The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Mengenal Sarekat Islam: History, Tokoh, serta Tujuan Didirikannya

mengenal-sarekat-islam:-history,-figure,-serta-tujuan-didirikannya
Mengenal Sarekat Islam: History, Tokoh, serta Tujuan Didirikannya
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Macassar

Sarekat Islam (SI) merupakan organisasi politik pertama yang berdiri di Indonesia. Kemunculannya di tengah konflik penjajahan kolonial Belanda memberikan pengaruh besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Dalam sejarahnya, organisasi ini melakukan gerakan-gerakan radikal dari berbagai aspek, mulai dari sosial, economy, dakwah, hingga politik. Pergerakan yang radikal dan tidak biasa itu tidak terlepas dari pengaruh pemikiran pemimpinnya, H.O.S Tjokroaminoto.

However, sebelum menjadi organisasi politik SI dulunya berupa organisasi dagang yang berusaha membendung bangsa Tionghoa. Terdapat catatan sejarah panjang sampai pada akhirnya SI menjadi organisasi politik yang memiliki impak besar terhadap kemerdekaan Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, bagaimana perjalanan SI dalam sejarah Indonesia? Berikut penjelasan selengkapnya tentang sejarah, tujuan, tokok, sampai bentuk perjuangannya.

Disimak dengan seksama, yes!

Sejarah Berdirinya Sarekat Islam

Berdirinya Sarekat Islam berangkat dari pembentukan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang dibentuk oleh H Samanhudi di Lawean, Solo, Central Java. SDI didirikan pada tanggal 16 October 1905 untuk mempersatukan pedagang-pedagang batik muslim agar bisa menyaingi pedagang batik besar Tionghoa.

On the other hand, kaum bangsawan kraton masih kurang menghargai hak-hak masyarakat biasa terkhusus di Solo dan Yogyakarta. Therefore, SDI bermaksud untuk mendobrak diskriminasi yang ditetapkan kaum bangsawan dan menegakkan Islam yang memandang kesetaraan pada setiap manusia.

Pendirian SDI kemudian banyak diliput oleh surat kabar lokal sehingga menarik perhatian umat muslim untuk menjadi anggota organisasi ini. SDI kemudian berkembang semakin besar sehingga bisa membahayakan kedudukan Belanda.

SDI bahkan sempat dilarang dan diskors untuk beroperasi karena tuduhan-tuduhan dari kolonial Belanda. But, tuduhan tersebut tidak terbukti dan SDI semakin berkembang tidak hanya pada kaum pedagang, tapi meluas ke petani, laborer, sampai kaum terpelajar.

In the year 1911, H.O.S Tjokroaminoto yang merupakan bangsawan terpelajar bergabung sebagai anggota SDI. Satu tahun setelahnya, on 1912 SDI menampakkan diri sebagai partai politik di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto.

At that time, Tjokroaminoto merupakan Ketua Cabang SDI di Surabaya kemudian menjadi Wakil Ketua SDI pada 14 September. after, Tjokroaminoto mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI) untuk memperluas gerakan di bidang politik, social, kultural yang terbuka untuk seluruh umat muslim di Indonesia.

In the year 1915, pemerintah Belanda berusaha memecah belah SI dengan mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) atau SI Pusat yang dipimpin Tjokroaminoto. Pada saat itu sudah ada 50 cabang SI dengan tiga juta anggota yang tersebar di Jawa, Borneo, Sumatra, and Sulawesi.

In the year 1923, Tjokroaminoto mempelopori perubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) yang menjadi partai politik di kalangan pribumi. However, on 1934 Tjokroaminoto wafat sehingga kepemimpinannya digantikan oleh H Agus Salim.

after, terjadi begitu banyak pertikaian dan perpecahan di dalam PSII. even so, hampir dalam setiap periode perjuangan di Indonesia tokoh-tokoh PSII berkontribusi sampai mendapatkan kemerdekaan di tahun 1945.

