The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Social  

Yosep Shin dan Yuri An, Dua Guru Asal Korsel yangTerdampar” in Banyuwangi

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Untuk mengisi waktu senggang, Yosep Shin dan Yuri An, berlatih menari di SDN Model Banyuwangi.

HALAMAN SD Negeri Model, Banyuwangi tampak lelang pagi itu (5/6). Lobby utama sekolah yang berlokasi di wilayah Kelurahan Sobo, Banyuwangi District, itu pun tampak kosong. Not long after, satu staf sekolah menghampiri wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi.

Setelah mengetahui maksud kedatangan wartawan, staf tersebut mempersilakan saya duduk di kursi panjang yang terletak persis di sebelah timur lobby sekolah. Yes, saya datang dengan maksud untuk mewancarai dua guru asal korsel yang mengajar di sekolah tersebut.

Kedua guru itu merupakan peserta program Asia-Pacific Centre of Education for International Understanding (APCEIU), yakni program pertukaran guru di bawah naungan organisasi pendidikan, science, dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yakni Unseco.

Silakan tunggu ya. Yang bersangkutan masih bertugas mengawasi siswa yang tengah menjalani ujian,” ujar staf tersebut. Around 30 menit berselang, dari kejauhan terlihat sepasang pria-wanita berjalan beriringan di selasar yang menghubungkan kompleks ruang kelas dengan lobby depan dan ruang kantor sekolah.

Dilihat sekilas sudah tergambar bahwa mereka bukanlah guru atau pun warga Banyuwangi. Kulitnya putih, pakaian yang dikenakan mirip artis-artis dalam sinetron asal Korsel. Saat melintas persis di depan saya, keduanya kompak mengucapkan “selamat pagidengan logat Korea yang sangat kental.

Usai menyapa, keduanya lantas masuk kesalah satu ruang kantor SD Negeri Model. A moment later, staf sekolah mempersilakan saya masuk ke ulangan di mana dua guru asal negeri gingseng itu berada.

In short, saya pun berkesempatan mewawancarai keduanya. Belakangan saya tahu, guru laki-laki asal Koresl tersebut bernama Yosep Shin, 31. Sedangkan sang guru perempuan bernama Yuri An, 30.

Di negara asalnya Yosep bertugas sebagai guru science, tepatnya di Yeosu Dong Baeck Elementary School. Sedangkan Yuri bertugas sebagai guru kelas tiga di Ban Won Elementary School. Mereka telah tiba di SD Negeri Model sejak Mei lalu.

Keduanya bakal mengajar di SD tersebut hingga akhir Juli atau awal Agustus mendatang. Ada tiga tahap yang harus mereka lalui selama bertugas di SD tersebut, yakni tahap observasi alias pengenalan lingkungan sekolah, tahap mengajar bersama guru setempat, dan tahap akhir adalah mengajar secara mandiri.

Tahap pertama sudah berhasil mereka lalui dengan baik. Sedangkan pada Awal Juni ini keduanya mulai memasuki tahap mengajar bersama guru asli SDN Model. Yuri mengatakan, mengajar secara mandiri, dirinya akan mengajar bahasa dan budaya Korsel. “Saya juga akan mengenalkan busana khas Korsel, yakni hanbok,” he said.

Sedangkan Yosep mengaku dirinya akan mengajar science atau semacam ilmu pengetahuan alam (IPA) sebagaimana mata pelajaran yang dia ajarkan di sekolah asalnya. Just knowing, awalnya SD Negeri Model Banyuwangi tidak masuk kriteria ulama penempatan guru dalam program APCEIU.

However, berkat beberapa pertimbangan, termasuk adanya salah satu gara asal SD tersebut yang terpilih mengikuti program serupa beberapa tahun lalu, yakni Lina Kamalin, akhirnya SD Negeri Model dipercaya menjadi satu sekolah yang ketempatan guru asal luar negeri.

While in Banyuwangi, baik Yosep maupun Yuri tinggal di home stay yang berbeda. Yosep tinggal di Hanna Home Stay, Kelurahan Sumberrejo. Sedangkan Yuri tinggal di Melawan Home Stay, Organizing Village.

Yuri mengaku dirinya sempat beberapa kali pindah home stay karena merasa tidak belah. Hingga akhirnya dirinya merasa nyaman tinggal di Hanna Home Stay yang hingga kini dia tempati. Accidental, home stay tempatnya tinggal berdekatan dengan musala.

Saya suka suara Azan. Itu bagus sekali,” kata dia sembari tersenyum yang mengacungkan dua jempol tangannya. Menurut Yuri, selama berada di Banyuwangi, dirinya telah mengunjungi beberapa objek wisata andalan Bumi Blambangan.

Even, beberapa waktu lalu dirinya bersama rekan-rekannya sesama warga Korsel yang tinggal di Jepang telah berkunjung ke Gunung Kawah Ijen. “Sabtu dan Minggu saya tidak ada jam mengajar. Jadi bisa jalan-jalan,” he said.

Kepada wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, Yuri juga mengutarakan cerita lucu yang dia alami saat berkunjung ke Pulau Dewata. It says, beberapa waktu lalu dirinya bersama beberapa rekannya berkunjung ke Bali.

Saat tiba di Pelabuhan sopir yang menjemput saya bertanya, saya berasal dari mana? Saya jawab saja, “isun wong Banyuwangi”. Sontak sopir tersebut kaget. Sopir itu lantas benyanyi “isun wong Banyuwangimenirukan saya. Sopir itu senang, saya pun senang,” kata dia sembari terbahak.

Meanwhile, Yosep menuturkan, rivalnya dia terkejut saat mengetahui dirinya akan ditempatkan di Banyuwangi. Kota ini masih asing di telinganya. Dia pun sempat bimbang. However, akhirnya dia memilih menjalani program penukaran guru tersebut.

Nah, setelah beberapa hari tinggal di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini, Yosep merasa sangat nyaman. according to her, makanan khas Banyuwangi sangat enak, seperti nasi tempong. Dia juga sangat suka nasi pecel dan es kelapa muda. Kopi Banyuwangi juga enak,” he praised.

Besides that, imbuh Yosep, buah-buah khas negara tropis juga dapat dengan mudah didapat di Banyuwangi, seperti jambu biji, salak, and others. Not only that, menurut Yosep, panorama kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini juga sangat indah.

“Biaya hidup di Banyuwangi murah. Panorama Banyuwangi juga sangat indah. According to me, Hidup di Banyuwangi bagaikan hidup di Surga,” he said. Because of that, jika awalnya dirinya sempat bimbang saat mengetahui akan ditempatkan di Banyuwangi, kini dirinya justru merasa sangat beruntung.

Teman-teman yang ditempatkan di Jakarta atau kota-kota besar lain belum tentu merasakan kenikmatan yang saya rasakan,” he concluded. (radar)