Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Evie Handayani, Sopir Wisata Spesialis Turis

Evie berfoto bersama tamunya di kawasan Gunung Ijen.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Evie berfoto bersama tamunya di kawasan Gunung Ijen.

Pekerjaan sebagai sopir travel wisata, mungkin kurang lazim digeluti perempuan. Namun, Evie Handayani memilih pekerjaan itu sebagai jalan mengais rezeki.

SIGIT HARIYADIBanyuwangi

PARIWISATA Banyuwangi meningkat dari tahun ke tahun. Kunjungan wisatawan domestik (wisdom) yang pada 2010 ”hanya” sebanyak 500 ribu orang, sepanjang 2016 naik berlipat menjadi empat juta orang. Pun demikian dengan wisatawan mancanegara (wisman). Jumlah wisman yang berkunjung ke Banyuwangi pada 2010 sebanyak tujuh ribu orang, pada 2016 naik menjadi 75 ribu orang.

Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan tersebut menjadi salah satu ladang rezeki bagi sebagian masyarakat Banyuwangi. Salah satunya mereka yang bekerja di bidang perjalanan wisata, termasuk sopir tour and travel.

Di sisi lain, selama ini tidak banyak perempuan yang memilih pekerjaan sebagai sopir travel wisata. Nah, Evie Handayani, 44, adalah satu di antara sedikit perempuan yang menggeluti pekerjaan yang bagi sebagian orang dianggap tidak lazim dijalani perempuan tersebut.

Evi mengaku, pekerjaan sebagai sopir travel wisata tersebut dia jalani sejak 2008 lalu. Perempuan yang berulang tahun setiap 3 November itu mengaku, awalnya dia bekerja di kantor tour and travel. Namun setelah bercerai, Evie harus menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi ketiga anaknya dan ibu kandungnya. Dia pun banting setir menjadi sopir travel wisata freelance.

”Awal jadi sopir, saya mengantar dua wisatawan asing berangkat dari Banyuwangi menuju ke Bromo, lalu ke Malang sampai Jogjakarta. Saya lupa berapa hari lamanya perjalanan wisata tersebut. Mungkin sekitar sepekan,” ujar warga Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi tersebut.

Sejak saat itu, Evie serius menggeluti pekerjaan sebagai sopir travel wisata freelance dan bekerja sama dengan beberapa agen tour and travel yang ada di Banyuwangi.

Evi menambahkan, untuk tour private dia selektif memilih tamu. Dia hanya bersedia menjadi sopir wisata kalangan wisman. Menurut Evie, hal tersebut dilakukan karena wisman lebih menghargai profesinya dibandingkan turis domestik.

”Pernah saya antar tamu domestik, saat makan saya disuruh di luar. Rasanya ngenes, berbeda dengan turis mancanegara mereka ajak saya untuk makan bersama satu meja. Mereka menghargai betul profesi saya. Walaupun saya perempuan, turis mancanegara tidak pernah memandang sebelah mata,” kata dia.

Totalitas Evie pada pekerjaannya patut diacungi jempol. Dia tidak hanya bersedia mengantar wisatawan berwisata di wilayah perkotaan, tetapi juga ke tempat-tempat wisata yang untuk menjangkaunya harus melalui jalan yang ekstrem, seperti Pantai Sukamade atau Gunung Ijen.

Ya, Evie bisa diandalkan mengendarai mobil jenis jip untuk menembus hutan dengan jalanan yang ekstrem menuju Pantai Sukamade. Dia juga sudah terbiasa melintasi tanjakan super menantang menuju Gunung Ijen, yakni tanjakan Erek-Erek.

Evie menuturkan, jalan menuju Sukamade, lokasi wisata yang merupakan salah satu kawasan lindung penyu tersebut luar biasa ekstrem. ”Untuk menuju Sukamade, kita harus menembus hutan dan batu-batunya sebesar helm,” ujarnya sembari tertawa.

Selain itu, untuk menuju ke Pantai Sukamade harus menyeberangi dua sungai besar yang cukup lebar. ”Kalau pas banjir, ya harus menunggu sungai agak surut biar bisa menyeberang. Perjalanan dari Banyuwangi ke Sukamade sekitar lima jam sampai enam jam. Kalau saya sudah biasa medan yang berat seperti itu,” ujarnya.

Menurut Evie, tidak sedikit wisatawan yang ragu apakah dirinya bisa melewati jalur ekstrem seperti jalan menuju Pantai Sukomade tersebut. ”Kalau ada tamu yang terlihat ragu, saya hanya bilang percayakan ke saya. Walaupun perempuan saya punya kemampuan yang sama dengan sopir travel yang laki-laki,” tuturnya.

Evie juga sering mengantar tamu naik ke Gunung Ijen dan harus melewati jalan yang menanjak, berbelok, dan jalanan licin menuju ke Paltuding. Dia mengaku, kuncinya adalah waspada dan tidak panik saat mengendarai mobil saat melewati jalan yang cukup ekstrem. ”Kalau doa itu pasti, dan jangan meremehkan. Walaupun sering melewati jalur yang ekstrem, saya tetap harus waspada. Keselamatan nomor satu. Niat kerja untuk keluarga,” imbuhnya.

Evie menambahkan, walaupun pekerjaan yang dia jalani dianggap tidak umum dilakukan perempuan, dia tidak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Malah dia merasa nyaman di antara rekan-rekannya yang didominasi oleh laki-laki. ”Yang penting bisa bawa diri. Nggak neko-neko lah. Malah enak temannya semua laki-laki. Malah saya dilindungi dan sudah dianggap ibunya sendiri. Ada yang sebagian memanggil saya bunda,” ujarnya.

Masih menurut Evie, dari pekerjaan sopir travel wisata, dirinya bisa mencukupi kebutuhan sekolah ketiga anaknya dan menabung untuk rencana biaya kuliah mereka. Evie tidak mempermasalahkan jika ada gunjingan terkait pekerjaan yang dilakoninya karena yang terpenting bagi adalah bekerja.

”Ada yang bilang ginilah, gitulah. Sudah jadi ibu-ibu kok kerjaannya seperti itu (sopir travel). Saya sih diam saja. Saya mencintai pekerjaan ini apalagi saya jadi tulang punggung keluarga. Selama masih bisa kerja saya akan tetap kerja jadi sopir travel,” pungkasnya.(radar)