fahny dan Luluk Nurdiana saat ditemui di rumah produksinya, Wednesday (9/8/2017). (Photo: timesbanyuwangi.com)

BANYUWANGI – Rumah Keripik ‘Jasmine’ merupakan salah satu industri rumah tangga yang mempunyai berbagai produk jenis makanan ringan. Diawal usahanya, per hari memproduksi 20 bungkus saja, namun saat ini dalam sehari sudah mampu memproduksi lebih dari 300 wrap, dengan omzet per hari yang mencapai jutaan rupiah.

Produk makanan ringan yang diproduksi meliputi kecipir, sale goreng, sale press, akar pinang, keripik talas, keripik singkong, dan produk unggulannya keripik kedelai tempe.

Saat dijumpai kru TIMES Indonesia, pemilik rumah keripik Jasmine, adalah pasangan suami istri, Joan Fahny AM dan Luluk Nurdiana yang tinggal di Jalan Bogowonto, number 26 Kelurahan Pengantin Banyuwangi, East Java.

Saat memulai usahanya pada bulan November 2015 lalu per hari hanya mampu membuat 20 bungkus yang dijual seharga Rp 5 ribu per bungkus. Dagangan yang dijualnya dengan cara dititipkan ke warung dan kios tak jauh dari rumahnya itu akan menghasilkan omzet sebesar Rp 200 thousand per day.

Sedang keuntungan yang didapatnya berada diangkat Rp 20 thousand to Rp 40 ribu saja setelah dikurangi dengan biaya transportasi.

“Awal memulai usaha di bulan November 2015, untungnya Rp 30 thousand, bisa naik dan bisa turun mengikuti lokasi warung yang saya titip dagangan. Tapi terus saya tekuni sampai mendapat P-IRT dari Dinkes Banyuwangi, 3 bulan setelah merintis keripik kedelai tempe,” kata Doan suami Luluk Nurdiana bercerita di rumah produksinya, Wednesday (9/8/2017).

Istri Doan, Luluk sapaannya menambahkan, pada awal-awal memulai usaha, keuntungan yang diraupnya juga dijadikan modal usaha barunya. He confessed, uang tabungan pribadinya dijadikan modal tambahan mengembangkan usaha keripik kedelai tempe.

Setelah Ijin Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Banyuwangi, omzet yang dihasilkannya juga semakin meningkat. Terlebih setelah mendapatkan label ‘Halal’ dari Majelis Ulama Indonesia juga merupakan pemicu semangat tersendiri.

“Alhamdulillah, setelah izin keluar, super market dan pusat oleh-oleh mau kita titipi produk kita. Dari situ omset kami terus mengalami peningkatan, sampai di acara ‘Festival Tempe Tahu’ sudah bisa mencapai jutaan rupiah. Sampai sekarang, jalan hampir 2 tahun sudah Rp 30 million more per month,” ucap Luluk penuh suka cita.

However, imbuh Doan, untuk bisa sampai sekarang, juga tidak selancar seperti apa yang diceritakannya. Pasang surut juga mewarnai usaha mereka.

“Kami juga mengembangkan produk lainnya seperti, kecipir, sale goreng, sale press, akar pinang, Keripik talas, dan keripik singkong serta satu produk unggulan keripik kedelai tempe setelah mendapat label dari MUI," he said.

“Saat ini juga, kami sudah bisa memasarkan sampai Jember hingga Probolinggo. Di sini kami juga melibatkan tetangga atau rekan kerja yang mempunyai produk namun belum mendapatkan P-IRT. Ada kesenangan tersendiri bisa sukses bersama,” imbuh Doan yang dikaruniai putri bernama Jasmin, dan selanjutnya dijadikan nama rumah industrinya.

As for, dalam sebuah usaha, lanjut Doan, ketekunan dan kejujuran merupakan syarat pertama dan yang utama.

“Dengan modal itu nantinya kita akan menuai kepercayaan dari mitra kerja kita. Saya senang bisa berbagi, misalkan ada yang berminat memulai Usaha atau bermitra dengan senang hati Insya Allah," he concluded. (timesbanyuwangi.com)

Exit mobile version