RadarBanyuwangi.id – Sudah menjadi keharusan bagi pengguna jalan untuk mendahulukan perjalanan kereta api saat melintasi perlintasan sebidang.
Namun, aturan tersebut nyatanya masih tetap dilanggar, meskipun risikonya besar. Terburu-buru kerap menjadi alasan pengguna jalan mengabaikan keselamatannya.
Di balik lamanya pengguna jalan yang harus menunggu kereta api melintas, rupanya ada penjelasan ilmiahnya. Kereta api tidak bisa berhenti mendadak, bahkan saat dalam kondisi darurat. Apa sebabnya?
Baca Juga: OSIS SMPN 1 Kalibaru Belajar Proses Pembuatan Koran di Jawa Pos Radar Banyuwangi
Sebuah rangkaian kereta api terdiri atas satu lokomotif yang menarik antara 8 hingga 12 kereta penumpang. Satu kereta sendiri dapat menampung dari 50 hingga 106 orang.
Jika dikalkulasikan secara keseluruhan, bobot total rangkaian bisa mencapai 6.000 ton. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan kendaraan darat lainnya, sehingga membutuhkan energi dan jarak yang lebih panjang untuk berhenti secara total.
Semakin panjang dan berat rangkaiannya, semakin besar energi kinetik yang dihasilkan ketika bergerak. Energi inilah yang harus dilawan oleh sistem pengereman agar kereta api dapat berhenti.
Baca Juga: Balik Kandang ke Stadion Kanjuruhan Malang, Arema FC Gelar Charity Game
Tidak seperti mobil yang menggunakan sistem pengereman hidraulik, kereta api menggunakan dua sistem pengereman utama yakni pengereman balok dan pengereman udara.
Pengereman balok bekerja dengan menekan balok rem ke roda, menciptakan panas dan gesekan untuk memperlambat laju.
Sedangkan pengereman udara menggunakan tekanan udara yang disalurkan melalui pipa sepanjang rangkaian untuk mengaktifkan sistem rem di setiap gerbong.
Baca Juga: Dinas Perpusip Gelar Apresiasi Penyelenggaraan Perpustakaan Desa/Kelurahan Terbaik Tingkat Kabupaten Banyuwangi 2025
Meskipun terdapat fitur rem darurat, fungsinya bukan untuk menghentikan kereta api secara instan, melainkan untuk menambah tekanan udara agar kereta melambat lebih cepat. Namun tetap saja, jarak yang dibutuhkan untuk berhenti masih sangat panjang.
Jika kereta melakukan pengereman mendadak, gaya inersia yang besar bisa mengakibatkan ketidakseimbangan, membuat penumpang dan muatan dalam gerbong terlempar.
Page 2
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Sudah menjadi keharusan bagi pengguna jalan untuk mendahulukan perjalanan kereta api saat melintasi perlintasan sebidang.
Namun, aturan tersebut nyatanya masih tetap dilanggar, meskipun risikonya besar. Terburu-buru kerap menjadi alasan pengguna jalan mengabaikan keselamatannya.
Di balik lamanya pengguna jalan yang harus menunggu kereta api melintas, rupanya ada penjelasan ilmiahnya. Kereta api tidak bisa berhenti mendadak, bahkan saat dalam kondisi darurat. Apa sebabnya?
Baca Juga: OSIS SMPN 1 Kalibaru Belajar Proses Pembuatan Koran di Jawa Pos Radar Banyuwangi
Sebuah rangkaian kereta api terdiri atas satu lokomotif yang menarik antara 8 hingga 12 kereta penumpang. Satu kereta sendiri dapat menampung dari 50 hingga 106 orang.
Jika dikalkulasikan secara keseluruhan, bobot total rangkaian bisa mencapai 6.000 ton. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan kendaraan darat lainnya, sehingga membutuhkan energi dan jarak yang lebih panjang untuk berhenti secara total.
Semakin panjang dan berat rangkaiannya, semakin besar energi kinetik yang dihasilkan ketika bergerak. Energi inilah yang harus dilawan oleh sistem pengereman agar kereta api dapat berhenti.
Baca Juga: Balik Kandang ke Stadion Kanjuruhan Malang, Arema FC Gelar Charity Game
Tidak seperti mobil yang menggunakan sistem pengereman hidraulik, kereta api menggunakan dua sistem pengereman utama yakni pengereman balok dan pengereman udara.
Pengereman balok bekerja dengan menekan balok rem ke roda, menciptakan panas dan gesekan untuk memperlambat laju.
Sedangkan pengereman udara menggunakan tekanan udara yang disalurkan melalui pipa sepanjang rangkaian untuk mengaktifkan sistem rem di setiap gerbong.
Baca Juga: Dinas Perpusip Gelar Apresiasi Penyelenggaraan Perpustakaan Desa/Kelurahan Terbaik Tingkat Kabupaten Banyuwangi 2025
Meskipun terdapat fitur rem darurat, fungsinya bukan untuk menghentikan kereta api secara instan, melainkan untuk menambah tekanan udara agar kereta melambat lebih cepat. Namun tetap saja, jarak yang dibutuhkan untuk berhenti masih sangat panjang.
Jika kereta melakukan pengereman mendadak, gaya inersia yang besar bisa mengakibatkan ketidakseimbangan, membuat penumpang dan muatan dalam gerbong terlempar.