Setelah Indonesia merdeka, pertikaian dan perebutan kepemimpinan di dalam PSII masih terus berlanjut yang membuat pendukungnya mengalami penurunan. Kemudian tahun 1973, PSII harus fusi ke dalam Partai Persatuan Pembangunan yang membuat perannya dalam konteks politik nasional menurun.

PSII lantas menyatakan diri sebagai organisasi kemasyarakatan (mass organizations) seperti Partai Nahdlatul Ulama (NOT). To date, SI masih tetap eksis dengan terus berusaha memberikan sumbangsih bagi bangsa dan negara.[1]

Tujuan Didirikan Sarekat Islam

Tujuan didirikannya SI mulanya untuk memajukan perdagangan pribumi di Indonesia yang dikuasai oleh bangsa asing pada masa itu. However, secara keseluruhan SI juga memiliki tujuan sebagai organisasi politik, di antaranya:

  • Membina kerja sama antar sesama anggota
  • Tolong menolong
  • Menciptakan kerukunan sesama muslim
  • Menciptakan usaha halal yang tidak bertentangan dengan aturan pemerintah
  • Menciptakan kehidupan makmur
  • Sejahtera kepada rakyat demi kebesaran negeri
  • Islamisasi

Tokoh-tokoh Penting Sarekat Islam

Perjalanan SI dalam membuat gerakan-gerakan yang menyejahterakan rakyat Indonesia, tidak terlepas dari tokoh-tokoh hebat di baliknya. Berikut ini tokoh-tokoh SI yang memberikan pemikiran dan gagasan bagi perubahan SI:

1. H Samanhudi

H Samanhudi merupakan pendiri SDI yang kemudian berubah nama menjadi SI. Samanhudi seorang pedagang batik yang berhasil membuka perusahaannya pada tahun 1888. Dia berhasil mengembangkan perusahaannya dengan membuka cabang-cabang di Surabaya, Banyuwangi, Tulungagung, Bandung, dan Parakan.

At that time, Samanhudi memiliki minat yang besar untuk mendirikan berbagai organisasi sosial yang membantu upacara perkawinan, salvation, dan kematian. Dia memiliki keinginan yang tinggi untuk menjadi seorang muslim yang beriman.

Sampai pada akhirnya, dengan segala konflik yang terjadi Samanhudi mendirikan SDI. Nama Samanhudi sendiri sering dihubungkan dengan gelar kiai, namun dia merasa pemberian gelar itu kurang pada tempatnya.

2. H.O.S Tjokroaminoto

H.O.S Tjokroaminoto merupakan salah satu tokoh yang sangat penting dalam perkembangan SI. Dia berhasil mempertahankan kedudukan kepemimpinannya mulai dari awal bergabung dengan SI sampai wafat di tahun 1934.

Tjokroaminoto dikenal dengan sikapnya yang radikal dengan menentang kebiasaan memalukan bagi rakyat. Meski seorang bangsawan, dia senantiasa menganggap dirinya sama dan sederajat dengan pihak mana pun.

Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan SI atas ajakan H Samanhudi yang mencari orang berpendidikan tinggi untuk memperkuat organisasi. Therefore, dia bergabung dan berhasil melebarkan sayap SI dalam bentuk partai Politik.

3. Raden Mas Tirtoadisutjo

Raden Mas Tirtoadisutjo merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan SI sebagai organisasi. in period 1916 until 1921, Anggaran Dasar pertama pada 11 November 1911 dirumuskan oleh Raden Mas Tirtoadisutjo.

Dia termasuk salah satu orang Indonesia yang memperoleh pendidikan cukup tinggi yakni lulusan sekolah administrasi pemerintah Belanda dan aktif dalam pers. Dia kemudian mendirikan organisasi dagang bernama Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor.

4. Raden Gunawan

Penyebaran propaganda SDI kala itu dipengaruhi oleh sahabat karib Samanhudi bernama Raden Gunawan. Dia merupakan anak pegawai pemerintah yang memperoleh pendidikan agama secara tradisi namun tidak mendalam.

