The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

Tracing the Causes of Decreasing Fish Catches in Banyuwangi

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

BANYUWANGI, Jurnalnews – Jumlah tangkapan ikan nelayan di Banyuwangi, East Java, terus mengalami penurunan sejak tahun 2019.

Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berkurangnya jumlah nelayan berkapasitas besar, perubahan perilaku nelayan, dan faktor cuaca yang tidak menguntungkan.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Banyuwangi, Anang Budi Wasono, telah menjelaskan penyebab-penyebab tersebut.

Salah satu faktor utama yang berpengaruh adalah iklim. Kondisi iklim yang tidak stabil membuat ikan sulit ditemukan, dan nelayan menghadapi kesulitan dalam melaut.

“faktor iklim yang saling berpengaruh, menyebabkan ikan sulit didapat dan nelayan pun lebih susah melaut," he explained.

According to him, suhu permukaan laut meningkat karena dipengaruhi cuaca Extrem La Nina. Ketika terjadi La Nina, suhu permukaan laut akan meningkat. Tingkat penguapan air laut pun tinggi dan memicu terjadinya hujan. Dan ketika suhu permukaan laut masih hangat atau panas disertai hujan, habitat ikan akan berada di lapisan yang lebih dalam dari kondisi normal.

La Nina juga menyebabkan gelombang laut yang tinggi dan cuaca ekstrem, yang membuat nelayan kesulitan melaut. Impact, pasokan ikan secara drastis berkurang.

“Selain faktor cuaca, penurunan tangkapan ikan juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah nelayan berkapasitas besar atau pemilik kapal “Slerek”. At the moment,” Jelas Anang.

According to him, mayoritas nelayan melaut dengan menggunakan kapal gardan. Kapal jenis ini tidak membutuhkan modal besar. Ukuran kapal lebih kecil dan hanya berisi 5 until 10 person, sedangkan kapal “Slerek” minimal membutuhkan 40 orang untuk beroprasi.

Seiring berkurangnya jumlah nelayan berkapasitas besar, juga terjadi perubahan perilaku nelayan dalam melaut.

Nelayan kini cenderung melaut hanya dalam waktu sehari, yang membuat mereka tidak dapat menjelajahi lautan lebih jauh.

“Mayoritas nelayan mencari ikan dengan jarak sekitar 4-12 mil dari pesisir, yang tentu saja membatasi potensi tangkapan ikan. Besides that, ada pergeseran dalam jenis tangkapan yang dilakukan oleh nelayan,” ungkap Anang.

Anang menambahakan, menurunnya jumlah tangkapan ikan juga terjadi lantaran nelayan berganti jenis tangkapan, yang sebelumnya menangkap ikan kini banyak yang beralih menangkap baby lobster.

Previously, Dinas Perikanan Banyuwangi menerima informasi mengenai kesulitan nelayan di wilayah Kecamatan Pesanggaran dalam menangkap ikan.

Beberapa pihak menuduh fenomena banjir lumpur dan pencemaran air laut oleh limbah perusahaan pertambangan PT Bumi Suksesindo (PT BSI) sebagai penyebabnya.

Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Alief R Kartiono, langsung merespons dengan mengirim tim untuk melakukan investigasi lapangan.

Alief menjelaskan bahwa ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa air keruh disebabkan oleh aktivitas tambang. However, berdasarkan penelitian keruhnya air laut bersumber dari aliran sungai.

“Memang ada sebagian orang yang menyebut keruhnya air laut adanya aktivitas tambang. Tapi penelitian teman – teman penyuluh, keruhnya air laut bersumber dari aliran sungai.” Jelasnya. (Ry//JN).

source