Menjelang akhir 1890-an Gunawan diberhentikan dari tempatnya bekerja di kantor Asisten Residen Pacitan karena bertikai dengan seseorang yang menghina bangsa Indonesia. Gunawan yang melihat hal itu tidak bisa bertoleransi dengan sikap yang merendahkan bangsanya.

5. H Agus Salim

H Agus Salim bergabung dengan organisasi ini pada tahun 1915 sebagai anggota seksi politik dan kepolisian. Pada tahun-tahun pertama bergabung, H Agus Salim tidak begitu populer.

Namun pada periode-periode SI berikutnya H Agus Salim berhasil mencapai kedudukan. Dia memiliki peran besar dalam membentuk dan memberi warna Islam kepada SI. [2]

Keteladanan Tokoh Sarekat Islam

Sarekat Islam tidak bisa dipisahkan dari peran H.O.S Tjokroaminoto yang sukses memimpin organisasi ini. Keberhasilannya dalam memimpin SI tentunya didukung dengan pribadinya yang selalu berlandaskan Islam.

Dari kesuksesannya dalam memimpin SI, terdapat keteladanan yang bisa dipetik dan diterapkan dari H.O.S Tjokroaminoto. Berikut ini rinciannya:

1. Cinta Tanah Air

Tjokroaminoto mengajarkan rasa cinta tanah air melalui budaya dan adat istiadat bangsa Indonesia. Dia mengajarkan rasa nasionalisme melalui latihan wayang orang di sanggar seni dengan anak-anaknya dan anak pondokan.

Dia senantiasa berusaha mengadakan pendidikan nasionalisme yang selalu menanamkan keberanian. Therefore, seseorang harus memiliki akal yang pintar, budi pekerti halus, hidup sederhana, berani, mandiri, dan cinta tanah air.

2. Sikap Berani

Menurut Tjokroaminoto keberanian yang luhur serta keikhlasan, loyalty, dan cinta pada yang benar harus menjadi karakter bangsa Indonesia. Tjokroaminoto bahkan pernah dimusuhi oleh mertuanya karena meninggalkan profesi dan gelar ningrat karena merasa sang mertua sangat patuh kepada Kolonial Belanda.

3. Budi Pekerti Baik

Budi pekerti Baik merupakan salah satu sikap yang dapat diteladani dari Tjokroaminoto. Dia menunjukkan cara seseorang harus berkelakuan baik dalam tulisan-tulisannya.

Pemikiran tersebut bahkan dimasukkan ke dalam silabus dan kurikulum untuk sekolah-sekolah Tjokroaminoto di setiap cabang Sarekat Islam. Therefore, Tjokroaminoto selalu menyemai peri kebatinan yang lembut, baik perangai dan perilaku, serta kehidupan yang soleh.

4. Cinta Islam

Tjokroaminoto beranggapan bahwa ilmu wajib didapat melalui akal, namun tidak boleh dipisahkan dari pendidikan budi pekerti dan rohani, yakni Islam. Islam berpegang pada Al-Quran dan hadis untuk meningkatkan ilmu.

Pendidikan tidak boleh menyimpang dari pegangan serta sumber Islam tersebut. So therefore, Tjokroaminoto sebagai seorang pendidik yang toleran dan moderat layak dijadikan teladan.[3]

Demikianlah ulasan seputar Sarekat Islam mulai dari sejarah, tujuan, figure, sampai keteladanannya. Semoga menambah wawasan ya, detikers!

Reference:

  1. Buku Seri Sejarah Islam Indonesia Modern berjudul ‘Gerakan-gerakan Islam Indonesia Kontemporer’.
  2. Jurnal Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado berjudul ‘Sarekat Islam (SI) Gerakan Pembaruan Politik Islam’.
  3. Jurnal Universitas Jambi berjudul ‘Teladan Perjuangan, Kepemimpinan, dan Kesederhanaan H.O.S Tjokroaminoto dalam Pembelajaran Sejarah’.

(edr/urw)

Exit mobile version